Rabu, 29 Oktober 2008

HARUSKAH KITA BERTHORIQOH ?

APA ITU THORIQOH

Thoriqot adalah suatu sistem untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan
merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan keadaan
seseorang dapat bermusyahadah dengan matahatinya .

Jika kita ingin ke Al Fitroh kedinding, kita benar-benar tidak tahu dimana Al Fitroh kedinding itu berada, naik bus atau sepeda kesana.

Jika kita memaksa juga tanpa pemandu ingin ke Al Fitroh kedinding pasti nyasar, juga tanpa kedaraan yang memadai dan tepat apakah kita dapat sampai kesana ?

kadang2 kita tertipu dan ditipu(udah nyasar kesasar lagi)

Yang bagus adalah kita dipandu, diantarkan oleh pemandu yang sudah tahu Al Fitroh kedinding dan tahu jalan menuju Al Fitroh kedinding apalagi ditambah dengan kendaraan yang bagus dan tepat yang terpenting adalah mbonceng.

Dan seterusnya akhirnya kita bisa bolak balik ke Al Fitroh kedinding dengan lancar, karena sudah tahu Al Fitroh kedinding, kita bisa menjelajah Al Fitroh kedinding dan tahu banget Al Fitroh kedinding. Sehingga kelak jika ingin ke dan tinggal di Al Fitroh kedinding kita sudah bisa dan biasa.kadang bias mampir ke sunan ampel,maulana malik ibrahim,sunan giri dan lainnya.Begitulah perumpamaan yang diberikan yai

Di dalam kitab Tanwirul Qulub halaman 407 thoriqot itu adalah mengamalkan
syari’at dan mengambil sesuatu yang paling penting, menjauhi sesuatu yang mudah atau
ringan dari sesuatu tidak pantas disepelekan. Juga menjauhi hal-hal yang diharamkan dan
dimakruhkan dan melaksanakan yang fardlu serta sunat-sunatnya sesuai kemampuannya
yang dibimbing oleh seorang yang telah ma’rifat kepada Allah (guru mursyid).
Menurut para Alim Ulama ahli ma’rifat Thoriqot terbagi dua : 1) Thoriqot Suluk
yaitu membersihkan nafsu dari segala kotoran dengan cara (thoriqot) riyadloh, puasa,
tidak tidur (melek), uzlah, zuhud dengan bimbingan mursyid agar bisa mencapai setingkat demi setingkat kepada maqom (kedudukan) yang sempurna.
Bahkan menurut Imam Al Ghazali :
“Barang siapa yang telah bertafaqur dalam masalah agama (memahami, mempelajari,
mengamalkan agar mendapat ridlo Allah itu juga disebut thoriqot suluk). 2) Thoriqot
Tabaruk yaitu murid mengambil dzikir dari guru mursyid agar hatinya tidak lupa kepada
Allah, supaya diampuni dosa, jauh dari macam-macam lalai, selamat dari hal-hal yang
dibenci syara, selamat dari perbuatan hina dan siksaan Allah sehingga sampai kepada
tujuan yaitu hati bersih dan kembali menghadap Allah. Contoh Thoriqot Tabaruk ini seperti yang diamalkan di Pondok Pesantren Alfithrah yang dipimpin oleh Guru
Mursyid yang mulia Asy-Syekh Ahmad Asrori al Iqhaqi ra
Thoriqot, bukanlah aliran kepercayaan atau aliran kebatinan, tetapi thoriqot adalah
bagian dari ajaran Agama Islam yang terpenting.

Sebagaimana sabda Rasullulah SAW :
“Asysyari’atu aqwaalii athoriiqotu af’aalii alhaqiiqotu ahwaalii alma’rifatu ro’sul

maalii” (HR. Anas bin Malik). Artinya : “Syari’at itu ucapanku, thoriqot itu perbuatanku,
hakikat itu keadaanku dan ma’rifat itu puncak kekayaan (batin
)”. (HR. Anas bin Malik).
Dari semua Thoriqot itu ada yang benar dan salah. Thoriqot yang benar disebut
Thoriqot Mu’tabaroh yaitu Thoriqot yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dan
sanadnya atau silsilahnya sampai kepada Rasullulah, sedangkan Thoriqot yang salah
disebut Thoriqot Ghoyr Mu’tabaroh yaitu Thoriqot yang tidak saesuai dengan Al-Qur’an
dan Al-Hadits dan sanadnya atau silsilahnya tidak sampai kepada Rasullulah.

Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami berikan (istidroj) (Kemanjaan yang berangsur-angsur akan menarik ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui - Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh”.QS.al-A’raaf/182-183.

Kalau demikian maka timbul pertanyaan: “Apakah melaksanakan thoriqoh—di dalam agama Islam—bagi umat Islam, merupakan suatu keharusan atau kebutuhan ?”. Jawabannya :

1. Bagi orang yang sudah mengenal thoriqoh tetapi belum dapat merasakan hasilnya maka pelaksanaan thoriqoh itu merupakan suatu keharusan.

2. Bagi orang yang sudah menyadari akan keharusan untuk berthoriqoh, karena mereka sudah dapat merasakan hasilnya maka pelaksanaan thoriqoh itu adalah kebutuhan.

3. Bagi yang belum kenal sama sekali tentang ilmu thoriqoh, maka mereka wajib mengenalinya sebagai bentuk kewajiban bagi setiap pribadi muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan. Adapun yang dimaksud Thoriqoh, itu bias berarti hanya sekedar pengamalan ilmu dan iman, seperti melaksanakan sholat dhuha supaya rizkinya menjadi lapang atau membaca surat Waqi’ah yang diyakini dapat mendatangkan rizki umpamanya, dan bisa juga berarti melaksanakan thoriqoh secara

kelompok (jama’ah), seperti thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah atau kelompok thoriqoh yang

lainnya.

Orang mengerti dan percaya(iman) bahwa sholat dhuha dapat melapangkan rizki, kemudian mereka menjalankanya dengan dawam (istiqomah), dengan harapan (tujuan) supaya rizkinya mendapatkan

kelapangan dari Allah Ta’ala, maka pelaksanaan amal tersebut namanya thoriqoh (jalan). Yang demikian itu, supaya amal tersebut dapat menghasilkan kemanfaatan yang optimal sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, bagi orang yang sudah membutuhkan “hasil yang

diharapkan” dari pelaksanaan sholat dhuha tersebut, maka pelaksanaan sholat dhuha itu menjadi keharusan baginya. Sebab, tanpa pelaksanaan amal tersebut, tidak mungkin seseorang mendapatkan apa-apa yang diharapkan dari Allah Ta’ala.

Demikian pula orang yang melaksanakan thoriqoh secara berkelompok. Ketika mereka membutuhkan dari hasil thoriqoh yang dijalani tersebut, yakni cemerlangnya matahati supaya dapat

bermusyahadah kepada Allah Ta’ala, supaya dapat berma’rifat dan mencintaiNya, maka pelaksanaan thoriqoh baginya adalah keharusan. Mereka harus melaksanakan thoriqoh itu supaya apa-apa yang dicita-citakan dapat terwujud.

Adapun orang yang sadar akan keharusannya untuk melaksanakan thoriqoh. Karena mereka mengetahui bahwa satu-satunya jalan untuk meningkatkan syari’at yang dimiliki supaya dapat mencapai hakikat yang diharapkan—menghasilkan keyakinan dari apa-apa yang sudah diimani dalam hatinya—hanyalah dengan jalan berthoriqoh, maka berthoriqoh merupakan kebutuhan yang mutlak baginya. Oleh karena itu, hanya orang-orang yang tidak mengerti tentang thoriqoh saja, mereka tidak mengerti bahwa untuk mencapai segala harapan hidupnya harus dengan jalan amal—seperti sebuah pepatah mengatakan, tidak kenal maka tidak sayang—kadang-kadang malah mereka menolak berthoriqoh. Mereka menolak sesuatu yang seharusnya penting untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, ironisnya, mereka bahkan menganggap orang yang melaksanakan thoriqoh adalah kelompok yang berbuat bid’ah dan syirik. Akibatnya, orang yang demikian itu hidupnya selalu dalam keraguan. Sedikitpun mereka tidak mempunyai keyakinan, baik dalam bicaranya, amal perbuatannya dan juga prinsip-prinsip hidupnya.

Sebagian dari mereka bisanya hanya menyalahkan perilaku orang lain tanpa tahu bahwa jalan hidupnya sendiri sesungguhnya salah. Apakah orang dapat mencapai kepada yang diharapkan tanpa harus berusaha?, padahal semua orang memaklumi bahwa setiap usaha pasti ada jalannya, maka yang dimaksud “jalan usaha” itulah yang dinamakan thoriqoh. Rasulullah bersabda dalam satu haditsnya: “Syari’at itu adalah ucapanku, thoriqoh itu adalah perbuatanku dan hakikat itu adalah keadaan hatiku”.

Oleh karena itu, syari’at, thoriqoh dan hakikat seharusnya menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dalam hidup manusia. Ilmu syari’at adalah ibarat bibit tumbuhan, pelaksanaan thoriqoh

dan mujahadah ibarat menanam bibit-bibit dan menggarap tanah, sedangkan ilmu laduni atau ma’rifatullah adalah buah yang setiap saat dapat dipetik dari tanaman yang sudah tumbuh subur:

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit - pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”. QS.Ibrahim/24-25.

Walhasil, bagi orang yang mengenal dirinya sendiri, mengenal hak dan kewajibannya sebagai seorang hamba yang harus mengabdi kepada Tuhannya, mengenal kebutuhan hidupnya, mengenal tujuan hidup yang harus ditempuh dan dijalani, mengenal harus bagaimana dan untuk apa hidup dan mati ini diciptakan, mengenal tahapan-tahapan kehidupan yang sudah dan akan dijalani, maka pelaksanaan thoriqoh—baik sebagai pelaksanaan ilmu dan iman maupun secara kelompok—adalah kewajiban dan sekaligus kebutuhan hidup yang harus dijalankan bagi setiap individu orang yang beriman, baik untuk keberhasilan hidupnya di dunia maupun di akhirat. Orang yang demikian itu dinamakan orang yang “ma’rifatullah”, ma’rifat (mengenal) dirinyasendiri dan mengenal urusan Tuhannya.

Tujuan Thoriqot

Salah satu tujuan kita berthoriqoh, yaitu bagaimana kita mampu menyepuh karakter manusiawi kita yang kurang terpuji menjadi akhlakul karimah. Tanpa pencapaian tersebut berarti kita belum mampu menduduki maqom ‘kholifah Alloh di muka bumi’, berarti pula kita belum mendapatkan potensi untuk meneruskan pancaran do’a guru-guru mursyid kita kepada keluarga kita dan sesama ikhwan thoriqoh. Untuk tujuan inilah maka secara khusus seorang guru mursyid mengangkat imam-imam khususi. Jadi, kedudukan imam khususi itu ibarat talang untuk mengalirkan air (masyrob/minuman ruhaniah) yang dipancarkan guru mursyidnya untuk menyirami bibit yang sudah ditanamkan guru mursyid tersebut di dalam bumi ruhani murid-mirudnya. Secara khusus setiap khususi, air masyrob itu dialirkan oleh imam khususi kepada jamaah yang dipimpinnya. Demikian beratnya tugas seorang imam khususi, makanya imam khususi tersebut harus dipilih langsung oleh seorang guru mursyid. Karena hanya guru Mursyid yang tahu, apakah orang tersebut mempunyai kemampuan atau tidak.

Pencapaian karakter kholifah tersebut manakala sifat-sifat manusiawi yang bisa menyebabkan rasa pemusuhan dalam hati kita sudah tercabut sehingga hati kita mampu menebarkan rasa persaudaraan fillah. Artinya, mampu memandang musuh dan teman dalam porsi yang sama, sama-sama disayangai sebagaimana orang menyayangi saudara kandung sendiri. Itulah karakter surgawi yang digambarkan Alloh dalam firman-Nya: ”Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”(QS.al-Hijr/47)
Jika orang berthoriqoh belum mampu mencapai hal tersebut, berarti dalam hati kita masih ada yang harus kita waspadai, barangkali di dalamnya masih terselip sifat hasud yang mematikan. Dari sifat hasud inilah yang akhirnya bercabang pinak menjadi kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan matahati kita menjadi buta dan mati. Wal Iyadzu Billah.

Ketika amaliah thoriqoh kita sudah menunjukkan tanda-tanda ada hasilnya, yakni hati kita sudah mulai ditumbuhi rasa cinta, terutama kepada guru-guru dan kepada sesama ikhwan. Untuk menguatkan pencapaian tersebut, maka ujian diadakan oleh Alloh. Sebagai tarbiyah azaliyah, kita dihadapkan dengan romantik fenomena yang terkadang tidak selalu menyenangkan hati kita. Alloh menegaskan sistem ujian ini dengan firman-Nya:”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? - Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS.al-Ankabut/2-3).
Untuk efektifnya sistem tarbiyah Ilahiyah tersebut, maka tradisi ghosip mahal di kalangan kita itu memang harus ada. Namun demikian, jika kita tidak mampu menyikapi hal tersebut dengan arif, maka kita sendiri yang merugi, ndak pernah naik kelas tingkatan. Adapun para pelaku ghosip tersebut, kan itu saudara kita sendiri, seperti di dunia kalangan Maha Siswa itu lo, para senior kan mendapatkan kesempatan ‘melonco’ para uniornya. Meminjam istilah Gus Dur, gitu saja kok repot…….
Kalau ada pertanyaan: “Apakah orang yang suka menggosip itu tidak berdosa”. Jika hasil akhir dari perbuatan dosa tersebut berupa kebaikan, maka apa saja bentuknya berarti hakekatnya kebaikan, jika perbuatan tersebut mampu menjadikan orang menjadi baik, maka dia ikut mendapatkan bagian dari kebaikan tersebut. Seperti dokter itu lo, meski setiap hari pekerjaannya selalu menyakiti pasiennya dengan obat maupun injeksi, oleh karena tujuannya baik maka para Dokter itu mendapatkan penghargaan tinggi di masyarakat.

Untuk supaya kita selalu dapat menyikapi fonomena tersebut dengan pandangan positif, hal itu tentunya ada kunci rahasianya, yakni kita harus mampu selalu berkhusnudz-dzon kepada Alloh SWT. Maksudnya, apa saja yang sedang terjadi di hadapan kita, kita harus yakini bahwa itu merupakan kebaikan yang didatangkan Alloh untuk kita. Jika kita mengetrapkan perasaan seperti itu secara spontan belum mampu, maka fungsi khususi kita pergunakan. Dalam khususi itu perasaan yang tidak enak tersebut kita lebur dalam samudera rahasia kepedulian dan do’a-do’a guru Mursyid kita yang sudah kita yakini mampu mengobati penyakit hati kita. Kehilafan para ikhwan itu kita maafkan di hadapan Alloh serta kita mintakan ampunan kepada-Nya. Kita yakin bahwa mereka itu di akhirat nanti akan menjadi saudara kita yang abadi.
Itulah hakekat mujahadah di jalan Alloh. Hasil dari mujahadah tersebut, awalnya terkadang terjadi gejolak dalam dada kita, ada perasaan panas dingin yang membakar hamparan isi dada kita. Itulah bentuk proses pembakaran hijab yang menyelimuti langit dada seorang hamba yang sedang menempa jiwa di Kawa Candradimuka.
Ketika proses pembakaran itu menunjukan hasilnya, maka seketika hamparan dada kita menjadi lapang, karena saat itu nur Alloh telah didatangkan sehingga yang asalnya samar menjadi cetto welo-welo, yang asalnya tidak faham menjadi faham. Jika gejala ini sudah bisa kita rasakan, maka kita wajib bersyukur, karena itu merupakan pertanda bahwa perjalanan panjang dan melelahkan itu sudah menampakkan buahnya. Jika anda tahu rahasia ini maka anda akan yakin bahwa tradisi ghosip itu memang kita butuhkan dalam komunitas kita. Silahkan mencoba, menjadi tukang ghosip atau yang dighosipi, he he he.

Maaf ya teman-teman, barangkali saya ini Cuma ‘jarkoni’, bisa ujar tapi belum bisa ngelakoni. Tetapi ini adalah ilmu pengetahuan, jika kita jadikan tuntunan dan kita bersungguh-sungguh dalam mengetrapkan, insya Alloh pertolongan akan didatangkan. Sepanjang kesempatan masih terbuka, maka kita wajib menempa jiwa. Batasnya adalah pintu kematian, semoga kita menemukan kebahagian di sana. Amin Ya Rabbal Alamiin, (Malfiali).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar