TATKALA RAHASIA TERUNGKAP
“Semuanya akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. (QS,Ar Rahmaan : 26-28)
Ketika hati mulai bercahaya, ketika jiwa mulai merasakan, ketika akal silau dengan pancaran Nur Nya ; saat itu lidah terasa kelu untuk bersuara, perasaan hati lenyap entah kemana, raga hampir-hampir tak berdaya bahkan jiwa gaib di dalam kegaiban Tuhannya.
Samudra Ahadiyah Allah Ta’ala telah menghanyutkan dirinya menghempaskan batinnya pada karang-karang kerinduan dan membawanya kepada sebuah pulau keikhlasan tertinggi.
Mereka-mereka yang telah sampai pada keikhlasan tertinggi itu telah melepaskan segala sesuatunya, apa saja baik dirinya zahir batin maupun yang diluar dirinya. Pandangan Syuhudnya hanya lah Allah Swt, di dalam pandangan yang tiada jarak dan tiada antara.
Telah dilewatinya Pos-pos jiwa mulai dari Pos Ruhani sanpai kepada Pos Ruh Idhofi. Disini baginya sesuatu yang berpasangan telah lenyap dari pengetahuan di dirinya. Tiada lagi kata serba dua apalagi banyak pada pandangan batinnya. Mursyid yang menyampaikan dirinya kepada Tuhannya pun sudah tidak terpandang lagi. Baginya mursyid dan murid itu satu! Yang dikatakan Mursyid, itulah Murid ; dan yang dikatakan Murid, itulah Mursyid. Batinnya satu dengan Mursyidnya, sehingga dia juga yang disebut Mursyid dan dia jugalah yang disebut Murid. Jika Mursyid dan Murid sudah satu dalam pandangan Batinnya, dimanakah Mursyid? Dan dimanakah Murid?
Tentu! Jika sudah Satu meliputi maka tidak ada lagi Mursyid dan tidak ada lagi Murid, yang ada hanyalah Penguasa yang menguasai Mursyid dan Murid, Dialah Allahu Robbul ‘Alamin.
Itulah maqom keikhlasan tertinggi dimana pada maqom itu ia tidak terikat oleh sesuatu lagi, tidak membangga-banggakan akan sesuatu lagi dan tidak menonjolkan akan sesuatu lagi.
Kemerdekaan dan kemandirian bersama Tuhannya telah mengisi kekosongan jiwanya, sehingga kemana saja ia pergi, dimana saja ia berada tidak ada yang ada hanya Allah Swt meliputi disetiap gerak dan diamnya.
Pada Maqom Keikhlasan tertinggi itu Allah telah mendudukan ia pada posisi “DARKATUL QUDRAT”, karena ia telah berhasil melewati tahapan ke “AKU” an didirinya.
DARKATUL QUDRAT adalah ibarat Halaman Istana Kerajaan Allah Ta’ala.
Jika ke “AKU “an dirinya saja sudah lenyap/Fana dari pandangan, bukankah segala yang di luar dari dirinya juga akan lenyap/Fana?
Apabila mereka yang mengaku telah benar-benar sampai kepada Tuhannya, tentu sudah seharusnya ia tidak bersandar lagi kepada sesuatu.
Jika masih bersandar akan sesuatu sedangkan ia menyatakan telah sampai kepada Maqom Robbani, maka sesungguhnya ia belumlah sampai dengan sebenar-benarnya sampai. Pada saat itu ia masih sampai sebatas Ilmu dan rasa tetapi belum lagi sampai kepada yang punya Ilmu dan rasa.
Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a Karamallahu Wajhah berkata :
“Tidak Syah Sholat seseorang melainkan dengan Mengenal akan Allah”.
Di dalam perjalanan Ma’rifatullah/Mengenal akan Allah maka di mulai dengan Mengenal akan Diri sendiri (Diri yang sebenar-benarnya Diri). Sebab diri yang dikatakan sebenar-benarnya diri itu, yang memiliki hubungan langsung dengan Tuhannya. Tentu bagi mereka yang sudah paham tentang Ma’rifat telah mengetahui yang mana sih…., diri yang harus di kenal itu.
Akan tetapi dari mereka-mereka yang telah kenal akan diri banyak yang tidak menyadari bahwasannya apa yang telah dilaluinya/diketahuinya itu masih sebatas Kulit dalam pandangan Arifbillah.
Kenapa demikian..? karena diri yang banyak diketahui oleh sebagian penuntut Ma’rifatullah itu masih terbatas kepada diri yang ada pada dirinya sendiri. Dan ada juga yang terbatas pada pandangannya kepada orang yang diistimewakan dan diagungkannya.
Sedangkan Ma’rifat yang sebenarnya dan sesempurna-sesempurnanya adalah Ma’rifat yang Universal, tidak ada batasanya dan tidak terbatasi oleh diri sendiri saja maupun orang tertentu saja.
Setiap orang yang berada di dalam lingkaran Ma’rifat merujuk kepada Sumber Pengetahuan Allah/Sumber Hakikatullah yang di sebut dengan “Nur Muhammad”, sebagaimana dalil yang telah dipahami oleh mereka-mereka yang ber paham Ma’rifat bahwa “Nur Muhammad” itu awal-awal dari segala sesuatu. Dengan Nur itu maka terciptalah Seluruh sekalian Alam beserta isinya.
Rosulullah Saw bersabda :
“Bahwasannya Allah Swt telah menjadikan akan Ruh-ku daripada Zat-Nya sedangkan sekalian Alam beserta isinya terbit dari pada Nur-ku (Nur Muhammad)”.
Sabda Rosulullah Saw yang lain :
“Sesungguhnya Aku adalah Bapak sekalian Ruh sedangkan Adam adalah Bapak dari sekalian batang tubuh (Jasad)”.
Dari dalil tersebut telah menguraikan bahwa Hakikat Nur Muhammad itu tidak hanya ada pada satu diri saja melainkan ada pada setiap yang maujud. Sehingga tak terbatas bagi Nur Muhamad itu, melainkan meliputi sekalian Alam termasuk pada diri sendiri.
Jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada pada dirinya sendiri maka belum lah dikatakan mengenal akan Allah yang meliputi sekalian Alam. Begitu juga jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada hanya pada orang-orang tertentu yang diistimewakannnya dan diagungkannya dari diri Ustadz-ustadznya, Guru-gurunya, Syaikhnya ataupun Mursyidnya maka sesungguhnya ia masih terhijab oleh yang sesuatu yang dipandangnya.
Rumus dari pada Ma’rifatulah yang sebenarnya dan Universal itu adalah :
“Syuhudul Wahdah Fil Katsroh, Syuhudul Katsroh Fil Wahdah”.
(Memandang yang Satu (Nur) ada pada yang banyak, memandang yang banyak ada pada yang Satu).
Saya katakan bahwa seseorang yang mengenal Allah sebatas pandanganya kepada dirinya sendiri atau orang tertentu yang diistimewakan dan diagungkannya maka mereka itu mengenal akan Allah masih sebatas Kulit saja dari pemahaman Marifatullah yang sesungguhnya.
Jika demikian!, bagaimana mungkin ia akan sampai kepada keikhlasan tertinggi dan bagaimana mungkin ia mengatakan telah bertemu dengan Allah sedangan di halaman Istana Allah saja (DARKATUL QUDRAT) ia belum memasukinya, karena masih terdinding/terhijab pandangannya dari sesuatu selain Allah Swt (HAQQUL HAQIQI).
Jika anda benar-benar ingin menjumpai Allah dan bertemu dengan Allah (LIQO’) maka lepaskanlah pandangan hatimu dari sesuatu apapun. Jangan berhenti pada pandangan JAMALULLAH/ KEINDAHAN ALLAH maka niscaya engkau akan mabuk dan takjub di dalamnya.
Pandanganmu akan Hakikat Nur yang ada hanya pada dirimu saja atau yang ada hanya pada orang yang engkau kagumi dan istemawakan saja membuktikan bahwa tanpa engkau sadari engkau telah tenggelam dan mabuk di dalam sifat JAMALULLAH/KEINDAHAN ALLAH.
Ketahuilah! Bahwa untuk sampai kepada Allah Swt dengan melalui EMPAT tahapan, yaitu :
JALALULLAH (Kebesaran dan Keagungan Allah)
JAMALULLAH (Keindahan Allah)
QOHARULLAH (Kekerasan/Kepastian Allah)
KAMALULLAH (Kesempurna’an Allah)
Untuk bisa menaiki tahapan-tahapan tsb agar sampai kepada KAMALULLAH (KESEMPURNAAN ALLAH), maka wajib baginya Satu Pandangan yaitu Allah Swt tanpa melalui perantara selain Nur Muhammad. Sedangkan Nur Muhammad itu meliputi setiap yang Maujud termasuk pada diri sendiri.
Sehingga yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid Murobbi adalah Nur Muhammad Rosulullah Saw sebagai pemegang Kunci Pintu Surga/MIFTAHUL JANNAH.
Siapapun mereka itu, jika Satu yang di pandang yaitu Allah Swt, melalui Hakikat Nur Muhammad yang meliputi sekalian Alam maka tidak ada sebutan yang pantas baginya selain “ARIFBILLAH”.
Jika masih ada pandangan yang terbatas atau dibatasi tentang Hakikat Nur Muhammad itu pada beberapa diri saja maka belumlah pantas baginya menyandang sebutan “ARIFBILLAH” melainkan mereka itu masih di sebut dengan orang yang berada pada “TARIKAT/Perjalanan” menuju kepada Allah.
Mursyid Murobbi tidak hanya ada pada satu diri
Melainkan Meliputi setiap “Kaun Maujudi”
Siapa yang sanggup mematikan Diri
Itulah Langkah Awal menuju Diri Sejati
Jangan tertipu dengan apa yang dipandang
Karena semuanya hanyalah bayang-bayang
Tidak terpisah Al-Haq dengan selayang pandang
Tujulah kepada satu yang ada di dalam pandang
Belumlah dikatakan sebenar-benarnya mengenal
Sebelum engkau mengerti JALAL, JAMAL, QOHAR DAN KAMAL
Empat sifat yang maujud dan Nyata pada Nur-Nya
Alif itu menunjukkan akan Zat-Nya
Lam Awal adalah ketetapan Sifat-Nya
Lam Akhir kenyataan Asma’Nya
Sedangkan Ha adalah bukti dari Af’al-Nya
Kesempurnaan Allah dalam keserba meliputannya
Pada Muhammad Rosulullah segala rahasianya
Sebagai inti dasar dari sekalian alam
Menjadi saksi kemaujudannya
Alif adalah jati diri Muhammad
Kaf itu adalah Ilmu Muhammad
Ba’ adalah Kelakuan Muhammad
Ro’ itu kehendak pada diri Muhammad
Dari situlah Maha Agung Allah Ta’ala
Dalam keserba meliputan sekalian Alam
Allah dan Muhammad satu Rahasia
Menjadi Kalimah ALLAH dan AKBAR
(Pengembara Jiwa)
Saya selalu bezikir ya jalal ya jamal ya kahar ya kamal. salah satu zikir yang saya suka. Bagaimana nak mendalaminya selain dari hanya memandang sekalian alam? mohon bimbingan.
BalasHapus