tag:blogger.com,1999:blog-41991994945564633852024-03-19T11:29:13.169+07:00Musafir Gendeng'mati sakjeroning urip supoyo biso urip sakjeroning pati’Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.comBlogger19125tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-20048232288942378152009-12-28T14:29:00.002+07:002009-12-28T14:30:55.826+07:00Yang sedang di rundung duka<span class="fullpost">Dimanakah diri ini....<br />Tak ku temukan Kau<br />Semakin ku kejar _ semakin jauh<br />Semakin ku Jauh _ Kau tetap tak ber gerak.............<br />Embuh mumet.....................<br /> </span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-35242579835264032812009-01-27T10:48:00.005+07:002009-01-28T08:38:56.740+07:00Tazkiyatun nafs/Penyucian Hati 2<p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><b style=""><u><span style="color: rgb(192, 0, 0);font-size:14;" >PUASA <o:p></o:p></span></u></b></p> <p style="text-align: justify;">Supaya manusia menjadi baik, terlebih dahulu yang harus dijadikan baik adalah hatinya. Padahal baik dan buruknya hati bergantung bagaimana manusia mengelola nafsu syahwatnya. Untuk tujuan itu maka orang beriman diwajibkan berpuasa selama satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan dan disunahkan berpuasa di lain bulan ramadhan. Dengan puasa itu supaya mereka mampu melatih diri untuk mengendalikan nafsu syahwat sehingga hatinya menjadi bersih dan suci dari segala kotoran manusiawi. Itulah keadaan hati orang bertakwa.</p> <p style="text-align: justify;">Allah s.w.t. memuji orang yang mau menyucikan jiwanya. Yakni orang yang selalu menjaga hatinya dari sifat-sifat yang tidak terpuji, seperti riya’, syirik dan cinta dunia. Sifat-sifat basyariyah (manusiawi) yang mampu menjerumuskan orang kepada sifat syaithoniyah (sifat setan), yakni sombong, hasud dan munafik kepada teman sendiri. Sifat-sifat tersebut mampu menghancurkan kehidupan manusia baik di dunia mapun di akhirat. Allah mengabadikan pujian itu dengan firman-Nya: “Sungguh beruntung orang yang membersihkan diri ! Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang QS. A’laa; 87/14-17.</p> <p style="text-align: justify;">Sungguh beruntung orang-orang yang menyambut pujian itu dengan melaksanakan pengabdian hakiki. Mereka mengisi kesempatan ibadah yang dibentangkan di dalamnya. Siangnya dengan puasa dan shodaqoh, dan malamnya dengan melaksanakan ibadah tambahan yang lain, seperti tahjud dan mujahadah lainnya. Dengan demikian itu berarti mereka telah melaksanakan at-tazkiyah.</p> <p style="text-align: justify;">Untuk melaksanakan al-tazkiyah (penyucian jiwa) yang sesungguhnya, orang beriman harus melaksanakan tiga tahap ibadah:<br />Pertama: Menyucikan hati dari segala kotoran basyariah. Dengan memadukan ilmu pengetahuan dan iman dalam pelaksanaan amal ibadah. Baik di dalam pelaksanaan puasa, shalat, haji, maupun mujahadah dan riyadlah. Hal tersebut dilakukan semata-mata bertujuan untuk menghapus kotoran-kotoran yang sudah menempel di dalam jiwa. Dengan penyucian jiwa itu supaya hasil ibadah yang dilakukan benar-benar menjadi ‘buah ibadah’ yang bersih dan suci dari segala kotoran basyariah.</p> <p style="text-align: justify;">Pelaksanaan ibadah itu dinamakan “Mujahadah” atau bersungguh-sungguh di jalan Allah. Berbentuk kekuatan ibadah sebagai buah ilmu pengetahuan secara rasional, yakni kekuatan yang diterbitkan oleh keyakinan yang dihasilkan sebuah proses belajar dan mengajar yang juga disebut ”Ijtihad”. Mujahadah tersebut akan menghasilkan pemahaman hati akan urusan ketuhanan yang mampu membangkitkan semangat pengabdian yang hakiki yang juga disebut “ Jihad”. Jadi, munculnya semangat jihad itu adalah hasil mujahadah dan munculnya mujahadah itu adalah hasil ijtihad. Sebagai sunatullah, apabila usaha yang pertama itu dilaksanakan dengan benar maka hasil-hasil berikutnya akan menjadi benar pula. Maksudnya, apabila ijtihad itu dilaksanakan dengan benar, maka mujahadahnya juga akan menjadi benar dan selanjutnya jihadnya juga menjadi benar.,</p> <p style="text-align: justify;">Manakala pelaksanaan ibadah tidak terlebih dahulu bertujuan menyucikan jiwa, maka hasilnya bisa jadi terkontaminasi kotoran duniawi. Akibatnya, aktualisali “semangat jihat” itu tidak selalu mampu diarahkan kepada hal yang positif. Seperti membangun “ukhuwah islamiyah” misalnya, tetapi malah sebaliknya, yakni menciptkan perpecahan di antara umat Islam. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan gejala yang demikian. Pelaksanaan semangat jihad yang mestinya positif itu ternyata malah menimbulkan keresahan berkepanjngan.</p> <p style="text-align: justify;">Semangat jihad itu bahkan oleh kelompok orang telah diaktualkan dengan meledakkan bom. Kondisi dalam hati yang semestinya mampu membawa kemanfaatan untuk manusia itu malah menimbulkan korban orang-orang yang tidak berdosa. Apabila hal semacam itu mereka laksanakan pada masa perang, maka para peledak bom itu tentunya mendapatkan penghargaan yang tinggi. Namun sayangnya bom-bom itu mereka ledakkan bukan pada saat yang tepat. Akibatnya, disamping peristiwa yang memalukan itu menorehkan catatan sejarah jelek bagi semangat perjuangan Islam sejati, semangat suci itu juga menjadi ajang bunuh diri yang tiada arti.</p> <p style="text-align: justify;">Artinya dengan menghancurkan sebagian kecil dari sarang kemaksiatan itu, ternyata pengorbanan mereka tidak berhasil membuat perubahan yang berarti. Semangat jihat mereka itu terbukti tidak berhasil menghancurkan kemaksiatan yang sedang meraja lela di negeri tercinta ini, bahkan malah menghadiahkan sebutan jelek bagi mereka sendiri. Mereka dicap sebagai teroris dan sebagaian mereka harus mengakhiri hidupnya di hadapan regu tembak dalam penjara.</p> <p style="text-align: justify;">Akibat dari peristiwa tersebut malah muncul image negatif di masyarakat. Orang-orang yang sesungguhnya mampu menunjukkan penampilan sebagai seorang muslim yang taat, yakni berjilbab hitam dan bercadar bagi kaum wanitanya, dan berjenggot bagi kaum prianya, namun ternyata oleh sebagian kalangan mereka itu malah dicurigai sebagai antek-antek teroris yang dijadikan target operasi oleh pihak aparat.</p> <p style="text-align: justify;">Yang demikian itu bukan semangat jihad itu yang harus disalahkan. Karena tujuan semangat jihat itu sejatinya juga untuk menegakkan kebaikan, yaitu mengamalkan ilmu dan keyakinan yang ada di hati mereka. Namun barangkali karena ilmu dan keyakinan tersebut terlebih dahulu sudah terkontaminasi cacat bawaan. Oleh karena kotoran dalam hati tidak terlebih dahulu mampu dibersihkan, maka giliran dalam tataran pelaksanaannya, semangat yang positif itu tidak mampu dibarengai dengan hati yang positif, yaitu kasih sayang kepada umat. Akibatnya, yang timbul di dalam hati mereka hanya merasa benar sendiri dengan menyalahkan orang lain tanpa dapat mencarikan jalan keluar dengan cara yang arif dan bijaksana.</p> <p style="text-align: justify;">Kedua: Memasukkan cinta dan ma’rifat di dalam hati. Setelah orang beriman mampu merampungkan tazkiyah dengan benar, sebagai pahala ibadah yang dijalani, di dalam jiwa mereka akan tumbuh pemahaman hati akan rahasia urusan Ilahiyah yang disebut “ma’rifatullah”. Dengan ma’rifatullah itu menjadikan seorang hamba mencintai Tuhannya dengan benar.</p> <p style="text-align: justify;">Manakala dengan pelaksanaan ibadah itu seorang hamba berhasil mengeluarkan penyakit-penyakit jiwanya sendiri, baik penyakit akal, hati maupun ruh, maka sesuai ukuran yang sudah dikeluarkan itu Allah akan mengisi kekosongannya dengan obat-obat yang menyembuhkan. Hal itu dinyatakan Allah dalam firman-Nya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh, maka terhadap mereka itulah Allah akan mengganti kejelekannya dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Furqon; 25/70)</p> <p style="text-align: justify;">Ketika seorang hamba berzikir kepada Allah dengan do’a-do’anya dan Allah menjawab zikir itu dengan ijabah-Nya, keadaan itu seperti yang dinyatakan dengan firman-Nya: “Fadzkuruunii adzkur kum” (Berzikirlah kamu kepada-Ku dan Aku akan berzikir kepadamu), maka saat itu terjadilah “Interaksi Nurriyah” antara seorang hamba dengan Tuhannya. Arus balik dzikir dari Allah itu berbentuk Nur kehidupan. Ketika nur itu dimasukkan di dalam rongga dada yang bersih, rongga dada yang semula sempit menjadi lapang. Sungguh benar Allah dengan Firman-Nya: “Bukankah orang-orang yang dibukakan hatinya untuk menerima agama Islam, maka mereka itu telah mendapatkan Nur dari Tuhannya. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Az-Zumar; 39/22)</p> <p style="text-align: justify;">Itulah Nur kehidupan, ketika dipancarkan dalam rongga dada manusia, maka akal yang semula bodoh menjadi mengerti, hati yang semula keras dan kasar menjadi lentur dan penuh kasih, ruh yang semula redup menjadi cemerlang. Keadaan itu tidak hanya menjadikan orang menjadi pandai dan cerdas saja namun juga menjadikan mereka mampu mengabdikan segala pontensi hidupnya yang positif dengan cara yang positif pula. Mereka tidak hanya mampu memberikan kemanfaatan kepada dirinya sendiri saja namun juga kepada orang lain dan lingkungannya.</p> <p style="text-align: justify;">Ketiga: Menumbuhkan semangat pengabdian hakiki di dalam rongga dada. Orang yang hatinya telah disinari nur ma’rifatullah, orang tersebut pasti mencintai Allah. Barangsiapa mencintai Allah, berarti mereka pasti akan siap menjadi hamba-Nya. Oleh karena dampak dari cinta adalah cemburu, maka seperti itu pula keadaan orang yang mencintai Allah. Hati mereka marah ketika melihat orang lain terang-tarangan berbuat maksiat kepada-Nya, maka dari situlah awal mulanya tumbuh semangat benah-benah yang dinamakan dengan semangat jihad.</p> <p style="text-align: justify;">Namun apabila semangat yang positif itu tidak dibarengan hati yang positif, maka ditakutkan akan direalisasikan hanya sesuai pemahamannya sendiri. Akibatnya, terjadilah benturan-benturan di tengah masyarakat. Hal itu bisa terjadi, karena yang dimaksud kebaikan itu sesungguhnya adalah hal yang retatif, yakni bergantung pemahan dan ilmu pengetahuan manusia itu sendiri. Oleh karena itu tanpa adanya Nur kehidupan yang menyinari ilmu dalam akal, maka semakin orang berilmu tinggi, orang tersebut cenderung terjebak berbuat sekehendak nafsunya sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Walhasil, dengan segala amal ibadah dan pengabdian yang dijalani, baik di bulan Ramadhan maupun di luarnya, pertama kali yang harus diselesaikan oleh seorang hamba adalah membersihkan jiwanya sendiri. Yakni membersihkan ronga dada dari seluruh hijab-hijab basyariyah, baik dari kotoran dosa maupun sifat-sifat yang tidak terpuji, dengan itu supaya hati mereka menjadi jernih sehingga matahati yang ada di dalamnya menjadi cemerlang dan tembus pandang. Dengan matahati yang cemerlang itu, tentunya manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan.</p><br /><p><b style=""><u><span style="color: rgb(192, 0, 0);font-size:14;" >PUASA SEBAGAI IBADAH RAHASIA<o:p></o:p></span></u></b></p> <p style="text-align: justify;">Ibadah puasa adalah ibadah rahasia, dalam arti tidak seorangpun dapat mengetahui kecuali Allah. Ketika orang mengaku puasa, dia benar puasa atau tidak, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Orang mengaku puasa, lalu masuk kamar, di dalam kamar itu ia makan dan minum, ketika keluar dari kamarnya ia mengaku masih berpuasa. Tidak ada orang yang mengetahuinya kecuali Allah. Berbeda dengan ibadah yang lain, seperti shalat, haji, dan shadaqah, ibadah-ibadah itu di samping ibadah batin yakni dalam aspek niatnya, juga ibadah lahir dalam arti dapat dilihat oleh orang lain.</p> <p style="text-align: justify;">Oleh karena puasa adalah ibadah rahasia, maka tidak ada kemungkinan lain yang dituju kecuali hanya kepada Allah. Ketika yang dituju hanya Allah, maka yang akan menentukan balasannya juga hanya Allah. Adapun ibadah-ibadah yang lain, oleh karena di dalamnya masih terdapat potensi untuk syirik, baik di dalam tujuan maupun amal, maka pahalanya bergantung bagaimana niatnya. Di dalam HR. Muslim disebutkan:</p> <h3 style="text-align: center;" align="center"><span style="font-family:Tahoma;">ِكُلُّ</span> <span style="font-family:Tahoma;">عَمَلِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">ابْنِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">آَدَمَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">يُضَاعَفُ</span> . <span style="font-family:Tahoma;">اَلْحَسَنَةُ</span> <span style="font-family:Tahoma;">بِعَشْرِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">أَمْثَالِهَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">إِلَى</span> <span style="font-family:Tahoma;">سَبْعِمِائَةِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">ضُعْفٍ</span> <span style="font-family:Tahoma;">إِلاَّ</span> <span style="font-family:Tahoma;">الصَّوْمَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">فَإِنَّهُ</span> <span style="font-family:Tahoma;">لِيْ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَأَنَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">أَجْزِىْ</span> <span style="font-family:Tahoma;">بِهِ</span></h3> <p style="text-align: center;" align="center"><em>“Seluruh amal anak adam adalah dilipatgandakan , satu kebaikan dilipatgandakan dengan sepuluh kalinya sampai tujuh ratus kali kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”.</em></p> <p style="text-align: justify;">Keutamaan Ibadah Rahasia<br />Ibadah rahasia itu bukan hanya ibadah puasa saja. Ibadah lain bisa dikatakan ibadah rahasia asal pelaksanaanya dirahasiakan sehingga tidak ada yang mengetahui kecuali Allah s.w.t. Ibadah tersebut, meski merupakan ibadah yang ringan, namun pahalanya bisa menjadi besar, karena ibadah itu hanya ditujukan kepada Allah yang Maha Besar. Di dalam haditsnya, Rasulullah s.a.w mengabarkan keadaan yang sangat luar biasa bagi orang yang beribadah secara rahasia:</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Diriwayatkan dari Nabi Beliau bersabda: “Ketika hari kiamat telah tiba, akan datang suatu kaum yang mempunyai sayap seperti sayap burung, mereka terbang dengan sayap itu dari kuburnya ke kebun-kebun surga. Penjaga surga bertanya kepada mereka: “Siapa kalian?, mereka menjawab, kami dari umat Muhammad s.a.w. Penjaga surga bertanya: “Apakah kalian sudah melihat hisab? , mereka menjawab: “Tidak”. Penjaga surga bertanya lagi: Apakah kalian sudah melihat shiroth?, Mereka menjawab ,”Tidak”, Dengan apa kalian mendapat derajat ini?, mereka menjawab: “Kami beribadah kepada Allah dengan rahasia di dunia, dan Allah memasukkan kami ke surga dengan rahasia pula di akherat.</em></p><br /><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" ><o:p></o:p></span></p><span class="fullpost"><br /><br /></span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-48667126230946837932009-01-27T08:52:00.000+07:002009-01-27T08:57:16.728+07:00“menyatukan qodo’ dan qodar dalam satu kesatuan amal”.<b style=""><i style=""><u><span style="font-size: 16pt;">Qodo’ dan Qodar<o:p></o:p></span></u></i></b> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="color: blue;">Ibadah dhohir batin yang akan menjadikan hati menjadi yakin dan khusu’. Itulah yang dimaksud dengan “menyatukan qodo’ dan qodar dalam satu kesatuan amal”</span></i>.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kalangan kita yang awam ini sering sulit dapat membedakan. Di dalam bagian hidup ini—dari perbuatan yang sehari-hari dikerjakan manusia—mana yang bagian alam azaliyah (qodo’) dan mana yang bagian alam hadits (qodar). Mana yang kehendak (irodah) basyariyah yang hadits dan mana kehendak (irodah) Allah Ta’ala yang qodim. Demikian pula, di dalam kehendak basyariyah kita yang hadits itu—ketika perbuatan itu sedang dikerjakan—mana di dalamnya yang termasuk bagian dari kehendak Allah Ta’ala yang qodim. Sebab, tidak satupun kehendak manusia yang hadits melainkan pasti kehendak itu terbit dari kehendak Allah Ta’ala yang qodim(azaliyah). Demikian pula, apabila dua alam itu(alam hadits dan alam qodim) dapat dipadukan manusia secara spiritual di dalam satu kesatuan amal ibadah dhohir yang hadits, maka amal ibadah yang hadits itu akan menjadi amal ibadah yang kuat dan sempurna. Setiap pribadi muslim pasti percaya adanya qodo’ dan qodar. Qodo’ adalah ketetapan Allah pada zaman azali yang sifatnya qodim sedangkan qodar adalah pelaksanaan qodo’ itu pada zaman sekarang yang hadits. Sebabnya, iman qodo’ dan qodar itu adalah termasuk di dalam rukun iman yang keenam. Bahkan seorang muslim percaya <span style="font-size: 11pt;">bahwa baiknya dan jeleknya juga adalah dari Allah Ta’ala (khoirihi wa syarrihi minallaahi Ta’ala). Namun, barangkali yang kurang dipahami banyak orang adalah cara mengetrapkan qodo’ qodar itu di dalam iman, yaitu memadukan antara qodo’ dan qodar itu secara spiritual di dalam satu amal yang dhohir. Secara teori, atau ilmu yang harus diimani oleh yang beriman adalah, bahwa setiap kejadian yang telah atau sedang terjadi, pasti sebelumnya sudah ditentukan oleh Allah Ta’ala pada zaman azali. Masalahnya, ketika kejadian itu terbit dari perbuatan manusia, dari kehendak pribadi yang hadits, maka sering timbul suatu pertanyaan: “Kalau apa-apa yang sedang dikerjakan manusia itu adalah sesuatu yang sudah ditentukan Allah Ta’ala pada zaman azali……..?, maka apa arti kehendak dan perbuatan manusia itu disaat manusia itu sedang mengerjakan pekerjaannya…?.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Bahkan ada yang bertanya lebih ekstrim, yang kadang-kadang sering dimunculkan di dalam majlis-majlis pengajian dan forum diskusi yang sifatnya umum. Mereka bertanya: “Kalau perbuatan jelek manusia yang dapat mengakibatkan manusia terjerumus masuk ke neraka itu, juga adalah apa-apa yang sudah dikehendaki Allah Ta’ala pada zaman azali, berarti, bukankah Allah juga punya andil dalam kejelekan itu……? Kalau demikian mengapa manusia sebagai pelaksana kehendak-Nya dimasukkan ke neraka..?. Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang kadang-kadang dapat menggangu pemikiran awam, yang kalau dibiarkan dapat merusak aqidah yang baru tumbuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Oleh karena itu, urusan qodo’ dan qodar ini tidak banyak dibicarakan oleh para ulama’ salaf, terlebih kepada yang bukan ahlinya dan di majlis-majlis yang sifatnya umum. Karena, mereka takut ada yang salah dalam pemahaman, terlebih bagi yang belum mampu menerimanya. Demikian juga, karena di dalam urusan qodo’ dan qodar itu banyak hal yang menyangkut ilmu rasa atau ilmu mukasyafah (intuisi), bukan sekedar ilmu rasional. Maha Suci Allah dari segala imajinasi manusia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga kita dari kesalahan yang fatal dalam berbicara. Berangkat dari pembicaraan bahwa manusia adalah seorang kholifah Allah di muka bumi, yaitu sumber pelaksana di muka bumi. Oleh karena kebanyakan manusia melupakan hakikat kekholifahan itu, maka dalam kaitan memahami qodo’ dan qodar ini menjadikan kebanyakan mereka menjadi kurang mampu untuk memahaminya. Maksudnya, bahwa secara sunnah (sunatullah) manusia telah ditentukan sang Pencipta yang Maha Kuasa sebagai tenaga pelaksana di muka bumi. Dengan itu supaya disana tercipta amal dan karya. Karena hanya dengan amal dan karya itulah manusia akan mendapatkan bagian yang sudah ditentukan Allah Ta’ala untuk dirinya. Baik berupa sarana kehidupan di dunia maupun di akhirat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Sarana-sarana kehidupan manusia itu, kalau diibaratkan buah mangga, maka buah mangga itu masih bergantung di pohonnya. Meski buah mangga itu sudah diperuntukkan bagi seseorang, apabila orang tersebut tidak mau berusaha mengambilnya, maka buah mangga itu tidak akan datang sendiri kepangkuannya. Demikian juga, cara mengambil buah mangga itu, karena buah itu masih tergantung di pohonnya, maka haruslah dengan ada kemauan dan kemampuan serta sarana pendukung yang memadai. Yang demikian itupun juga sunnatullah yang sejak ditetapkan tidak akan ada perubahan lagi untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jatah</span><b style=""><i style=""><sup><span style="color: blue;">2</span></sup></i></b><b style=""><i style=""><span style="font-size: 7pt;"> </span></i></b><span style="font-size: 11pt;">yang sudah ditentukan bagi dirinya itu, selama hidupnya manusia harus berbuat dan berusaha.</span><b style=""><span style="color: blue;"> </span></b><b style=""><i style=""><span style="font-size: 10pt; color: blue;">2</span></i></b><i style=""><span style="font-size: 10pt;"> </span></i><i style=""><span style="font-size: 9pt; color: blue;">Kaitan jatah ini Allah Ta’ala telah menyatakan dengan firman-Nya yang artinya: “Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan akan keutamaan(yang sudah ditentukan bagi)nya”.QS.Hud/3.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Tidak boleh hanya tinggal diam saja. Manusia harus membangun dan mengelola sendi-sendi kehidupannya. Secara universal dan meliputi setiap sendi yang ada yang dimulai dari hidupnya sendiri, keluarga, rumah tangga dan lingkungannya. Dimana saja berada dan sebagai apa saja, manusia harus mampu berbuat amar ma’ruf dan nahi ‘anil mungkar. Karena dengan amar ma’ruf nahi munkar itulah, kehidupan di muka bumi ini akan benar-benar menjadi hidup subur dan makmur. Allah Ta’ala telah menyatakan sunnah tersebut dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;">“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. QS: Ar’d/11.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Untuk menjalankan fungsi kekholi-fahan tersebut, manusia mendapatkan hak untuk bebas menentukan pilihan hidup (Huriyatul Irodah). Maksudnya, manusia yang harus memilih jalan hidupnya sendiri. Dengan amal kebaikan atau keburukan, meski masing-masing keduanya akan membawa dampak dan konsekwensi yang harus mampu dipertanggungjawabkan sendiri oleh manusia. Oleh karena itu, supaya manusia tidak salah dalam memilih dan juga supaya tercipta aturan main yang adil dan bertanggungjawab di muka bumi, maka Rasul-rasul dan para Nabi saw. diutus sebagai pemimpin dan pembimbing manusia serta kitab-kitab langit diturun-kan sebagai pedoman dan rambu-rambu jalan yang harus ditaati. Disamping yang demikian itu, manusia juga telah dilengkapi dengan indera-indera kehidupan, baik indera yang dhohir maupun yang batin. Indera-indera itu adalah sarana, sebagai perangkat-perangkat atau alat mekanik supaya manusia dapat menjalani hidup dan kehidupannya dengan layak dan sempurna. Untuk mengendalikan seluruh anggota tubuh yang ada, seperti kaki, tangan, mata, telinga, dan lisan, manusia telah dilengkapi pula oleh Sang Maha Pencipta Yang Maha Pemurah dengan tiga perangkat pokok, yaitu nafsu, akal dan hati, atau lazim disebut emosional, rasional dan spiritual.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Dengan ketiga perangkat pengendali tersebut, manusia harus menentukan jalan hidupnya untuk sebuah karya. Mengisi lembaran-lembaran buku putihnya dengan sejarah dan perjalanan hidup yang secara dhohir dirinya sendiri diberi kesempatan untuk memilih sendiri, dengan amal kebajikan atau amal kejahatan. Apabila manusia memilih meng-gunakan akalnya untuk memperturutkan nafsu dan hawanya berarti manusia telah berbuat maksiat dan mendapatkan dosa. Namun apabila dengan akal itu manusia memilih menahan nafsunya dan mengikuti kehendak hatinya berarti manusia telah berbuat taat dan mendapatkan pahala. Kesempatan untuk memilih itu, yang juga disebut “Huriyatul Irodah”, sejatinya adalah anugrah terbesar yang diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Namun demikian, dengan anugrah itu, boleh jadi manusia dimasukkan ke neraka atau ke surga. Itulah yang dimaksud dengan fungsi kekholifahan itu, yang hanya diberikan Allah Ta’ala kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk yang lainnya. Yang demikian itu karena sekali-kali Allah Ta’ala tidak berbuat zalim kepada hamba-Nya. Adapun makhluk selain manusia, kecuali Jin, malaikat sekalipun, mereka hanya menjalankan suratan hidupnya yang telah ditentukan dengan ketat tanpa ada kesempatan untuk memilih. Oleh karena itu, meski binatang kadang-kadang menjalankan hidupnya dengan semaunya sendiri. Yaitu tidak perduli barang orang lain yang mestinya harus dijaga, asal ada kesempatan pasti akan disikat juga, seperti kalau manusia adalah perbuatan seorang koruptor, apabila pekerjaan itu dilakukan oleh binatang maka binatang itu tidak akan dimasukkan ke penjara, baik penjara di dunia maupun di akhirat. Yang demikian itu karena sejatinya binatang itu tidak mempunyai pilihan hidup.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Tidak seperti manusia. Secara dhohir manusia harus memulai dan memilih, itulah amal. Dengan amal itu supaya ada sebab-sebab dhohir, yang akhirnya juga akan melahirkan akibat yang dhohir pula. Maka, apabila manusia hanya memilih bagian hidup yang senang saja, pada gilirannya, suatu saat pasti manusia akan menemukan bagian hidupnya yang susah. Yang demikian itu, oleh karena senangnya sudah dihabiskan di depan, maka dikemudian hari, yang akan tersisa hanya tinggal susahnya saja. Itulah hukum sebab akibat, sebagai sunnah yang tidak akan ada perubahan lagi untuk selamanya. Namun demikian, sejatinya sebab dan akibat itu terjadi hanya mengikuti suratan takdir yang sudah ditentukan Allah Ta’ala sejak zaman azali.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Allah telah tegaskan yang demikian itu dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;"><span style=""> </span>“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”. QS.al-Qoshosh.28/68.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Disinilah para awam kadang-kadang mengalami kebingungan. Mana bagian yang qodo’ dan mana bagian yang qodar ketika qodo’ dan qodar itu dikaitkan dengan satu amal perbuatan yang sedang dilakukan manusia. Untuk dapat memisahkan antara qodo’ yang azaliyah di dalam satu pelaksanaan amal hadits yang sejatinya juga adalah takdir Allah Ta’ala tersebut, yang terpenting bagi manusia adalah kemampuannya dalam memahami dan mengenali dirinya sendiri. Bahwa pada diri manusia itu ada dua kehendak atau irodah. Yang satu irodah azaliyah dan ia sudah ditentukan Allah Ta’ala sebagai qodo’-Nya sejak zaman azali dan yang satunya adalah irodah hadits, yaitu kehendak manusia yang sekarang yang sesungguhnya adalah merupakan qodar, atau takdir-Nya sekarang. Maka yang dimaksud dengan memadukan antara qodo’ dan qodar dalam satu amal perbuatan itu ialah, memadukan antara irodah azaliyah dengan irodah hadits yang ada pada diri manusia itu sendiri. Yaitu memadukan dua konsep dalam satu perasaan pengabdian dan ibadah secara rasional. Yang satu konsep langit dan yang satu konsep bumi. Konkritnya, ketika seorang hamba sedang menjalankan ibadah, baik vertikal maupun horizontal, hendaknya dia selalu ingat dan sadar serta mengetrapkan ingatan tersebut di dalam satu perasaan, bahwa ibadah yang sedang dikerjakan itu sejatinya adalah apa yang sudah di dahului oleh ketentuan Allah Ta’ala sebagai qodo’-Nya pada zaman azali sedangkan pekerjaan yang sedang dikerjakannya sekarang, semata-mata adalah pelaksanaan dari ketentuan azali itu atau qodar-Nya. Maka, dalam ibadah yang sedang dilaksanakan itu, seorang hamba harus mampu menerapkan tiga tahapan penerapan di dalam perasaannya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">1. Seorang hamba haruslah selalu mampu sadar, bahwa dia adalah makhluk yang diciptakan Allah Ta’ala. Dari sekian makhluk ciptaan itu, sekarang, dirinya adalah sekaligus yang dipilih untuk menjadi seorang hamba yang mendapat kesempatan untuk menjalankan ibadah dan bermunajat di hadapan-Nya. Namun demikian, dia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">juga harus sadar, bahwa ibadah yang sedang dikerjakan tersebut sejatinya sudah ditentukan-Nya—sebagai qodo’-Nya—sejak zaman azali, sedangkan keadaan yang sekarang ini hanyalah sekedar pelak-sanaan dari ketentuan tersebut sebagai qodar-Nya. Dengan yang demikian itu, maka saat itu dua pilihan telah menyatu menjadi satu. Yang satu pilihan manusia sebagai seorang Kholifah Bumi yang harus beramal dan mengabdi, dan yang satunya, hakikatnya adalah pilihan Allah Ta’ala yang sudah ditentukan sejak zaman azali, yaitu supaya saat itu sang Kholifah mampu mengabdi dengan pengabdian yang hakiki. Allah Ta’ala telah membongkar rahasia itu dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;"><span style=""> </span>“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)”. QS.al-Qoshosh.28/68.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Adalah penyatuan dua kehendak di dalam satu amal perbuatan. Yang satu kehendak yang hadits dan yang satunya kehendak yang qodim. Ketika kehendak yang hadits tersebut benar-benar dapat menyatu dengan kehendak yang qodim, maka yang hadits seketika menjelma menjadi qodim. Adalah sunnatullah, maka siapapun dapat mencapai sunnah itu asal mampu mancapainya dengan cara(sunnah) yang benar pula.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Rasulullah saw. membongkar rahasia itu dengan sabdanya yang artinya: <b style=""><i style="">“Permulaan dzikir adalah</i></b><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="font-size: 11pt;">gila(junun</span></i></b><i style=""><span style="font-size: 11pt;">)</span></i><span style="font-size: 11pt;">, pertengahan-nya adalah fana(funun) dan akhirnya adalah “kun fa yakun”(jadilah maka jadilah ia).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">2. Kalau kemudian terbit di dalam pengakuan akal manusia bahwa pengabdian yang sedang dilaksanakan itu adalah bentuk amal perbuatan yang sedang dikerjakan dan diusahakannya sendiri, maka hendaklah dia cepat-cepat ingat pula bahwa sejatinya dirinya adalah makhluk yang diciptakan Allah Ta’ala. Kalau manusia adalah makhluk yang diciptakan-Nya berarti apa saja yang sedang diperbuat oleh manusia, berarti pula adalah ciptaan-Nya. Allah Ta’ala telah menegaskan yang demikian itu dengan firman-Nya: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;">“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". QS:37/97.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Dengan itu, maka dua perbuatan menjadi satu dalam kesatuan amal dan ibadah yang sedang dikerjakan oleh seorang hamba secara hakiki adalah ciptaan-Nya juga. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">3. Ketika akal seorang hamba ingat bahwa amal perbuatan itu pastilah telah didahului dengan kehendak (irodah) nya sekarang yang hadits maka segeralah seorang hamba ingat pula bahwa irodahnya yang hadits itu pun seejatinya adalah telah terlebih dahulu berangkat dari kehendak (irodah) Allah Ta’ala yang azali yang qodim. Allah Ta’ala telah menegaskan yang demikian itu dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;">“Dan bukan kamu berkehendak (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. QS. al-Insan.76/30.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Saat itu, maka dua kehendak (masyi’ah) dalam satu amal telah menyatu dalam kesatuan kehendak. Yang satu kehendak seorang hamba yang hadits dan yang satunya adalah kehendak Allah Ta’ala yang qodim. Artinya, bahwa kehendak seorang hamba yang sekarang ini, sejatinya hanyalah sekedar pelaksanaan (qodar) yang diterbitkan dari kehendak Allah Ta’ala yang qodim(qodo’) yang sudah ditentukan sejak zaman azali. Ketika dua pilihan telah menyatu di dalam satu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">perbuatan. Dua amal menjadi satu di dalam satu penciptaan. Dua irodah telah larut di dalam satu kesatuan amal ibadah. Artinya ketika amal yang hadits itu telah menyatu dengan amal yang qodim, sehingga yang hadits akan menjelma menjadi qodim, dengan yang demikian itu, dengan izin Allah Ta’ala, dua energi akan bertemu dan menjadi satu dalam kesatuan amal perbuatan. Yang satu usaha seorang hamba untuk mengabdi dan yang satu adalah inayah Allah Ta’ala supaya amal perbuatan seorang hamba menjadi suatu pengabdian yang hakiki. Adalah penyatuan dua energi yang akan mampu menciptakan energi yang luar biasa. Maksudnya, energi bumi dengan energi langit ketika telah mampu disatukan dalam satu kesatuan sunnah, maka dengan izin Allah, “sunnah” itu akan mampu merubah sunnah-sunnah yang sudah ada. Itulah energi “karomah” yang hanya dimiliki oleh para kekasih Allah Ta’ala(waliyullah) yang suci lagi mulia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Yaitu orang-orang yang kekhusu’an hatinya dalam menempa diri, baik dhohir maupun batin telah berhasil mensucikan ruhani(ruh)nya dari segala kotoran dan penyakit duniawi hingga ruhani itu kembali sebagaimana fithrahnya. Selanjut-nya, dengan izin Allah, apa saja yang dijumpainya, baik makhluk yang dhohir maupun yang batin akan mampu mengikuti komando hatinya untuk bersama-sama kembali kepada sebagai-mana fithrahnya Yang demikian itu, ketika kehendak nafsu dan akal telah sepakat secara totalitas mengikuti kehendak hati, maka hati akan leluasa terbang tinggi. Bagaikan sehelai rambut dicabut dari adonan roti, hati itu dengan mudah melakukan pengembaraan yang dikehendaki. Membuka dan memasuki pintu-pintu langit dengan kunci rahasia dan kendaraan yang sudah tersedia. Pulang pergi bermi’raj di dalam hamparan lembah yang disucikan dengan sesuka hati karena Inayah telah memfasilitasi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Itulah anugerah yang utama, maka sebuah amal yang asalnya lemah dan hina, karena sekedar perbuatan seorang hamba yang hadits, akan menjadi kuat dan mulia karena telah mendapatkan inayah dari Dzat Yang Maha Mulia yang qodim. Untuk itulah, maka Allah SWT. Telah menganjurkan kepada seorang hamba yang sedang mengadakan pengembaraan malam dengan membaca sebuah do’a:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;">“Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”. QS:17/80.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Yaitu, supaya hati seorang pengembara dapat masuk dan keluar di alam ruhaniyah(ghaib) dengan benar, sang pengembara malam itu harus mendapat-kan kekuasaan yang menolong (Sulthonul Ilahiyat), itulah “Inayah Allah” yang akan diberikan kepada hamba-hamba yang dikehendaki. “Inayah azaliyah” yang sejatinya telah dipancarkan-Nya sejak zaman azali. Bagaikan sinar mentari pada titik kulminasi, maka seorang hamba yang mencari sinarnya tinggal menempatkan diri untuk disinari.</span><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Konsep Langit dan Konsep Bumi<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Dalam kaitan menyatukan qodo’ dan qodar dalam satu amal ini, kewajiban pertama bagi seorang salik adalah memperkaya diri dengan dua konsep tersebut. Konsep langit yang juga disebut Ilmu Hakikat dan konsep bumi yang juga disebut Ilmu Syari’at. Dua dimensi ilmu yang telah banyak dibentangkan Allah Ta’ala baik di dalam Al-Qur’an Al-Karim maupun di dalam hadits Rasulullah saw. Seperti mutiara yang berserakan, tinggal manusia mampu menguntai dari keduanya dengan sebanyak-banyaknya. Agar dengan akalnya manusia mampu menjalankan konsep bumi dan dengan hatinya menjalankan konsep langit. Ketika dua dimensi ilmu yang berbeda itu dapat dipadukan dalam kesatuan amal ibadah, hasilnya, kehidupan manusia akan menjadi seimbang dan manusia itu akan menjadi insan kamil, manusia sempurna karena kedua kehidupannya, dhohir dan batinnya telah berjalan dengan sempurna. Semoga inayah Allah Ta’ala selalu menyertai kita semua. Salah satu konsep langit tersebut ialah apa yang telah disampaikan Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya berikut ini:</span><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;">Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud r.a berkata: “Rasulullah s.a.w adalah seorang yang benar serta dipercaya telah bersabda: Kejadian seseorang itu dikumpulkan di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari yang kedua terbentuklah segumpal darah. Kemudian setelah genap empat puluh hari ketiga menjadi menjadi segumpal daging. Kemudian Allah SWT. mengutus malaikat untuk meniupkan ruh serta memerintahkan menulis empat perkara, yaitu ditentukan rezekinya, ajal kematiannya, amalan serta nasibnya, yaitu akan mendapat kecelakaan atau kebahagiaan. Maha suci Allah SWT. tiada Tuhan selain-Nya. Seandainya seseorang mengerjakan amal sebagaimana yang dilakukan penghuni surga sehingga kehidupannya hanya tinggal satu langkah menuju ke surga,tetapi disebabkan ketentuan takdir yang terdahulu, niscaya dia akan melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni Neraka sehingga dia memasukinya. Begitu juga dengan mereka yang melakukan amalan ahli Neraka, disebabkan ketentuan takdir yang terdahulu niscaya dia akan melakukan amal sebagaimana yang dilakukan oleh penghuni surga sehingga dia memasukinya.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Menurut hadits Nabi saw tersebut diatas, bahwa jalan hidup manusia sudah ditentukan Allah Ta’ala semenjak proses kejadiannya di dalam rahim seorang ibu. Sejak malaikat diutus untuk meniupkan ruh kehidupan di dalamnya, Malaikat itu sejatinya juga diutus untuk menulis empat perkara yang akan terjadi dalam kehidupan manusia itu. Ditentukan rezekinya, ajal kematiannya, amalan serta nasibnya. Yaitu kelak akan mejadi orang celaka atau orang yang bahagia. Bahkan ditegaskan pula oleh Rasulullah saw. Dengan sabdanya: “Maha suci Allah SWT yang tiada Tuhan selain- Nya. Seandainya orang mengerjakan amal kebaikan seperti yang dilakukan penghuni surga sehingga kehidupannya hanya tinggal satu langkah menuju ke Surga itu, namun disebabkan ketentuan takdir yang terdahulu, niscaya suatu saat dia akan melakukan amalan kejelekan seperti yang dilakukan penghuni Neraka sehingga dia dimasukkan ke dalam Neraka. Begitu juga dengan mereka yang melakukan amalan ahli Neraka, disebabkan ketentuan takdir yang terdahulu niscaya dia juga akan melakukan amal seperti yang dilakukan penghuni Surga sehingga dimasukkan ke Surga”.</span><span style="font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Oleh karena itu, ketika suatu saat Nabi Musa as. bertanya kepada Nabi Adam as. atas kekhilafan beliau yang telah diperbuatnya di surga sehingga menye-babkan umat manusia secara keseluruhan untuk sementara waktu harus menjalani hidupnya di dunia, Nabi Adam berhujjah kepada Nabi Musa as. Allah Ta’ala telah mengabadikan peristiwa itu melalui sebuah hadits Rasul-Nya saw. Nabi saw bersabda:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style="font-size: 10pt;">Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata: “Rasulullah s.a.w bersabda: “Nabi Adam berhujjah kepada Nabi Musa a.s, Nabi Musa as. berkata: “Wahai Adam, engkau adalah bapakku. Engkau telah menyia-nyiakan aku dan engkau keluarkan aku dari surga. Nabi Adam menjawab: “Kamu hai Musa. Allah SWT telah memilihmu dengan kalam-Nya. Allah SWT menulis untukmu dengan tangan-Nya (kuasa). Apakah kamu akan mencela aku terhadap sesuatu yang telah ditetapkan Allah SWT, sejak empat puluh tahun sebelum aku diciptakan…?”. Nabi s.a.w bersabda: “Akhirnya Nabi Adam a.s tetap berhujjah (mengemukakan dalil) dengan Nabi Musa a.s. Akhirnya Nabi Adam a.s tetap berhujjah (mengemukakan dalil) dengan Nabi Musa as”.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 11pt;">Memang Nabi Adam as. telah berbuat kesalahan di Surga sehingga anak cucunya(manusia) harus mencicipi kehidupan alam dunia yang penuh tantangan dan duka ini. Meski kesalahan itu karena manusia tidak dapat menahan gejolak hawa nafsunya, namun kesalahan itu sejatinya adalah awal sunnah yang sudah ditentukan sejak zaman azali bagi manusia. Dengan kesalahan awal itu, hikmahnya, supaya manusia mau berbuat benah-benah. Memasuki sunnah-sunnah yang berikutnya untuk mengembalikan yang sudah kotor kepada kesucian fithrahnya. Yang demikian itu, karena hanya dengan nafsu dan kesalahan itulah, kemudian manusia dapat mengenal jarak perjalanan antara dirinya dengan Tuhannya. Asal dosa dan kesalahan itu mampu menerbitkan semangat ibadah dan taubatan nasuha, sehingga dengan dosa dan kesalahan itu manusia akan dikembalikan ke surga yang dahulu telah ditinggalkan nenek moyangnya. Namun, apabila dosa itu tidak menumbuhkan semangat ibadah, tapi malah menjadikan hatinya keras dan sombong, berarti dengan dosanya manusia akan dimasuk-kan ke Neraka selama-lamanya.<o:p></o:p></span></p> <br /><span class="fullpost"><br /> </span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-1652683390996675262009-01-17T12:22:00.005+07:002009-03-21T12:35:23.116+07:00Majelis Khushushy Jakarta<span style="text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 51);"><span style="font-weight: bold;">MAJLIS KHUSHUSHY JAKARTA<br /></span></span><span style="color: rgb(0, 51, 51);">Jama'ah </span><i style="color: rgb(0, 51, 51);"><span style="">thoriqoh qadiriyah wa naqsyabandiyah al utsmaniyah</span></i><br /><br /> <div class="entry"> <div class="snap_preview"><table id="AutoNumber2" style="border-collapse: collapse; color: rgb(240, 248, 255);" bg="" border="1" cellpadding="5" cellspacing="5" width="75%"> <tbody> <tr> <td width="100%"> <p align="center"><strong><span style="color: rgb(0, 0, 128);font-family:Arial;font-size:x-large;" >Majelis Khushushy</span></strong></p> <p align="justify"><span style="color: rgb(0, 0, 128);font-family:Arial;" >Majlis Khushushy adalah Majlis Dzikir, bertawajjuh, bersimpuh dan berdo’a kehadirat Allah SWT. bagi para murid yang telah berbai’at secara khusus kepada Guru Thoriqoh, yang dilakukan secara bersama - sama setiap minggu sekali, pada waktu dan tempat yang telah diputuskan bersama dan disampaikan / dihaturkan kepada Guru Thoriqoh.</span></p> <p align="right"><span style="color: rgb(0, 0, 128);font-family:Arial;font-size:xx-small;" ><br /></span></p> </td> </tr> </tbody> </table> <p> </p> <p>untuk jakarta diadakan setiap hari Sabtu</p> <p>Jam. 08.00 Wib s/d Selesai</p><p>Untuk Manaqib Sultonul Aulia Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ra</p><p>hari Minggu ke-3 jam 07.30<br /></p> <p>Alamat: Masjid Perkarangan Gedung LIPI. Gatot Subroto Jakarta</p> </div> </div><br /><span class="fullpost"><br /><br /></span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-54683413559593888882009-01-07T11:07:00.001+07:002009-01-07T11:09:16.277+07:00KEUTAMAAN MANUSIA<span class="fullpost"><span style="font-weight: bold; font-style: italic;">KEUTAMAAN MANUSIA</span><br /></span> <p style="text-align: justify;">Keutamaan manusia yang paling utama ialah Allah menjadikan manusia sebagai ‘kholifah bumi’, artinya sebagai pengganti Allah s.w.t di muka bumi. Maksudnya, manusia merupakan sumber daya untuk melaksanakan segala kehendak-Nya agar terwujud suatu sebab dan akibat di muka bumi, atau dengan kata lain sebagai pelaksana terjadinya proses rahasia takdir yang sudah ditentukan Allah sejak zaman azali. Sebagai Penguasa Tunggal yang hakiki, Allah s.w.t telah memberikan mandat kepada manusia sejak zaman azali. Allah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:</p> <h4 style="text-align: center;" align="center">وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُون</h4> <p>َ</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS.Baqoroh (2); 30).</em></p><p style="text-align: justify;"> </p><p style="text-align: justify;">Manusia sebagai kholifah bumi, juga mengindikasikan bahwa manusia dengan segala kemampuan yang dimiliki dijadikan oleh Allah s.w.t sebagai penguasa di muka bumi, atau menjadi sumber daya dan pengendali seluruh potensi bumi. Itulah keutamaan dan anugerah terbesar yang diberikan Allah s.w.t hanya kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain.</p> <p style="text-align: justify;">Potensi pengendali bumi tersebut berupa suatu sistem (sunnatullah) yang letaknya berada di dalam jiwa manusia, merupakan kelebihan pribadi sebagai buah ibadah dan pengabdian hakiki yang datangnya semata-mata karena kehendak Allah. Barang siapa mampu mendapatkan dan mempergunakan sistem itu dengan baik dan benar, maka sesuai kapasitas kemampuan yang sudah dimiliki, seorang hamba yang sholeh berpotensi dapat mengaplikasikan sistem-sistem kehidupan yang beterbaran di alam semesta. Potensi sistem pengendali itu terdiri dari beberapa aspek:</p> <p style="text-align: justify;">1. Allah Menjadikan Malaikat Berpotensi Mengabdi Kepada Manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Allah SWT. berfirman:</p> <h4 style="text-align: center;" align="center">وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ</h4> <p style="text-align: center;" align="center"><em>“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. (2); 34) </em></p> <p style="text-align: justify;">Malaikat merupakan makhluk yang tidak membutuhkan makan dan minum, tidak seperti makhluk lain, bahkan merupakan makhluk yang sangat tunduk kepada perintah Allah. Allah s.w.t menyatakan dengan firman-Nya: <em><b>“Penjaganya (neraka) adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS.at-Tahrim; 6)</b></em></p> <p style="text-align: justify;">Dinyatakan dalam firman-Nya di atas (QS. (2) 34), makhluk yang tidak butuh makan-minum itu ternyata diciptakan Allah s.w.t sebagai pendamping hidup bagi manusia, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Oleh karena itu, bagi orang-orang beriman dan beramal sholeh, sadar ataupun tidak, sesungguhnya romantika kehidupan mereka sedikitpun tidak terlepas dari fungsi keberadaan malaikat ini. Sedangkan bagi para hamba yang `arifin, hamba Allah yang hatinya selalu dekat dengan sistem pemeliharaan dan tarbiyah azaliyah itu, keberadaan fungsi malaikat ini dijadikan sebagai bagian hidup yang sedikitpun tidak pernah ditinggalkan.</p> <p style="text-align: justify;">2. Allah Menciptakan Alam Semesta Berpotensi Dijinakkan Manusia</p> <p style="text-align: justify;">Potensi sumberdaya manusia sebagai pengendali kehidupan bumi itu tidak hanya dengan dijadikan-Nya malaikat tunduk kepada komando hati mereka saja, namun juga, bahkan langit dan bumi dengan segala isinya juga tercipta berpotensi untuk dijinakkan manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Langit dan bumi serta segala kandungan di dalamnya, tercipta bagaikan rangkaian alat mekanik yang bertebaran di seluruh alam, ternyata dikendalikan oleh sistem (sunnah) pengendali dari pusatnya, hal itu sebagaimana yang ditegaskan Allah s.w.t dalam kandungan firman-Nya:</p> <h4 style="text-align: center;" align="center">ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ</h4> <em><span style="font-size: 12pt;">“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (QS.Fush-Shilat (41); 11)<br /><br /></span></em> <p style="text-align: justify;">Ayat di atas telah mengungkap rahasia besar yang tersimpan di dalam kehidupan alam semesta, urusan Ilahiyah yang sudah ditetapkan sejak zaman azali, bahwa sejak langit dan bumi menjawab panggilan Allah Yang Maha Kuasa: <em><b>“Kami datang dengan suka hati” (QS (41); 11).</b></em> Maka sejak itu dan bahkan untuk selamanya sesuai dengan kehendak-Nya, seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi itu terkendali dengan satu sistem komando. Hanya dengan Urusan dan Ilmu Allah Yang Maha Perkasa, ketika Allah s.w.t memberikan komando dari sistem tersebut, maka seluruh perangkat yang ada itu, baik yang di bumi maupun yang di langit niscaya dengan serta merta menjalankan masing-masing fungsinya.</p> <p style="text-align: justify;">Sistem pusat komando itulah hati seorang kholifah bumi, dengan izin-Nya seorang kholifah bumi berpotensi menjinakkan potensi langit dan bumi itu. Allah s.w.t telah menyatakan dengan firman-Nya:</p> <h4 style="text-align: center;" align="center">وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ</h4> <p style="text-align: center;" align="center"><em>“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”</em><i><br /><em>(QS. Al-Jaatsiah; 13)</em></i></p> <p style="text-align: justify;">Dengan dua potensi besar tersebut, maka berarti seluruh makhluk yang ada di alam raya ini berpotensi ditundukkan oleh manusia, kecuali makhluk jin, yang jin memang tercipta sebagai musuh manusia. Namun demikian, sesungguhnya manusia tetap berpotensi dapat menundukkan musuh utamanya itu. Hanya saja, untuk dapat menundukkan jin tersebut manusia terlebih dahulu harus memiliki “sulthonan nashiiro” atau kekuatan penolong yang didatangkan Allah s.w.t kepada manusia. Tanpa kekuatan penolong tersebut justru manusia rentan dikuasai jin, terlebih bagi mereka yang sering bekerja sama dengan jin.</p> <p style="text-align: justify;">Diriwayatkan dalam sabda Nabi s.a.w, ketika Allah menyatakan cinta-Nya kepada seorang hamba, maka dengan serta merta seluruh makhluk yang ada ikut mencintai hamba tersebut. Dengan kecintaan tersebut, secara otomatis mampu menciptakan peluang yang lebih besar lagi bagi orang yang dicintai-Nya itu untuk mengomando sistem yang sudah tersedia baginya.</p> <p style="text-align: justify;">Potensi kecintaan seluruh makhluk kepada seorang hamba yang dicintai Allah s.w.t itu telah dinyatakan oleh sebuah Hadits Shahih riwayat Bukhari dan Muslim:</p> <h4 style="text-align: center;" align="center">حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ قَالَ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ قَالَ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ إِنِّي أُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضْهُ قَالَ فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضُوهُ قَالَ فَيُبْغِضُونَهُ ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي الْأَرْضِ *</h4> <p style="text-align: center;" align="center"><em>Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila Allah s.w.t mencintai seorang hamba niscaya memanggil Jibril a.s dan berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai Fulan, oleh karena itu cintailah dia. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Lalu Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah mencintai Fulan, maka cintailah dia, sehingga semua ahli langit mencintainya. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Kemudian orang tersebut diterima oleh semua golongan yang berada di muka bumi. Apabila Allah s.w.t memurkai seorang hamba, niscaya Dia juga akan memanggil Jibril a.s dan berfirman: Sesungguhnya Aku benci orang tersebut, oleh karena itu bencilah dia. Baginda Nabi s.a.w bersabda: Lalu Jibril membencinya. Kemudian Jibril menyeru ahli langit dengan berkata: Allah telah membenci orang tersebut, maka kamu semua membencilah kepadanya, sehingga semua ahli langit membencinya. Kemudian dia dibenci oleh semua penghuni bumi. (HR Bukhari dan Muslim)</em></p> <p style="text-align: justify;">Pernyataan dalam Hadis itu sejatinya adalah bahasa kias, di mana dengan perlambang itu manusia dapat membayangkan sendiri, betapa ketika seorang hamba dicintai Allah s.w.t maka Malaikat Jibril a.s dan seluruh makhluk, baik di bumi maupun di langit akan mencintainya. Dengan kecintaan tersebut berarti tumbuh semangat pengabdian. Bagaikan tentara-tentara yang setia, maka seluruh makhluk tersebut akan menjaga kekasihnya melebihi menjaga dirinya sendiri, sehingga dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya: <em><b>“Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik” (QS.az-Zumar; 34).</b></em></p> <p style="text-align: justify;">Seperti itulah keadaannya, ketika Allah s.w.t menghendaki Nabi Dawud a.s dijadikan sebagai kholifah bumi zamannya, maka Allah s.w.t berfirman:</p> <h4 style="text-align: center;" align="center">يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ</h4> <p style="text-align: center;" align="center"><em>“Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu kholifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil”. (QS.Shood (38); 26)</em></p> <p style="text-align: justify;">Untuk mengatur kehidupan bumi, menggali dan mengendalikan segala potensinya, menegakkan keadilannya serta memberantas kezaliman dan keangkaramurkaan yang ada di atasnya, maka tugas pertama yang dilaksanakan Dawud a.s adalah membunuh Jalut yang perkasa, sebagaimana telah diabadikan Allah s.w.t dengan firman-Nya:</p> <h4 style="text-align: center;" align="center">فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَءَاتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ</h4> <p style="text-align: center;" align="center"><em>“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Dawud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Dawud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya”.(QS. al-Baqoroh (2); 251)</em></p> <p style="text-align: justify;">Dalam sebuah riwayat, ketika Dawud a.s memutuskan untuk ikut bergabung menjadi tentara Tholut. Dalam perjalanan Dawud a.s bersama rombongannya ke <st1:place st="on"><st1:city st="on">medan</st1:City></st1:place> perang, di tengah perjalanan ada tiga buah batu menyapa Dawud: “Hai Dawud, apakah engkau akan berperang melawan Jalut?, bawalah aku dan bunuhlah Jalut denganku”, maka diambillah ketiga buah batu itu oleh Dawud dan diletakkan di dalam ketapelnya. Dawud a.s merupakan orang yang terkenal sangat ahli menggunakan ketapel sebagai senjata.</p> <p style="text-align: justify;">Singkat cerita ketika masing-masing tentara sudah berhadapan di medan laga, ternyata Dawud a.s benar-benar berhasil membunuh Jalut dengan batu yang dibawanya itu, padahal Jalut adalah seorang raja yang sangat perkasa dan selalu dapat kemenangan di setiap peperangan yang dihadapinya. Jadi, tiga batu yang dibawa Dawud a.s tersebut adalah awal sebuah skenario dari sistem yang terkendali oleh rahasia perintah tersembunyi. Perintah Allah s.w.t Yang Maha Kuasa dengan Segala Kehendak-Nya. Ketika Dawud a.s dengan izin-Nya dapat membunuh Jalut, maka selanjutnya, <em><b>“Allah memberikan kepadanya pemerintahan dan hikmah, serta mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya”(QS. (2); 251).</b></em></p> <p style="text-align: justify;">Walhasil, keutamaan manusia itu tidak hanya karena manusia mempunyai akal saja, sebagaimana yang difahami banyak kalangan, namun jauh lebih dari itu. Dengan akal dan ilmunya manusia sesungguhnya berpotensi menjinakkan sistem-sistem yang bertebaran di mukan bumi, bahkan di seluruh alam semesta ini. Di sini ada rahasia besar yang harus dikuak, sehingga manusia dapat memperoleh jatahnya itu. Siapa saja dapat mencapai kedudukan yang utama itu, asal mereka mengetahui ilmunya. Maka anda jangan heran jika anda menemukan seseorang bisa merubah batu menjadi emas atau tanah menjadi burung, hal itu karena terjadi atas ilmu dan izin Allah s.w.t. Allah yang menciptakan alam beserta hukum-hukumnya, maka hanya Allah pula yang mampu merubah keadaan ciptaanya tersebut. (malfiali)</p> <p style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></p>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-89704826682208925252009-01-07T10:37:00.000+07:002009-01-07T10:38:05.641+07:00Menggali Potensi Hati<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Book Antiqua";">Menggali Potensi Hati<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, bahwa ilmu laduni adalah ilmu yang terbit dari kekuatan ruhani atau dengan istilah </span><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">ilmu rasa</span></i><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">, sedang ilmu yang lain adalah dari kekuatan potensi akal dan potensi fikir atau dengan istilah </span><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">ilmu rasio</span></i><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">. Adalah ibarat dua lautan yang tidak bertepi. Titik pertemuan dua ilmu tersebut—di dalam hati seorang hamba,— adalah dugaan tempat terbitnya ilmu laduni. Oleh karena itu, pertemuan kedua sosok tersebut (nabi Musa dan nabi Khidhir) sebagai sosok karakter—bukan sosok personal—adalah lambang sumber ilmu laduni yang harus digali oleh para salik di dalam karakternya sendiri. Karakter tersebut dibentuk dengan ilmu, iman, amal dan akhlakul karimah. Sebagaimana yang diisyaratkan Allah SWT. Kepada Musa as. saat berdialog dengan-Nya, <i>"Yaitu seseorang yang paling berilmu tinggi adalah ketika dia telah mampu menyampaikan ilmu orang lain kepada ilmunya sendiri".<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Seandainya—sebagai seorang murid—nabi Musa mau mengalah dan percaya kepada nabi Khidhir, membenarkan perbuatan gurunya, yang notabene menurut dirinya adalah salah, dengan diam tidak bertanya, sambil mencari rahasia kebenaran yang dikandungnya melalui proses pengaksesan kepada</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Book Antiqua";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i></b><b><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">potensi-potensi fasilitas ilmu laduni</span></i></b><b><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i></b><b><i><span style="font-family: "BookAntiqua,BoldItalic";"> </span></i></b><span style="font-family: "Book Antiqua";">yang telah disiapkan oleh Allah bagi setiap manusia, maka akan dibuka di hatinya rahasia-rahasia dan hikmah urusan yang ghaib di balik kejadian-kejadian yang lahir tersebut, sehingga akan terbit suatu pemahaman yang baru terhadap hal yang selama ini belum pernah dipahami sama sekali. <span style="color: maroon;">Adalah proses yang datangnya tidak terduga</span><b style=""><sup>3</sup></b>, merupakan sebab-sebab pertama dari terbukanya </span><b><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i></b><b><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">rahasia sumber ilmu laduni</span></i></b><b><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i></b><b><i><span style="font-family: "BookAntiqua,BoldItalic";"> </span></i></b><span style="font-family: "Book Antiqua";">di dalam hati seorang hamba. Tidak dengan sebaliknya, yaitu hanya memaksakan ilmunya supaya diterima oleh ilmu orang lain, ketika terjadi konflik ilmiyah di dalam pikirannya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><span style="font-size: 6.5pt; font-family: "Courier New"; color: maroon;">3 </span></i></b><b style=""><i style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: "Book Antiqua"; color: maroon;">Keadaan tersebut, sebagaimana yang digambarkan Allah Ta’ala di dalam firman-Nya: </span></i></b><b style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: maroon;"></span></i></b><b style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Book Antiqua"; color: maroon;">Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran - Dan tidaklah urusan Kami kecuali hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata</span></i></b><b style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: Arial; color: maroon;"></span></i></b><b style=""><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Book Antiqua"; color: maroon;">. QS.al-Qomar/49-50.<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Book Antiqua";">Dalam waktu yang kadang-kadang relatif kurang dari satu detik itu apa saja bisa terjadi, suatu pengertian yang selama ini belum diketahui, dapat terbit dalam hati yang luasnya tidak dapat tertampung baik oleh ucapan maupun tulisan, bahkan kadang-kadang dapat menghidupkan kemampuan daya kreasi yang selama ini belum pernah dimiliki oleh seseorang. Seperti orang bermimpi, yang kadang-kadang hanya sekejap tapi jalan ceritanya mampu diceritakan sepanjang hari, bahkan tidak habis-habis meski diceritakan sehari semalam, layaknya kejadian seumur hidup terulang kembali. Yang demikian itu adalah sunnatullah, siapapun berpotensi dapat memasukinya, asal terlatih dengan bimbingan yang benar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Seperti itulah arti kesalahan seorang murid terhadap gurunya, dia melanggar perjanjian yang sudah disepakati bersama, sehingga murid terlepas dari kesempatan emas untuk mendapatkan sumber ilmu laduni yang sudah di depan mata. Bukan ilmu dan pengalaman yang sudah ada yang disalahkan akan tetapi cara memanfa’atkannya yang harus lebih mendapatkan perhatian. Seorang murid yang sudah bai’at (melaksanakan janji untuk mengikuti) kepada gurunya, sedikitpun tidak boleh mempunyai prasangka jelek kepada gurunya, meski dihadapkan kepada perbuatan maksiat. Seorang guru mursyid, seperti seorang dokter, memang terkadang harus mampu berbuat jelek kepada muridnya. Itu seperti seorang Dokter ketika dia mengadakan pembedahan untuk mengangkat penyakit yang ada dalam jasad pasien, guru mursyid pun demikian. Ketika guru mursyid harus menguji murid-muridnya dengan perbuatan yang tidak masuk akal sehat, menyakiti perasaan dengan menjatuhkannya di depan orang banyak umpamanya, hal tersebut sejatinya semata-mata untuk mengangkat penyakit-penyakit ruhani yang ada dalam karakter muridnya. Yang demikian itu adalah bagian tarbiyah yang harus mampu dilaksanakan oleh seorang guru mursyid kepada anak-anak asuhnya. Kejadian seperti itu pernah terjadi pada diri Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jilani ra. ketika menjalani tarbiyah dari nabi Khidhir as., padahal asy-Syekh, tidak mengenalnya, asy-Syekh diperintah untuk tinggal di suatu tempat selama tiga tahun, dan hanya setahun sekali nabi Khidhir as. mengunjunginya. Nabi Khidhir berkata kepadanya: <b style=""><i style="">“Perbedaan pendapat (antara murid dan gurunya) akan menjadi sebab perpisahan</i></b>”. *<b>Lujjainid dani</b>*.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><i style=""><u><span style="font-family: "Book Antiqua"; color: maroon;">Sebagai bagian bentuk pengabdian yang harus dilakukan, suatu saat seorang murid harus mampu mengosongkan akalnya dari ilmu yang sudah dimiliki untuk membenarkan perbuatan gurunya walau menurut ilmunya perbuatan gurunya itu salah. Hal itu bertujuan, ketika telah terjadi pengosongan supaya “nur ilmu” yang dipancarkan seorang guru mursyid—niat di balik ujian yang diberikan—mampu mengisi bilik akal yang sudah terkondisi tersebut.<o:p></o:p></span></u></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Seperti menanam bibit, kadang-kadang di tanam pada waktu yang tepat—setelah tanah siap tanam—adalah yang lebih menentukan kwalitas tanaman itu daripada bibit itu ditanam pada waktu yang tidak tepat. Adalah urusan-urusan “dalam” (ruhani) yang harus dimengerti oleh seorang salik, seperti ilmu teori, supaya praktek yang dijalankan tidak salah jalan. Ketika terjadi pergolakan di dalam hati, sakit hati akibat terpaksa harus membenarkan orang lain yang semestinya menurut ilmu syari’at salah, arus itu menimbulkan hawa panas dalam hati yang akan mampu membakar hijab-hijab. Hal tersebut merupakan mujahadah “bil hal” (mujahadah hati) yang harus dilaksanakan oleh murid. Saat itulah, ketika kristal-kristal hijab berhasil dilelehkan oleh hawa panas yang membakar hati, lalu kristal itu larut di dalam samudera ilmu Allah yang tidak terbatas, dengan izin Allah Ta’ala, pintu matahati seorang hamba akan terbuka, sehingga yang selama ini ghaib menjadi nyata dalam pandangan hati. Itulah pengendapan ilmu, ketika seorang hamba mampu melaksanakannya, maka garis-garis urat wajah akan ikut tertata sehingga sinar wajah menjadi cemerlang dan menyejukkan. Mujahadah di jalan Allah tidak selalu dengan melaksanakan wirid dan dzikir saja. Namun juga<span style=""> </span>menerima pendapat orang lain, memaafkan kesalahan, membiarkan dirinya dihina dan difitnah, adalah mujahadah yang jauh lebih berat, akan tetapi juga dapat menghasilkan kemanfaatan yang lebih utama: </span><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">berbuat baik</span></i><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">. QS.al-Ankabut/69.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Kadang-kadang hanya sekedar untuk mencabut rasa sombong yang sudah mengakar dalam karakter</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Book Antiqua";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">manusia, eksistensi orang tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu dengan musibah dan fitnah-fitnah. Hal itu bertujuan supaya hatinya bersih dari sifat pengakuan diri yang dapat menerbitkan rasa sombong dan kemudian supaya mampu bertaubat kepada Allah Ta’ala dengan taubatan nasuha. Seperti hutan ketika akan dibuka untuk lahan pertanian, setelah tanaman-tanaman ditebang kemudian dibakar, dan ketika hujan turun, baru kemudian tanah itu menjadi subur dan siap ditanami. Oleh karena manusia tidak mampu melaksanakan pensucian (tazkiyah) dengan pilihan hatinya sendiri, maka Allah Ta’ala membuka jalan dengan pilihan-Nya. Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jilani ra. berkata : </span><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">Apabila kebiasaan (buruk) telah mendominasi kehidupan manusia tanpa adanya kemauan untuk mensucikannya, Allah mengujinya dengan didatangkan berbagai penyakit (baik lahir maupun batin), sebagai peleburan dosa dan pensucian, supaya dia pantas menghadap (mujalasah) dan mendekatkan diri kepada<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">Allah. Yang demikian itu dikehendaki maupun tidak</span></i><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">.*<b>Lujjainid Dani</b>*<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Setelah hati menjadi bersih dari sifat basyariyah yang tidak terpuji, disadari maupun tidak, ilmu yang didengar, walau sedikit akan tumbuh berkembang dalam ingatan. Sebab, seperti tanah, hati yang subur itu akan mudah menerima ilmu serta mengembang-kannya dengan tanpa terbatas : </span><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">Sebab itu sampaikanlah berita gembira kepada hamba-hamba-Ku </span></i><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i><i><span style="font-family: "BookAntiqua,Italic";"> </span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">(yaitu) orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal</span></i><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">. QS.az-Zumar/17-18.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Kadang-kadang datangnya sumber “ilmu laduni” tersebut dimulai dengan kejadian di alam mimpi-mimpi. Seorang murid bertemu dengan gurunya misalnya, baik yang masih hidup maupun sudah mati, dia mendapatkan perintah dengan isyarat yang masih samar. Akan tetapi setelah bangun dari tidur, menjadikan tumbuhnya semangat yang kuat untuk melaksanakan benah-benah diri dan ibadah. Setelah isyarat mimpi itu ditindaklanjuti dengan mujahadah serta perjalanan ruhaniyah yang terencana, saat berikutnya, hatinya mendapatkan “futuh” dari Tuhannya sehingga isyarat-isyarat yang terdahulu masih samar tersebut kini menjadi kenyataan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";">Sebagian besar para Nabi<b style=""><sup>4</sup></b></span><span style="font-size: 8pt; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="font-family: "Book Antiqua";">juga diperjalankan dengan cara demikian : </span><i><span style="font-family: Arial;">“</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">Sesungguhnya kamu telah</span></i><sup><span style="font-family: "Courier New";">4</span></sup><span style="font-size: 6.5pt; font-family: "Courier New";"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Book Antiqua";">Perintah kepada Nabi Ibrahim as. untuk menyembelih putranya, Nabi Isma’il as. juga dimulai dengan datangnya mimpi yang berturut-turut sebanyak tiga kali (Muqotil-Tafsir Qurthubi). Demikian juga “Futuh al-Makkah”. (kembalinya tanah kelahiran Nabi Muhammad saw. tersebut kepangkuan baginda Nabi). Dengan mimpi-mimpi itu dijadikan sebagi isyarat dariNya, maka<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik</span></i><i><span style="font-family: Arial;">”</span></i><i><span style="font-family: "BookAntiqua,Italic";"> </span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua";">.QS.ash-Shooffat/105</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Book Antiqua";"><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Book Antiqua";"><span style=""></span>Sebab, sesungguhnya hati para Nabi tidak pernah tidur walau matanya sedang tidur. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya keadaan para Nabi, mata-mata kami tidur akan tetapi hati-hati kami tidak tidur. (Tafsir Qurthubi)</span><br /></p><span class="fullpost"><br /><br /> </span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-71122092839364375612009-01-07T10:30:00.000+07:002009-01-07T10:36:49.777+07:00SPIRITUAL<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style=";font-family:";font-size:14;" >Pencerahan Spiritual<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Dengan mujahadah (dzikir) yang dilaksanakan sebagai pelaksanaan thoriqoh secara istiqomah. Akal(rasio) manusia akan selalu mendapatkan pencerahan dari hati dengan “nur hidayah” buah dzikir yang dijalani, sehingga aktifitas akal—yang terkadang suka kebablasan—dapat terkendali dengan kekuatan aqidah (spiritual) yang benar. Dengan dzikir itu, seperti meditasi, manusia hendaknya mampu mengosongkan irodah dan qudroh basyariyah yang hadits(baru) untuk dihadapkan kepada irodah dan qudroh Allah Ta’ala yang azaliah. Maksudnya, obsesi, rencana, dan kemampuan diri untuk mengatur kehidupan kedepan, baik urusan dunia maupun urusan akhirat, saat itu, dengan kekuatan dzikir yang dilaksanakan, dilepas sementara dari bilik akal, dihadapkan dan diserahkan kepada perancanaan Allah—bagi setiap hambaNya—sejak zaman azali serta kepada kemampuan-Nya yang Maha Kuasa untuk memberikan solusi dan pertolongan kepada hambaNya. Ketika dengan pelaksanaan “meditasi islami” tersebut, rasio berhasil dikosongkan dari kemampuan secara basyariyah, terlebih apabila pengosongan itu adalah buah syukur yang diekspresikan di dalam bacaan dzikir, yang masuk setelah pengosongan itu diharapkan rahasia bacaan dzikir yang dilakukan. Rahasia yang terkandung di dalam kalimat “La Ilaaha illallah” (tidak ada Tuhan selain Allah) yang dilafadkan berkali-kali. Hal tersebut merupakan “ilham” dan “inspirasi spontan” di dalam hati yang akan mampu memberikan solusi bagi setiap kesulitan yang dihadapi. Itulah rahasia Nubuwah—yang dahulu diberikan kepada para Nabi, kemudian menjadi Walayah—ketika diwariskan kepada hamba-hamba Allah yang sholeh, sejatinya adalah wahyu yang disampaikan: </span><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i><i><span style=";font-family:";" >Dan tidak ada bagi seorang manusia-pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu</span></i><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i><i><span style=";font-family:";" >. QS. 42/51.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Ketika rahasia Nubuwah itu telah meresap di dalam hati(spiritual). Seperti air yang mengalir dari cabang-cabang anak sungai, ketika keluar dari muara, kemudian air itu melebur di dalam samudera yang tidak terbatas, maka yang asalnya kotor seketika menjadi bersih, yang najis menjadi suci. Seperti itulah pencerahan akal dari rahasia dzikir, sehingga hati yang asalnya susah langsung menjadi gembira:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i><i><span style=";font-family:";" >Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram</span></i><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i><i><span style=";font-family:";" >.QS.ar-Ra</span></i><i><span style="font-family:Arial;">’</span></i><i><span style=";font-family:";" >d/28.</span></i><span style=";font-family:";font-size:10;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >saja, tapi juga cerdas. Mereka siap menjawab segala pertanyaan dan teka-teki yang ditampilkan kehidupan dengan benar dan “rahmatan lil alamin”, karena akal senantiasa mendapatkan pencerahan dari hati. Itulah hasil perpaduan antara dzikir dan fikir. Karena demikian pentingnya pelaksanaan dzikir ini, maka Allah Ta’ala telah membuat persaksian dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i><i><span style=";font-family:";" >(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka</span></i><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i><i><span style=";font-family:";" >. QS.Ali Imran/191.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style=";font-family:";" >Kita meneruskan ayat :<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style=";font-family:";" >"Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami</span></i><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i><i><span style=";font-family:";" > </span></i><i><span style=";font-family:";" >QS.al-Kahfi.18/65.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i><span style=";font-family:";" >Firman Allah SWT. </span></i></b><span style="font-family:TimesNewRoman;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >Fawajadaa </span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">‘</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >abdam min </span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">‘</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >Ibaadinan</span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" > </span></i></b><span style=";font-family:";" >Mujahid ra berkata: “Hamba itu namanya <b><i>Khidhir. </i></b>Dinamakan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Khidhir karena apabila dia sholat di suatu tempat, tempat sekelilingnya menjadi tampak hijau. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi ra. Dari Abi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style=";font-family:";font-size:11;" >Dinamakan <b>Khidhir </b>karena, sesungguhnya ketika dia duduk di daratan bumi yang putih, ketika ia bergerak maka bumi di atasnya tampak hijau .<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Manurut Jumhur Ulama’, Khidhir as. Adalah <b><i>seorang Nabi. </i></b>Dalilnya adalah ayat-ayat diatas tersebut (al-Kahfi 60-82), yaitu tidak mungkin seorang mengetahui urusan yang ghaib kecuali dengan <b><i>Wahyu. </i></b>Demikian pula, manusia tidak mungkin belajar dan mengikuti orang lain kecuali kepada orang yang ilmu pengetahuannya berada diatasnya, sedangkan diatas seorang Nabi haruslah seorang Nabi pula”. Tafsir Qurthubi, Ayat 65 <st1:place st="on"><st1:city st="on">surat</st1:city></st1:place> Al-Kahfi Di dalam tafsir kubronya, Iman Fahr ar-Rozi ra. menafsirkan ayat di atas: Firman Allah SWT.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><i><span style=";font-family:";" >"Fawajadaa </span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">‘</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >abdam min </span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">‘</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >ibaadinan" </span></i></b><span style=";font-family:";" >(<i>keduanya telah menemukan seorang hamba dari hamba-hamba Kami</i>)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >beliau berkata : Sebagian besar Ulama' ahli tafsir telah sepakat bahwa hamba tersebut adalah seorang Nabi dan bernama Khidhir as. yaitu seorang hamba Allah yang dipilih untuk mendapatkan </span><b><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >Nubuwah</span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">” </span></i></b><span style=";font-family:";" >(kenabian) dengan alasan sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >1. Firman Allah: <b><i>"Aatainaahu Rohmatan Min </i></b></span><b><i><span style="font-family:Arial;">‘</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >Indinaa" </span></i></b><i><span style=";font-family:";" >(Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami)</span></i><span style=";font-family:";" >. Yang dimaksud <b><i>Rahmat </i></b>di sini adalah <b><i>Nubuwah </i></b>(rahmat kenabian) dengan dalil Firman Allah : </span><span style=";font-family:TimesNewRoman;font-size:14;" >“</span><b><i><span style=";font-family:";" >Ahum Yaqsimuuna Rohmata Robbik</span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">” </span></i></b><i><span style=";font-family:";" >(Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu</span></i><span style=";font-family:";" >). QS. 43/32.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >2. Firman Allah <b>: </b>“<b><i>Wa </i></b></span><b><i><span style="font-family:Arial;">‘</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >allam naahu min ladunnaa </span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">‘</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >Ilman" </span></i></b><i><span style=";font-family:";" >(dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami)</span></i><span style=";font-family:";" >.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Menunjukkan bahwa Allah telah mengajari hamba itu dengan tanpa perantara seorang pengajar dan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >menunjukinya tanpa perantara seorang petunjuk.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Beliau berkata: </span><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i><i><span style=";font-family:";" >Barang siapa mendapatkan ilmu dari Allah tanpa perantara seorang pengajar, yang demikian<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style=";font-family:";" >itu disebut Nubuwah. karena pengetahuan itu, terlebih kepada urusan yang ghaib, tidak mungkin bias didapatkan kecuali adalah wahyu</span></i><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i><i><span style=";font-family:";" >. Dengan dalil firman Allah :<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style=";font-family:Arial;font-size:11;" >“</span></i><i><span style=";font-family:";font-size:11;" >(Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu)</span></i><i><span style=";font-family:Arial;font-size:11;" >”</span></i><i><span style=";font-family:";font-size:11;" >.QS.as-Syuura. 42/51.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >3. Diriwayatkan, ketika Musa as. bertemu Khidhir as. dan menyampaikan salam kepadanya, Khidhir menjawab : </span><b><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >Salam juga untukmu wahai Nabi Bani Isra'il</span></i></b><b><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i></b><b><i><span style=";font-family:";" >. </span></i></b><span style=";font-family:";" >Musa as. bertanya: "Siapa yang menunjukkan ini kepadamu ?", Dia menjawab: <b><i>"Yang mengutusmu datang kemari". </i></b>Dengan itu menunjukkan bahwa Khidhir as. adalah seorang Nabi, karena tidak mungkin seseorang dapat mengetahui hal yang ghaib kecuali melalui wahyu. *<b style=""><i style="">Tafsir Fahrur-rozi</i></b>*<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Inilah ayat kunci itu. Ayat tersebut menampilkan sosok yang menjadi simbol adanya “ilmu laduni”, yaitu sosok yang terlebih dahulu mendapatkan rahmat Allah baru kemudian ilmu-Nya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Yang dimaksud “<b style=""><i style="">rahmat sebelum ilmu</i></b>” adalah ilmu pengetahuan yang didasari rahmat Allah Ta’ala yang memancar dari hati seorang hamba, bukan ilmu yang hanya didasari dengan akal saja, terlebih lagi nafsu dan hawanya. Oleh karena itu, ilmu laduni tersebut selalu terbit secara aktual dan aplikatif. Ilmu itu mampu menjawab setiap kejadian dengan pandangan yang menyejukkan banyak orang. Yang demikian itu akan menampakkan tanda-tanda, diantaranya: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><i><span style=";font-family:";" >1) </span></i><span style=";font-family:";" >Ilmu pengetahuan itu adalah ilmu pengetahuan yang universal dan </span><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i><i><span style=";font-family:";" >rahmatan lil alamin</span></i><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i><span style=";font-family:";" >, artinya: Ilmu pengetahuan yang kemanfaatannya secara umum mencakup kepentingan seluruh makhluk, baik manusia maupun jin. Bukan ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dan secara khusus akhirnya kembali untuk kepentingan hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa kapadaNya. Atau untuk mengajak manusia ke jalan Allah Ta’ala: </span><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i><i><span style=";font-family:";" >Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami".QS.al-A</span></i><i><span style="font-family:Arial;">’</span></i><i><span style=";font-family:";" >raaf/156.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Kalau pelaksanaan ilmu pengetahuan ternyata hanya membuahkan perpecahan diantara sesama manusia lebih-lebih sesama orang yang beriman. Atau hanya untuk kepentingan mencari sumber hidup dan sandang pangan. Maka bukan ilmunya yang harus dipersoalkan, tapi yang mendasarinya, barang kali di dalam hati pemiliknya masih ada yang perlu mendapatkan pembenahan. Hal itu disebabkan, karena dalam hati manusia itu boleh jadi sebagai tempat hidayah Allah dan juga boleh jadi sebagai tempat sarang setan menebarkan fitnah di dalam kehidupan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><i><span style=";font-family:";" >2) </span></i><span style=";font-family:";" >Ilmu pengetahuan yang menjadikan hati seorang hamba mudah memaafkan kesalahan orang lain :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style=";font-family:";" >Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.QS.Ali Imran/159.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><i><span style=";font-family:";" >3) </span></i><span style=";font-family:";" >Ilmu pengetahuan yang mampu membangun semangat persaudaraan sehingga menciptakan komunitas manusia yang mampu mengabdi kepada Tuhannya : <i>Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.QS.Ali Imran/159.<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Oleh karena yang mendasari ilmu itu adalah rahmat Allah, maka dimana-mana ilmu itu akan menciptakan kedamaian dan persaudaraan, bukan ilmu yang menciptakan perselisihan dan perpecahan. Ilmu yang mengantarkan pemiliknya dicintai Allah Ta’ala dan dicintai seluruh makhluk-Nya, bukan ilmu yang menjadikan pemiliknya dibenci Allah Ta’ala. Kalau orang dibenci manusia karena suatu hal, tetapi dia juga dicintai manusia karena hal yang lain, lebih-lebih bila pihak yang mencintai lebih besar dari pada pihak yang membenci—di dalam kehidupan di dunia—yang demikian itu wajar terjadi. Sebab, tidak mungkin orang dicintai orang lain kecuali terlebih dahulu terbit dari dibenci, demikian juga sebaliknya tidak mungkin orang dibenci orang lain kecuali terbit dari dicintai. Allah memberikan sinyalemen dengan firmanNya : </span><i><span style="font-family:Arial;">“</span></i><i><span style=";font-family:";" >Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)."QS.Ali Imran/27</span></i><span style=";font-family:";" >.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Demikian itu adalah sunnatullah yang tidak akan mengalami perubahan lagi untuk selama-lamanya, sehingga—dengan ilmu laduni yang sudah dimiliki—seorang hamba menjadi kenal kepada segala sunnah yang ada tersebut. Maka, orang tersebut tidak menjadi benci sebab kebencian makhluk dan tidak menjadi cinta sebab kecintaan makhluk, dia semata-mata hanya mencintai seluruh makhluk karena dia telah mencintai Penciptanya. Sehingga sosok Khidhir itu digambarkan oleh hadits diatas sebagai berikut :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >“<i>Dinamakan <b>Khidhir </b>karena, sesungguhnya ketika dia duduk di daratan bumi yang putih, ketika ia bergerak maka bumi atasnya tampak hijau</i></span><i><span style="font-family:Arial;">”</span></i><i><span style=";font-family:";" >.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:";" >Walhasil, dengan ilmu laduni seorang hamba akan mendapatkan penerimaan yang baik, baik oleh seluruh makhluk,—di muka bumi—karena kecintaannya telah membuahkan cinta pula, maupun oleh Allah Ta’ala—di dunia dan di akhirat—karena pengabdiannya telah mendapatkan penerimaan yang baik di sisiNya. Dengan itu akhirnya orang tersebut akan mendapatkan pungkasan hidup yang baik (<i>husnul khotimah</i>) yang akhirnya akan mengantarkan dirinya mendapatkan ridho Allah Ta’ala dan bahagia untuk selama-lamanya di Surga. Insya Allah.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">(malfiali)<br /><span style=";font-family:";" ><o:p></o:p></span></p><br /><span class="fullpost"><br /><br /> </span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-62928187212493417272008-12-16T14:08:00.005+07:002009-01-27T11:10:11.172+07:00Tazkiyatun nafs/Penyucian Hati 1<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="">DZIKIR<br /><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Kalau perjalanan sang musafir malam tidak terfasilitasi. Tidak ada inayah azaliyah yang menyinari sehingga banyak rintangan yang menghalangi. Berarti di dalam hati musafir itu masih banyak hijab-hijab basyariyah yang menyelimuti, baik hijab dosa maupun hijab karakter yang tidak terpuji, maka terlebih dahulu sang musafir<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >harus berbenah diri. Dengan merampungkan dua tahapan amal yang harus dilewati. Dengan amal itu, perjalanan berikutnya diharapkan menda-patkan fasilitas yang sudah menanti. Benah-benah diri itu dilaksanakan di dalam dua hal:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >1. Melaksanakan at-Tazkiyah atau mensucikan jiwanya dari segala kotoran basyariyah. Sebagaimana yang telah dinyatakan Allah Ta’ala dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >"<i style="">Sungguh beruntung orang yang membersihkan diri * Dan ingat nama Tuhannya, lalu sembahyang* ". QS.al-<o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style=""><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >A’laa.87/14-17.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Yang dimaksud At-Tazkiyah ialah : melaksanakan pembersihan dan pensucian diri dari segala kotoran-kotoran<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >basyariyah, baik yang berupa dosa-dosa maupun sifat-sifat yang tercela dengan melaksanakan tiga tingkat tahapan amal sholeh sebagai perwujudan ibadah yang ikhlas kepada Allah SWT. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Tingkat pertama: Dengan melak-sanakan ibadah secara keseluruhan, baik puasa maupun sholat malamnya, dengan mujahadah maupun riyadhohnya, baik secara vertikal maupun horizontal. Ibadah itu dilaksanakannya semata-mata hanya bersungguhsungguh untuk meng-hapus atau menghilangkan kotoran dan karat yang menempel di dalam hati, baik dari kotoran dosa maupun sifat-sifat yang tidak terpuji.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Tingkat kedua: Setelah seorang hamba merampungkan tazkiyahnya, baru selanjutnya ia akan mampu menghadirkan ma'rifatullah di dalam hati, akan Dzat-Nya, akan Sifat-Nya, akan Nama-nama-Nya dan akan Pekerjaan-pekerjaan-Nya. Itulah yang dimaksud dengan firman-Nya: “</span><b style=""><i><span style="">Wadzakarosma Robbihii</span></i></b><i><span style="">" </span></i><i style=""><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >(Kemudian dzikir dengan menyebut nama Tuhannya).<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Karena tidak mungkin seseorang mampu menyebut Nama-Nya di dalam hati kecuali sesudah terlebih dahulu mengenali-Nya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Tingkat ketiga: Setelah merampungkan dua tahapan itu, menjadikan seorang hamba akan selalu sibuk dengan pengabdian yang hakiki. Yaitu, seluruh waktunya dima'murkan hanya untuk melaksanakan keta'atan kepada-Nya. Itulah yang dimaksud dengan firman-Nya: “<b style=""><i style="">Fasholla</i></b>" <i style="">(kemudian melaksanakan Sholat)</i>. Karena sholat adalah pokok segala ibadah, kalau sholatnya baik, berarti seluruh amal ibadahnya juga akan baik.</span><span style=""><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >2. Ibadah yang dilaksanakan hendaklah mendapat bimbingan seorang guru ahlinya. Guru mursyid thoriqoh yang suci lagi mulia. Baik secara maknawiyah maupun hissiyah, baik secara dhohir maupun batin. Sehingga dengan ibadah itu seorang hamba benar-benar sampai kepada Allah Ta’ala. Menjadikan hatinya menjadi khusu’ kepada-Nya. Karena hanya Allah Ta’ala tujuan yang paling utama. Ibadah yang dilakukan itu mampu menghantarkan ruhaniyah seorang hamba mengadakan mi’roj untuk memasuki alam malakut. Bersimpuh di hadapan Tuhannya untuk bermusya-hadah dah bermujalasah di permadani haribaan-Nya, Adalah perjalanan ruhaniyah yang akan mampu membentuk hati seorang hamba menjadi khusu’ hanya kepada Allah Ta’ala. Karena dengan perjalanan itu ruhani sang pengembara dapat merasakan kenikmatan ruhaniyah yang tiada <st1:place st="on">tara</st1:place>, sehingga sejak itu hatinya telah dapat merasakan kepalsuan kehidupan duniawi yang fana yang selanjutnya menjadikan hati itu tidak lagi cenderung hanya memikirkan dan mencari kehidupan duniawi saja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Apabila dengan ibadah yang seperti itu, seorang hamba diibaratkan memasuki sebuah rumah. Artinya dengan ibadah dhohir yang dilakukan itu bagaimana supaya seorang hamba mampu memasuki alam batin atau alam ruhaniyah, maka mestinya dia harus dapat memasuki rumah itu melalui pintu-pintu yang tersedia. Allah telah mengisyaratkan hal itu dengan firman-Nya:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b style=""><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >“<i style="">Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. QS.al-Baqoroh.2/189.<o:p></o:p></i></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=";font-family:BookAntiqua;font-size:11;" >Itulah yang dimaksud penyatuan antara qodo’ dan qodar dalam satu amal. Menyatukan konsep langit dan konsep bumi dalam satu pelaksanaan karya nyata secara rasional. Masuk dan keluar dari satu pintu menuju dua dimensi yang berbeda dengan benar. Dimensi jasmani dan dimensi ruhani. Karena dari pintu ruhani yang qodim itu dahulu manusia telah meninggalkan rumahnya yang hakiki di alam ruhani memasuki rumah yang fana di dunia. Kalau tidak demikian, apabila penyatuan antara qodo’ dan qodar dalam kesatuan amal ibadah itu tidak dapat terwujud dengan benar, maka boleh jadi sebuah amal akan terputus dari jalan yang sesungguhnya, yaitu jalan inayah Allah yang azaliyah. Akibatnya, boleh jadi yang akan dihasilkan amal ibadah itu hanyalah pengakuan pribadi. Bahwa dirinya telah mampu berbuat amal bakti. Bahwa dirinya telah mampu menciptakan karya utama. Selanjutnya, manusia akan cenderung terjebak dengan sifat sombong yang<span style=""> </span>membabi buta, yang kemudian syetan akan menambah kesombongan itu dan kesesatan yang akhirnya manusia akan cenderung terjerumus masuk ke jurang neraka. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari tipudaya nafsu dan syetan yang terkutuk.</span></p>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-59856439567567026412008-12-11T14:26:00.003+07:002009-01-19T09:06:58.008+07:00Kh.Romly Tamim<a style="font-weight: bold;" href="http://u-beed.blogspot.com/2008/11/khromly-tamim.html"></a><h3 class="post-title entry-title"> </h3> <span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold;">Kyai Romly Tamim</span></span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj69FFv92MvhM3-hSWDUgaEmgGn7SWxjl_AbE7pYqVAI-pO2Vn27PlZj1DvIktWVoO2BzYQosA_Hs7hZf4JstvcWczTSA17l3V-mWKnhWBp4JK1BDjkrv8rqhXhwvxxgGn-pxlU1MPoE_ea/s1600-h/354550987_0e39c414ab.jpg"><span style="font-weight: bold;"></span><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 122px; height: 127px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj69FFv92MvhM3-hSWDUgaEmgGn7SWxjl_AbE7pYqVAI-pO2Vn27PlZj1DvIktWVoO2BzYQosA_Hs7hZf4JstvcWczTSA17l3V-mWKnhWBp4JK1BDjkrv8rqhXhwvxxgGn-pxlU1MPoE_ea/s320/354550987_0e39c414ab.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5267482185973047938" border="0" /></a>Kh.Romly Tamim kelahiran Rejoso tahun 1888 M. Beliau adalah putra Kyai Haji Tamim yang ketiga. Pengalaman pendidikan diperoleh dari ayah dan kakak iparnya dalam usia muda, sedang masa menjelang dewasanya dididik di Pondok Pesantren Bangkalan Madura seperti ayah kakak yaitu dibawah asuhan Kyai Kholil.<br /><br />Dari pendidikan ini kemudian diteruskan ke pendidikan tebu ireng yang diasuh oleh Kyai Hasyim asy’ari. Waktu Kyai Romly Tamim sudah ikut membantu sebagai tenaga pengajar, Kyai Hasyim Asy’ari mulai menaruh simpati dan sayangnya kepada tenaga baru tersebut. Dari sisnilah simpati itu berlanjut sehingga pada tahun 1923 Kyai Romly Tamim diambil menantu oleh Kyai Hasyim Asy’ari mmendapatkan Nyi Azzah Dalam perkawinan ini tidak dikaruniai keturunan.<br /><br />Seusai pengabdiannya di Tebu Ireng dan setelah merasa gagal pada perkawinan pertama beliau nikah lagi dengan putri desa besuk Jombang yang bernama Nyi Maisyaroh. Perkawinan ini menghasilkan putra Ishomuddin yang telah kembali ke Rahmatullah dan Musta’in Romly. Sepeninggal Nyi Maisaroh belaiau nikah dengan Nyi Khodijah hingga berputra : A. Rifa’I, Sonhaji, A. Dimyati, Moh Damam Hury dan Tamim.<br /><br />Diakhir hayatnya beliau sebagai Al – mursyid Thoriqot Qodiriyah Wannaqsabandiyah menggantikan kedudukan KH Cholil selama perjalanan hidup ia sempat menulisdan menyususn buku – buku pegangan Thoriqot antara lain Risalatul Waqiah, Risalah Solawat Nariyah dan Tsamratul Fikriyah. Allah SWT memanggil kembali ke alam sana pada 16 Romadhon 1377 atau 16 April 1958.<br /><span class="fullpost"><br /><br /> </span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-76999900014306055052008-12-03T13:56:00.014+07:002008-12-11T14:35:19.012+07:00Khalil Bangkalan Madura<h3><a href="http://jendela-kaca.blogspot.com/2008/11/muhammad-khalil-al-maduri-1235-1341-h.html">Muhammad Khalil Al Maduri (1235 - 1341 H / 1820 - 1923 M)</a> </h3> <span style=""><span class="fullpost"></span></span><h3 class="post-title entry-title"> </h3> <div class="post-body entry-content"> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZnv1V-J6ZRHeRxNdu6IE6jn6AiLsqtKUcFzzwGhHrISMkFYbuMSgeNIgqdU6RjHqHe9ish6BRuIfpOoEn8hNs3-qlwBih5p-lduUO1SfdpVuQ8OniRLhBD8kucQnw9Wv5JEwVpQM_KAUi/s1600-h/Kiyai+Kholil.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 148px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZnv1V-J6ZRHeRxNdu6IE6jn6AiLsqtKUcFzzwGhHrISMkFYbuMSgeNIgqdU6RjHqHe9ish6BRuIfpOoEn8hNs3-qlwBih5p-lduUO1SfdpVuQ8OniRLhBD8kucQnw9Wv5JEwVpQM_KAUi/s200/Kiyai+Kholil.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5265760698247383666" border="0" /></a>Ulama besar yang digelar oleh para kiyai sebagai “syaikhuna” yakni guru kami, kerna kebanyakan kiyai-kiyai dan pengasas pondok pesantren di Jawa dan Madura pernah belajar dan nyantri dengan beliau. Pribadi yang dimaksudkan ialah Kiyai Kholil bin Kiyai ‘Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai ‘Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin Kiyai Asral Karamah bin Kiyai ‘Abdullah bin Sayyid Sulaiman yang merupakan cucu kepada Sunan Gunung Jati. Kiyai Kholil dilahirkan pada hari Selasa, 11 Jamadil Akhir 1235 di Bangkalan, Madura.<br /><br />Dari kecil, kecintaannya kepada ilmu telah terserlah. Selain menghafal al-Quran, beliau sejak kecil telah hafal 1000 bait nazam Alfiyyah Ibnu Malik. Bahkan, beliau amat menitik beratkan pelajaran nahwu sehingga santri-santri beliau tidak akan dibenarkan menamatkan pengajian dan pulang ke kampung jika belum hafal Alfiyyah. Justru, setiap santri yang mohon untuk pulang, terlebih dahulu diuji hafalan Alfiyyahnya, jika belum hafal maka jangan harap diizinkan pulang. Begitulah penekanan yang beliau berikan kepada ilmu nahwu yang merupakan antara ilmu alat yang terpenting. Kelemahan dalam ilmu ini akan membawa kepada lemahnya memahami kitab-kitab para ulama terdahulu, maka wajar sekali jika Embah Kholil memberikan penekanan terhadap ilmu ini.<br /><br />Selain ilmu nahwu, beliau turut menguasai ilmu fiqh terutama sekali fiqh Syafi’i, tafsir, qiraah dan juga tasawwuf dan thoriqah. Beliau menghafal al-Quran dan menguasai segala ilmu berhubungan dengannya termasuklah menguasai qiraatus sab’ah. Beliau menimba pengetahuannya daripada ramai ulama seperti Kiyai Muhammad Nur dan di berbagai pesantren antaranya Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Cangaan Bangil, Pesantren Keboncandi Pasuruan dan Pesantren Banyuwangi. Setelah itu, beliau berangkat ke Makkah al-Mukarramah untuk menimba ilmu di sana. Sewaktu nyantri, beliau tidak mengharapkan biaya daripada orang tuanya, bahkan beliau menampung biayanya sendiri dengan melakukan berbagai pekerjaan di samping belajar.<br /><br />Beliau berangkat ke Makkah dalam tahun 1859, ketika berusia 24 tahun. Sepanjang perjalanan ke Makkah dan semasa di sana, beliau lebih gemar berpuasa dan melakukan riyadhah kerohanian. Dikisahkan bahawa selama di Makkah, kebiasaannya beliau hanya makan kulit tembikai berbanding makanan lain. Setelah pulang ke tanahairnya, beliau mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan. Pesantren ini akhirnya beliau serahkan kepada menantunya Kiyai Muntaha, dan beliau sendiri membuka sebuah lagi pesantren di Desa Kademangan, Bangkalan. Antara ulama yang menjadi santri beliau adalah Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiyai Wahhab Hasbullah, Kiyai Ahmad Qusyairi dan Kiyai Bisri Syansuri.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwsiC1wCIDE8vL8g1dCmP-rWDnpqgPuKfsWu7VXmwtRqeEXFnqylPIJckVOP8zAl9Ug7qaVUsc8ikS5EfIQGUVWd5Hh49joLc7AQAw9Y9VONRki7S02akQTTFZwiWjfBRUWjNrEuyP93-u/s1600-h/Makam+Kiyai+Kholil.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 90px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwsiC1wCIDE8vL8g1dCmP-rWDnpqgPuKfsWu7VXmwtRqeEXFnqylPIJckVOP8zAl9Ug7qaVUsc8ikS5EfIQGUVWd5Hh49joLc7AQAw9Y9VONRki7S02akQTTFZwiWjfBRUWjNrEuyP93-u/s200/Makam+Kiyai+Kholil.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5265760386796881570" border="0" /></a>Kiyai Kholil selain terkenal sebagai ulama, juga dikenali sebagai seorang waliyullah yang mempunyai berbagai karamah dan kasyaf. Murid beliau, Kiyai Ahmad Qusyairi bin Shiddiq dalam karyanya “al-Wasiilatul Hariyyah” mensifatkan gurunya ini sebagai ” beliau yang dalam ilmu nahwunya seperti Sibawaih, dalam ilmu fiqh seperti Imam an-Nawawi dan dari segi banyak kasyaf dan karamah seperti al-Quthub al-Jilani.” Maka tidak heran, makamnya sehingga kini diziarahi ramai untuk menjalankan sunnah ziarah kubur dan ngalap berkat. Beliau meninggal dunia pada 29 Ramadhan 1343H. Selain meninggalkan ramai santri yang menjadi ulama dan kiyai besar, beliau turut meninggalkan beberapa karangan antaranya “ash-Shilah fi bayanin nikah” dan “al-Matnusy-Syarif“. Moga Allah sentiasa mencucuri rahmat dan kasih-sayangNya kepada Embah Kiyai Kholil serta para leluhurnya juga sekalian ulama dan umat yang mentawhidkan Allah s.w.t. .. al-Fatihah.</div><span style=""><span class="fullpost"><br />Kiai Muhammad Khalil juga pejuang di zamannya. memang, saat pulang ke Tanah Air ia sudah uzur. Yang dilakukannya adalah dengan pengkader para pemuda pejuang di pesantrennya untuk berjuang membela negara. Di antara para muridnya itu adalah KH Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok-pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama), KH Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri Pondok-pesantren Tambakberas, Jombang); KH Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar), KH Ma’shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang), KH Bisri Mustofa (pendiri Pondok-pesantren Rembang), dan KH As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok-pesantren Asembagus, Situbondo).<br />Kiai Muhammad Khalil al-Maduri wafat dalam usia yang lanjut, 106 tahun, pada 29 Ramadan 1341 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 14 Mei 1923 Masehi.<br /></span><span style=""></span></span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-55528230251089642692008-11-28T10:54:00.005+07:002009-01-19T09:10:29.710+07:00Profil Ahli Sufi<a href="http://sufiroad.blogspot.com/2008/11/syekh-abdul-qodir-al-jaelani.html"> </a><p class="MsoNormal"><b><span style="font-size: 18pt;"><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal"> </p><p class="MsoNormal"><b><u><span style="font-size: 18pt;"><span style="color: rgb(51, 204, 255);">SYEKH ABDUL QODIR AL JAELANI</span><o:p></o:p></span></u></b></p> <span style="">Syekh Abdur Qadir Jailani adalah adalah imam yang zuhud dari kalangan sufi. Beliau lahir tahun 470 H di Baghdad dan mendirikan tariqat al-Qadiriyah. Diantara tulisan beliau antara lain kitab Al-Fathu Ar-Rabbani, Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haq dan Futuh Al-Ghaib. Tahun wafat beliau tercatat tahun 561 H bertepatan dengan 1166 M. Beliau adalah seorang yang shalih . Bila dirunut ke atas dari nasabnya, beliau masih keturunan dari Ali bin Abi Talib. Nama lengkap beliau adalah Abu Shalih Sayidi Abdul Qodir bin Musa bin Abdullah bin Yahya Az-zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa Al-Jun bin Abdullah Al-Mahdhi bin Hasan al-Mutsana bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra.<br /><br /><span class="fullpost">Jumlah karomah yang dimiliki oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani banyak sekali:</span><br /><span class="fullpost">Syaikh Abil AbbasAhmad ibn Muhammadd ibn Ahmad al-Urasyi al-Jily:</span><br /><span class="fullpost">Pada suatu hari, aku telah menghadiri majlis asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani berserta</span><br /><span class="fullpost">murid-muridnya yang lain. Tiba-tiba, muncul seekor ular besar di pangkuan asy-Syaikh. Maka orang ramai yang hadir di majlis itu pun berlari tunggang langgang, ketakutan. Tetapi asy-Syaikh al-Jilani hanya duduk dengan tenang saja. Kemudian ular itu pun masuk ke dalam baju asy-Syaikh dan telah merayap-rayap di badannya. Setelah itu, ular</span><br /><span class="fullpost">itu telah naik pula ke lehernya. Namun, asy-Syaikh masih tetap tenang dan tidak berubah keadaan duduknya. Setelah beberapa waktu berlalu, turunlah ular itu dari badan asy-Syaikh dan ia telah seperti bicara dengan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani . Setelah itu, ular itu pun ghaib. Kami pun bertanya kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani tentang apa yang telah dipertuturkan oleh ular itu. Menurut beliau ular itu telah berkata bahwa dia telah menguji wali-wali Allah yang lain, tetapi dia tidak pernah bertemu dengan</span><br /><span class="fullpost">seorang pun yang setenang dan sehebat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani .</span><br /><span class="fullpost">Pada suatu hari, ketika asy-Syaikh sedang mengajar murid-muridnya di dalam sebuah majlis, seekor burung telah terbang di udara di atas majlis itu sambil mengeluarkan satu bunyi yang telah mengganggu majlis itu. Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun berkata, “Wahai angin, ambil kepala burung itu.” Seketika itu juga, burung itu telah</span><br /><span class="fullpost">jatuh ke atas majlis itu, dalam keadaan kepalanya telah terputus dari badannya.</span><br /><span class="fullpost">Setelah melihat keadaan burung itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun turun dari kursi tingginya dan mengambil badan burung itu, lalu disambungkan kepala burung itu ke badannya. Kemudian asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah berkata, “Bismillaahirrahmaanirrahim.” Dengan serta-merta burung itu telah hidup kembali dan</span><br /><span class="fullpost">terus terbang dari tangan asy-Syaikh.</span><br /><span class="fullpost">Maka takjublah para hadirin di majlis itu karena melihat kebesaran Allah yang telah ditunjukkanNya melalui tangan asy-Syaikh.</span><br /><span class="fullpost">Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat:</span><br /><span class="fullpost">Pada suatu hari, di dalam tahun 537 Hijrah,seorang lelaki dari <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Baghdad</st1:city></st1:place> (dikatakan oleh setengah perawi bahawa lelaki itu bernama Abu Sa‘id ‘Abdullah ibn Ahmad ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Baghdadi) telah datang bertemu dengan asy-Syaikh Jilani, berkata, bahwa dia mempunyai seorang anak dara cantik berumur enam belas tahun bernama Fatimah. Anak daranya itu telah diculik (diterbangkan) dari atas anjung rumahnya oleh</span><br /><span class="fullpost">seorang jin. Maka asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun menyuruh lelaki itu pergi pada malam hari itu, ke suatu tempat bekas rumah roboh, di satu kawasan lama di <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Baghdad</st1:city></st1:place> bernama al-Karkh.</span><br /><span class="fullpost">“Carilah bonggol yang kelima, dan duduklah di situ. Kemudian, gariskan satu bulatan sekelilingmu di atas tanah. Kala engkau membuat garisan, ucapkanlah “Bismillah, dan di atas niat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ” Apabila malam telah gelap, engkau akan didatangi oleh beberapa kumpulan jin,</span><br /><span class="fullpost">dengan berbagai-bagai rupa dan bentuk. Janganlah engkau takut. Apabila waktu hampir terbit fajar, akan datang pula raja jin dengan segala angkatannya yang besar. Dia akan bertanya hajatmu. Katakan kepadanya yang aku telah menyuruh engkau datang bertemu dengannya. Kemudian ceritakanlah kepadanya tentang kejadian yang telah menimpa anak</span><br /><span class="fullpost">perempuanmu itu.”</span><br /><span class="fullpost">Lelaki itu pun pergi ke tempat itu dan melaksanakan arahan asy-Syaikh Abdul Qodir</span><br /><span class="fullpost">Al-Jilani itu. Beberapa waktu kemudian, datanglah jin-jin yang coba menakut-nakutkan lelaki itu, tetapi jin-jin itu tidak berkuasa untuk melintasi garis bulatan itu. Jin-jin itu telah datang bergilir-gilir, yakni satu kumpulan selepas satu kumpulan. Dan akhirnya, Datanglah raja jin yang sedang menunggang seekor kuda dan telah disertai oleh satu angkatan yang besar dan hebat rupanya.</span><br /><span class="fullpost">Raja jin itu telah memberhentikan kudanya di luar garis bulatan itu dan telah bertanya kepada lelaki itu, “Wahai manusia, apakah hajatmu?”Lelaki itu telah menjawab, “Aku telah disuruh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani untuk bertemu denganmu.”</span><br /><span class="fullpost">Begitu mendengar nama asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani diucapkan oleh lelaki itu, raja jin itu telah turun dari kudanya dan terus mengucup bumi. Kemudian raja jin itu telah duduk di atas bumi, disertai dengan seluruh anggota rombongannya. Sesudah itu, raja jin itu telah bertanyakan masalah lelaki itu. Lelaki itu pun menceritakan kisah anak daranya yang telah diculik oleh seorang jin. Setelah mendengar cerita lelaki itu, raja jin itu pun memerintahkan agar dicari si jin yang bersalah itu. Beberapa waktu kemudian, telah</span><br /><span class="fullpost">dibawa ke hadapan raja jin itu, seorang jin lelaki dari negara Cina bersama-sama dengan anak dara manusia yang telah diculiknya.Raja jin itu telah bertanya, “Kenapakah engkau</span><br /><span class="fullpost">sambar anak dara manusia ini? Tidakkah engkau tahu yang dia ini berada di bawah naungan al-Quthb ?”</span><br /><span class="fullpost">Jin lelaki dari negara Cina itu telah mengatakan yang dia telah jatuh berahi dengan anak dara manusia itu. Raja jin itu pula telah memerintahkan agar dipulangkan perawan itu kepada bapanya, dan jin dari negara Cina itu pula telah dikenakan hukuman pancung kepala. Lelaki itu pun mengatakan rasa takjubnya dengan segala perbuatan raja jin itu, yang sangat patuh kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.</span><br /><span class="fullpost">Raja jin itu berkata pula, “Sudah tentu, karena asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani boleh melihat dari rumahnya semua kelakuan jin-jin yang jahat.</span><br /><span class="fullpost">Dan mereka semua sedang berada di sejauh-jauh tempat di atas bumi, karena telah lari dari sebab kehebatannya. Allah Ta’ala telah menjadikan asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bukan saja al-Qutb bagi umat manusia, bahkan juga ke atas seluruh bangsa jin.”</span><br /><span class="fullpost">Telah bercerita asy-Syaikh Abi ‘Umar ‘Uthman dan asy-Syaikh Abu Muhammad ‘Abdul Haqq al-Huraimy: Pada 3 hari bulan Safar, kami berada di sisi asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani Pada waktu itu, asy-Syaikh sedang mengambil wudu dan memakai sepasang terompah. Setelah selesai menunaikan solat dua rakaat, dia telah bertempik dengan</span><br /><span class="fullpost">tiba-tiba, dan telah melemparkan salah satu dari terompah-terompah itu dengan sekuat tenaga sampai tak nampak lagi oleh mata. Selepas itu, dia telah bertempik sekali lagi, lalu melemparkan terompah yang satu lagi. Kami yang berada di situ, telah melihat dengan ketakjubannya, tetapi tidak ada seorang pun yang telah berani menanyakan maksud</span><br /><span class="fullpost">semua itu. Dua puluh tiga hari kemudian, sebuah kafilah telah datang untuk menziarahi asy-Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilany. Mereka (yakni para anggota kafilah itu) telah membawa hadiah-hadiah untuknya, termasuk baju, emas dan perak. Dan yang anehnya, termasuk juga sepasang terompah. Apabila kami amat-amati, kami lihat terompah-terompah itu adalah terompah-terompah yang pernah dipakai oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pada satu masa dahulu. Kami pun bertanya kepada ahli-ahli kafilah</span><br /><span class="fullpost">itu, dari manakah datangnya sepasang terompah itu. Inilah cerita mereka:</span><br /><span class="fullpost">Pada 3 haribulan Safar yang lalu, ketika kami sedang di dalam satu perjalanan, kami telah</span><br /><span class="fullpost">diserang oleh satu kumpulan perompak. Mereka telah merampas kesemua barang-barang kami dan telah membawa barang-barang yang mereka rampas itu ke satu lembah untuk dibagi-bagikan di antara mereka. Kami pun berbincang sesama sendiri dan telah</span><br /><span class="fullpost">mencapai satu keputusan. Kami lalu menyeru asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani agar menolong kami. Kami juga telah bernazar apabila kami sudah selamat, kami akan memberinya beberapa hadiah. Tiba-tiba, kami terdengar satu jeritan yang amat</span><br /><span class="fullpost">kuat, sehingga menggegarkan lembah itu dan kami lihat di udara ada satu benda yang sedang melayang dengan sangat laju sekali. Beberapa waktu kemudian, terdengar satu lagi bunyi yang sama dan kami lihat satu lagi benda seumpama tadi yang sedang melayang ke arah yang sama. Selepas itu, kami telah melihat perompak-perompak</span><br /><span class="fullpost">itu berlari lintang-pukang dari tempat mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan itu dan telah meminta kami mengambil balik harta kami,karena mereka telah ditimpa satu kecelakaan. Kami pun pergi ke tempat itu. Kami lihat kedua orang pemimpin perompak itu telah mati. Di sisi mereka pula, ada sepasang terompah. Inilah terompah-terompah itu.</span><br /><span class="fullpost">Telah bercerita asy-Syaikh Abduh Hamad ibn Hammam:</span><br /><span class="fullpost">Pada mulanya aku memang tidak suka kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Walaupun aku merupakan seorang saudagar yang paling kaya di <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Baghdad</st1:city></st1:place> waktu itu, aku tidak pernah merasa tenteram ataupun berpuas hati.Pada suatu hari, aku telah pergi menunaikan solat Jum’at. Ketika itu, aku tidak mempercayai tentang cerita-cerita karomah yang dikaitkan pada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Sesampainya aku</span><br /><span class="fullpost">di masjid itu, aku dapati beliau telah ramai dengan jamaah. Aku mencari tempat yang tidak terlalu ramai, dan kudapati betul-betul di hadapan mimbar.</span><br /><span class="fullpost">Di kala itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani baru saja mulai untuk khutbah Jumaat. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> beberapa perkara yang disentuh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani yang telah menyinggung perasaanku.Tiba-tiba, aku terasa hendak buang air besar. Untuk keluar dari masjid itu memang sukar dan agak mustahil. Dan aku dihantui perasaan gelisah dan</span><br /><span class="fullpost">malu, takut-takut aku buang air besar di <st1:place st="on"><st1:city st="on">sana</st1:city></st1:place> di depan orang banyak. Dan kemarahanku terhadap asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun bertambah dan memuncak.</span><br /><span class="fullpost">Pada saat itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah turun dari atas mimbar itu dan telah berdiri di hadapanku. Sambil beliau terus memberikan khutbah, beliau telah menutup tubuhku dengan jubahnya. Tiba-tiba aku sedang berada di satu tempat yang lain, yakni di satu lembah hijau yang sangat indah. Aku lihat sebuah anak sungai sedang mengalir perlahan di situ dan keadaan sekelilingnya sunyi sepi, tanpa kehadiran seorang manusia. Aku pergi membuang air besar. Setelah selesai, aku mengambil wudlu. Apabila aku sedang berniat untuk pergi bersolat, dan tiba-tiba diriku telah berada ditempat semula di bawah jubah asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Dia telah mengangkat jubahnya dan</span><br /><span class="fullpost">menaiki kembali tangga mimbar itu.</span><br /><span class="fullpost">Aku sungguh-sungguh merasa terkejut. Bukan karena perutku sudah merasa lega, tetapi juga keadaan hatiku. Segala perasaan marah, ketidakpuasan hati, dan perasaan-perasaan jahat yang lain, semuanya telah hilang.</span><br /><span class="fullpost">Selepas sembahyang Jum’at berakhir, aku pun pulang ke rumah. Di dalam perjalanan, aku menyadari bahwa kunci rumahku telah hilang. Dan aku kembali ke masjid untuk mencarinya. Begitu lama aku mencari, tetapi tidak aku temukan, terpaksa aku menyuruh</span><br /><span class="fullpost">tukang kunci untuk membuat kunci yang baru.Pada keesokan harinya, aku telah meninggalkan <st1:place st="on"><st1:city st="on">Baghdad</st1:city></st1:place> dengan rombonganku karena urusan perniagaan. Tiga hari kemudian, kami telah melewati satu lembah yang sangat indah.</span><br /><span class="fullpost">Seolah-olah ada satu kuasa ajaib yang telah menarikku untuk pergi ke sebuah anak sungai. Barulah aku teringat bahwa aku pernah pergi ke <st1:place st="on"><st1:city st="on">sana</st1:city></st1:place> untuk buang air besar, beberapa hari sebelum itu. Aku mandi di anak sungai itu. Ketika aku sedang mengambil jubahku, aku telah temukan kembali kunciku, yang rupa-rupanya telah tertinggal dan telah tersangkut pada sebatang dahan di situ.</span><br /><span class="fullpost">Setelah aku sampai di <st1:place st="on"><st1:city st="on">Baghdad</st1:city></st1:place> , aku menemui asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani dan menjadi anak muridnya.</span><br /><span class="fullpost">Telah bercerita asy-Syaikh ‘Adi ibn Musafir al-Hakkar:</span><br /><span class="fullpost">Aku pernah berada di antara ribuan hadirin yang telah berkumpul untuk mendengar pengajian asy-Syaikh. Ketika asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani sedang berbicara, tiba-tiba hujan turun dengan lebat. Beberapa orang pun berlari meninggalkan tempat itu. Langit kala itu sedang diliputi awan hitam yang menandakan hujan akan terus turun dengan lebat. Aku melihat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani mendongak ke langit dan</span><br /><span class="fullpost">mengangkat tangannya serta berdoa, “Ya Robbi! Aku telah mengumpulkan manusia karenaMu, adakah kini Engkau akan menghalau mereka daripadaku?”</span><br /><span class="fullpost">Setelah asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani berdoa, hujan pun berhenti. Tidak setitik hujan yang jatuh ke atas kami, pada hal di sekeliling kami hujan masih terus turun dengan deras.Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat:</span><br /><span class="fullpost">Pada suatu hari, isteri-isteri asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah bertemu dengannya dan telah berkata, “Wahai suami kami yang terhormat, anak lelaki kecil kita telah meninggal dunia. Namun kami tidak melihat setitik air mata pun yang mengalir dari mata kekanda dan tidak pula kekanda menunjukkan tanda kesedihan. Tidakkah kekanda</span><br /><span class="fullpost">menyimpan rasa belas kasihan terhadap anak lelaki kita, yang merupakan sebagian darah daging kekanda sendiri? Kami semua sedang dirundung kesedihan,namun kekanda masih juga meneruskan pekerjaan biasa kekanda, seolah-olah tiada sesuatu pun yang telah berlaku. Kekanda adalah pemimpin dan pelindung kami di dunia dan di akhirat. Tetapi</span><br /><span class="fullpost">jika hati kekanda telah menjadi keras sehingga tiada lagi menyimpan rasa belas kasihan, bagaimana kami dapat bergantung kepada kekanda di Hari Pembalasan kelak?”</span><br /><span class="fullpost">Maka berkatalah asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani “Wahai isteri-isteriku yang tercinta! Janganlah kamu semua menyangka hatiku ini keras. Aku menyimpan rasa belas kasihan di hatiku terhadap seluruh makhluk, sampai terhadap orang-orang kafir dan juga terhadap anjing-anjing yang menggigitku. Aku berdoa kepada Allah agar anjing-anjing itu</span><br /><span class="fullpost">berhenti menggigit, bukanlah karena aku takut digigit, tetapi aku takut nanti manusia lain akan melontar anjing-anjing itu dengan batu. Tidakkah kamu mengetahui bahwa aku mewarisi sifat belas kasihan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang telah diutus Allah sebagai rahmat untuk sekalian alam?”</span><br /><span class="fullpost">Maka wanita-wanita itu telah berkata pula, “Kalau benar kekanda mempunyai rasa belas kasihan terhadap seluruh makhluk Allah, sampai kepada anjing-anjing yang menggigit kekanda, kenapa kekanda tidak menunjukkan rasa sedih atas kehilangan anak lelaki kita yang telah meninggal ini?”</span><br /><span class="fullpost">Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun menjawab, “Wahai isteri-isteriku yang sedang berdukacita, kamu semua menangis karena kamu semua merasa telah berpisah daripada anak lelaki kita yang kamu semua sayangi. Tetapi aku sentiasa bersama dengan orang-orang yang aku sayangi. Kamu semua telah melihat anak lelaki kita di dalam satu ilusi yang disebut dunia. Kini, dia telah meninggalkannya lalu berpindah ke satu tempat yang lain. Allah telah berfirman ( <st1:place st="on"><st1:city st="on">Surat</st1:city></st1:place> al-adid, ayat 20):</span><br /><span class="fullpost">“dan tiadaklah kehidupan dunia ini melainkan hanyalah satu ilusi saja.” Memang dunia ini adalah satu ilusi, untuk mereka yang sedang terlena. Tetapi aku tidak terlena – aku melihat dan waspada. Aku telah melihat anak lelaki kita sedang berada di dalam bulatan masa, dan kini dia telah keluar darinya. Namun aku masih dapat melihatnya. Dia kini berada di sisiku. Dia sedang bermain-main di sekelilingku, sebagaimana yang pernah dia lakukan pada masa dahulu. Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat melihat Kebenaran melalui mata hatinya, sama dengan yang dilihatnya masih hidup ataupun sudah mati, maka Kebenaran itu tetap tidak akan hilang.”</span><br /><span class="fullpost">Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat: Pada suatu hari, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani berjalan-jalan dengan beberapa muridnya di <st1:place st="on"><st1:city st="on">padang</st1:city></st1:place> pasir. Waktu itu hari sangat panas, dan mereka sedang berpuasa. Oleh itu mereka merasa letih dan dahaga.</span><br /><span class="fullpost">Tiba-tiba, sekumpulan awan muncul, yang melindungi mereka dari panas terik matahari. Setelah itu, sebatang pohon kurma dan sebuah kolam air muncul di hadapan mereka. Mereka telah terpesona. Kemudian satu cahaya besar yang berkilauan, telah muncul dari celah awan di hadapan mereka dan kedengaranlah satu suara dari dalamnya yang telah</span><br /><span class="fullpost">berkata, “Wahai ‘Abdul Qadir, akulah Tuhanmu. Makan dan minumlah, karena pada hari ini, telah aku halalkan untuk engkau apa yang telah aku haramkan untuk orang-orang lain.” Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun melihat ke arah cahaya itu dan berkata, “Aku berlindung dengan Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”</span><br /><span class="fullpost">Tiba-tiba, cahaya, pohon kurma dan kolam itu semuanya hilang dari pandangan mata. Maka kelihatanlah Iblis di hadapan mereka dengan bentuk rupanya yang asli.</span><br /><span class="fullpost">Iblis bertanya, “Bagaimanakah engkau dapat mengetahui itu sebenarnya adalah aku?”</span><br /><span class="fullpost">Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah menjawab, “Syariat itu sudah sempurna, dan tidak akan berubah sampai Hari Kiamat. Allah tidak akan mengubah yang haram kepada yang halal, walaupun untuk orang-orang yang menjadi pilihanNya (waliNya).”</span><br /><span class="fullpost">Maka Iblis pun berkata lagi untuk menguji asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani “Aku telah mampu menipu 70 kaum daripada golongan as-salikin (yakni orang-orang yang menempuh jalan kerohanian) dengan cara ini. Ilmu yang engkau miliki lebih luas</span><br /><span class="fullpost">daripada ilmu mereka. Apakah hanya ini jumlah pengikutmu? Sudah sepatutnya semua penduduk bumi ini menjadi pengikutmu, karena ilmumu menyamai ilmu para nabi.”</span><br /><span class="fullpost">Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani menjawab, “Aku berlindung dengan Allah Yang Maha Mendengar, Yang Maha Mengetahui, daripada engkau. Bukanlah karena ilmuku aku terselamat, tetapi karena rahmat daripada Allah, Pengatur sekelian alam.”</span></span><br /><span style=""><br /></span><a style="font-weight: bold;" href="http://sabarsby.blogspot.com/2008/09/ahli-sufi-syeikh-muhammad-bahauddin.html"> </a><p class="MsoNormal"><b style=""><u><span style="font-size: 16pt;"><span style="color: rgb(51, 204, 255);">Syeikh Muhammad Bahauddin An Naqsabandi</span><o:p></o:p></span></u></b></p> Syeikh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi adalah seorang wali qutub yang masyhur hidup pada tahun 717-791 H di desa Qoshrul ‘Arifan, <st1:city st="on"><st1:place st="on">Bukhara</st1:place></st1:city>, Rusia. Beliau adalah pendiri Tariqah Naqsyabandiyah sebuah tariqah yang sangat terkenal dengan pengikut sampai jutaan jama’ah dan tersebar sampai ke <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> hingga saat ini.<br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />Syekh Muhammmad Baba as Samasiy adalah guru pertama kali dari Syekh Muhammad Bahauddin Ra. yang telah mengetahui sebelumnya tentang akan lahirnya seseorang yang akan menjadi orang besar, yang mulia dan agung baik disisi Allah Swt. maupun dihadapan sesama manusia di desa Qoshrul Arifan yang tidak lain adalah Syekh Bahauddin.<br /><br />Di dalam asuhan, didikan dan gemblengan dari Syekh Muhammad Baba inilah Syekh Muhammad Bahauddin mencapai keberhasilan di dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. sampai Syekh Muhammad Baba menganugerahinya sebuah “kopiah wasiat al Azizan” yang membuat cita-citanya untuk lebih dekat dan wusul kepada Allah Swt. semakin meningkat dan bertambah kuat. Hingga pada suatu saat, Syekh Muhammad Bahauddin Ra. melaksanakan sholat lail di Masjid. Dalam salah satu sujudnya hati beliau bergetar dengan getaran yang sangat menyejukkan sampai terasa hadir dihadapan Allah (tadhoru’). Saat itu beliau berdo’a, “Ya Allah berilah aku kekuatan untuk menerima bala’ dan cobaanya mahabbbah (cinta kepada Allah)”.<br />Setelah subuh, Syekh Muhammad Baba yang memang seorang waliyullah yang kasyaf (mengetahui yang ghoib dan yang akan terjadi) berkata kepada Syekh Bahauddin, “Sebaiknya kamu dalam berdo’a begini, “Ya Allah berilah aku apa saja yang Engkau ridloi”. Karena Allah tidak ridlo jika hamba-Nya terkena bala’ dan kalau memberi cobaan, maka juga memberi kekuatan dan memberikan kepahaman terhadap hikmahnya”. Sejak saat itu Syekh Bahauddin seringkali berdo’a sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Syekh Muhammad baba.<br /><br />Untuk lebih berhasil dalam pendekatan diri kepada Sang Kholiq, Syekh Bahauddin seringkali berkholwat menyepikan hatinya dari keramaian dan kesibukan dunia. Ketika beliau berkholwat dengan beberapa sahabatnya, waktu itu ada keinginan yang cukup kuat dalam diri Syekh Bahauddin untuk bercakap-cakap. Saat itulah secara tiba-tiba ada suara yang tertuju pada beliau, “He, sekarang kamu sudah waktunya untuk berpaling dari sesuatu selain Aku (Allah)”. Setelah mendengar suara tersebut, hati Syekh Bahauddin langsung bergetar dengan kencangnya, tubuhnya menggigil, perasaannya tidak menentu hingga beliau berjalan kesana kemari seperti orang bingung. Setelah merasa cukup tenang, Syekh Bahauddin menyiram tubuhnya lalu wudlu dan mengerjakan sholat sunah dua rokaat. Dalam sholat inilah beliau merasakan kekhusukan yang luar biasa, seolah-olah beliau berkomunikasi langsung dengan Allah Swt.<br /><br />Saat Syekh Bahauddin mengalami jadzab1 yang pertama kali beliau mendengar suara, “Mengapa kamu menjalankan thoriq yang seperti itu ? “Biar tercapai tujuanku’, jawab Syekh Muhammad Bahauddin. Terdengar lagi suara, “Jika demikian maka semua perintah-Ku harus dijalankan. Syekh Muhammad Bahauddin berkata “Ya Allah, aku akan melaksanakan semampuku dan ternyata sampai 15 hari lamanya beliau masih merasa keberatan. Terus terdengar lagi suara, “Ya sudah, sekarang apa yang ingin kamu tuju ? Syekh Bahauddin menjawab, “Aku ingin thoriqoh yang setiap orang bisa menjalankan dan bisa mudah wushul ilallah”.<br /><br />Hingga pada suatu malam saat berziarah di makam Syekh Muhammad Wasi’, beliau melihat lampunya kurang terang padahal minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang. Tak lama kemudian ada isyarat untuk pindah berziarah ke makam Syekh Ahmad al Ahfar Buli, tetapi disini lampunya juga seperti tadi. Terus Syekh Bahauddin diajak oleh dua orang ke makam Syekh Muzdakhin, disini lampunya juga sama seperti tadi, sampai tak terasa hati Syekh Bahauddin berkata, “Isyarat apakah ini ?”<br /><br />Kemudian Syekh Bahauddin, duduk menghadap kiblat sambil bertawajuh dan tanpa sadar beliau melihat pagar tembok terkuak secara perlahan-lahan, mulailah terlihat sebuah kursi yang cukup tinggi sedang diduduki oleh seseorang yang sangat berwibawa dimana wajahnya terpancar nur yang berkilau. Disamping kanan dan kirinya terdapat beberapa jamaah termasuk guru beliau yang telah wafat, Syekh Muhammad Baba.<br /><br />Salah satu dari mereka berkata, “Orang mulia ini adalah Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy dan yang lain adalah kholifahnya. Lalu ada yang menunjuk, ini Syekh Ahmad Shodiq, Syekh Auliya’ Kabir, ini Syekh Mahmud al Anjir dan ini Syekh Muhammad Baba yang ketika kamu hidup telah menjadi gurumu. Kemudian Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang dialami Syekh Muhammad Bahauddin, “Sesunguhnya lampu yang kamu lihat tadi merupakan perlambang bahwa keadaanmu itu sebetulnya terlihat kuat untuk menerima thoriqoh ini, akan tetapi masih membutuhkan dan harus menambah kesungguhan sehingga betul-betul siap. Untuk itu kamu harus betul-betul menjalankan 3 perkara :<br /><br />1. Istiqomah mengukuhkan syariat.<br />2. Beramar Ma’ruf Nahi mungkar.<br />3. Menetapi azimah (kesungguhan) dengan arti menjalankan agama dengan mantap tanpa memilih yang ringan-ringan apalagi yang bid’ah dan berpedoman pada perilaku Rasulullah Saw. dan para sahabat Ra.<br /><br />Kemudian untuk membuktikan kebenaran pertemuan kasyaf ini, besok pagi berangkatlah kamu untuk sowan ke Syekh Maulana Syamsudin al An-Yakutiy, di <st1:city st="on"><st1:place st="on">sana</st1:place></st1:city> nanti haturkanlah kejadian pertemuan ini. Kemudian besoknya lagi, berangkatlah lagi ke Sayyid Amir Kilal di desa Nasaf dan bawalah kopiah wasiat al Azizan dan letakkanlah dihadapan beliau dan kamu tidak perlu berkata apa-apa, nanti beliau sudah tahu sendiri”.<br /><br />Syekh Bahauddin setelah bertemu dengan Sayyid Amir Kilal segera meletakkan “kopiah wasiat al Azizan” pemberian dari gurunya. Saat melihat kopiah wasiat al Azizan, Sayyid Amir Kilal mengetahui bahwa orang yang ada didepannya adalah syekh Bahauddin yang telah diwasiatkan oleh Syekh Muhammad Baba sebelum wafat untuk meneruskan mendidiknya.<br /><br />Syekh Bahauddiin di didik pertama kali oleh Sayyid Amir Kilal dengan kholwat selama sepuluh hari, selanjutnya dzikir nafi itsbat dengan sirri. Setelah semua dijalankan dengan kesungguhan dan berhasil, kemudian beliau disuruh memantapkannnya lagi dengan tambahan pelajaran beberapa ilmu seperti, ilmu syariat, hadist-hadist dan akhlaqnya Rasulullah Saw. dan para sahabat. Setelah semua perintah dari Syekh Abdul Kholiq di dalam alam kasyaf itu benar–benar dijalankan dengan kesungguhan oleh Syekh Bahauddin mulai jelas itu adalah hal yang nyata dan semua sukses bahkan beliau mengalami kemajuan yang sangat pesat.<br /><br />Jadi toriqoh An Naqsyabandiy itu jalur ke atas dari Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy ke atasnya lagi dari Syekh Yusuf al Hamadaniy seorang Wali Qutub masyhur sebelum Syekh Abdul Qodir al Jailaniy. Syekh Yusuf al Hamadaniy ini kalau berkata mati kepada seseorang maka mati seketika, berkata hidup ya langsung hidup kembali, lalu naiknya lagi melalui Syekh Abu Yazid al Busthomi naik sampai sahabat Abu Bakar Shiddiq Ra. Adapun dzikir sirri itu asalnya dari Syekh Muhammad Abdul Kholiq al ghojdawaniy yang mengaji tafsir di hadapan Syekh Sodruddin. Pada saat sampai ayat, “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan cara tadhorru’ dan menyamarkan diri”…<br /><br />Lalu beliau berkata bagaimana haqiqatnya dzikir khofiy /dzikir sirri dan kaifiyahnya itu ? jawab sang guru : o, itu ilmu laduni dan insya Allah kamu akan diajari dzikir khofiy. Akhirnya yang memberi pelajaran langsung adalah nabi Khidhir as.<br /><br />Pada suatu hari Syekh Muhammad Bahauddin Ra. bersama salah seorang sahabat karib yang bernama Muhammad Zahid pergi ke <st1:city st="on"><st1:place st="on">Padang</st1:place></st1:city> pasir dengan membawa cangkul. Kemudian ada hal yang mengharuskannya untuk membuang cangkul tersebut. Lalu berbicara tentang ma’rifat sampai datang dalam pembicaraan tentang ubudiyah “Lha kalau sekarang pembicaraan kita sampai begini <st1:state st="on"><st1:place st="on">kan</st1:place></st1:state> berarti sudah sampai derajat yang kalau mengatakan kepada teman, matilah, maka akan mati seketika”. Lalu tanpa sengaja Syekh Muhammad Bahauddin berkata kepada Muhammad Zahid, “matilah kamu!, Seketika itu Muhammad Zahid mati dari pagi sampai waktu dhuhur.<br /><br />Melihat hal tersebut Syekh Muhammad Bahauddin Ra. menjadi kebingungan, apalagi melihat mayat temannya yang telah berubah terkena panasnya matahari. Tiba-tiba ada ilham “He, Muhammad, berkatalah ahyi (hiduplah kamu). Kemudian Syekh Muhammad Bahauddin Ra. berkata ahyi sebanyak 3 kali, saat itulah terlihat mayat Muhammad Zahid mulai bergerak sedikit demi sedikit hingga kembali seperti semula. Ini adalah pengalaman pertama kali Syekh Muhammad Bahauddin Ra. dan yang menunjukkan bahwa beliau adalah seorang Wali yang sangat mustajab do’anya.<br /><br />Syekh Tajuddin salah satu santri Syekh Muhammad Bahauddin Ra berkata, “Ketika aku disuruh guruku, dari Qoshrul ‘Arifan menuju <st1:city st="on"><st1:place st="on">Bukhara</st1:place></st1:city> yang jaraknya hanya satu pos aku jalankan dengan sangat cepat, karena aku berjalan sambil terbang di udara. Suatu ketika saat aku terbang ke <st1:city st="on"><st1:place st="on">Bukhara</st1:place></st1:city>, dalam perjalanan terbang tersebut aku bertemu dengan guruku. Semenjak itu kekuatanku untuk terbang di cabut oleh Syekh Muhammad Bahauddin Ra, dan seketika itu aku tidak bisa terbang sampai saat ini”.<br /><br />Berkata Afif ad Dikaroniy, “Pada suatu hari aku berziarah ke Syekh Muhammad Bahauddin Ra. Lalu ada orang yang menjelek-jelekkan beliau. Aku peringatkan, kamu jangan berkata jelek terhadap Syekh Muhammad Bahauddin Ra. dan jangan kurang tata kramanya kepada kekasih Allah. Dia tidak mau tunduk dengan peringatanku, lalu seketika itu ada serangga datang dan menyengat dia terus menerus. Dia meratap kesakitan lalu bertaubat, kemudian sembuh dengan seketika. Demikian kisah keramatnya Syekh Muhammad Bahauddin Ra. Rodiyallah ‘anhu wa a’aada a‘lainaa min barokaatihi wa anwaarihi wa asroorihii wa ‘uluumihii wa akhlaaqihi allahuma amiin.</p><span style=""><a href="http://sufiroad.blogspot.com/2008/11/nasehat-syeikh-bahauddin-naqsyabandy.html">Nasehat Syeikh Bahauddin an-Naqsyabandy</a><br /></span><span style="">1. Mengamalkan tareqat berarti berkekalan di dalam melaksanakan ‘ubudiyyah kepada Allah, secara zahir dan batin, dengan kesempurnaan komitmen (iltizam) mengikuti as-Sunnah, dan menjauhkan segala bid’ah dan segala kelonggaran (rukhsah), pada setiap gerak dan diam.<br />2. Jalan kita ialah dengan menuruti jejak langkah baginda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Aku telah dibawakan ke jalan ini melalui Pintu Kurnia, karena dari permulaan jalan hingga ke akhirnya, tiada yang aku lihat melainkan pengaruniaan-pengaruniaan dari Allah.<br />3. Di dalam tarekat ini, pintu-pintu kepada ilmu-ilmu langit akan dibukakan kepada as-Salikin yang teguh menuruti jejak langkah Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengikuti as-Asunnah adalah cara yang paling utama untuk membuka pintu-pintu ini.<br /><br /><span class="fullpost">4 Orang-orang ahli hikmah mempunyai tiga cara untuk mencapai Kebenaran (al-haqiqah), iaitu melalui muraqabah, musyahadah dan muhasabah.Muraqabah itu ialah tidak melihat makhluk karena seseorang itu senantiasa sibuk melihat Sang Pencipta makhluk. Maksud musyahadah ialah memandang kecemerlangan nur yang diterima di dalam hati. Dan maksud muhasabah ialah tidak mengizinkan segala ahwal yang telah diperoleh, menjadi batu penghalang bagi mencapai maqam-maqam yang lebih tinggi.</span><br /><span class="fullpost">5 Para ahlullah itu tidak pernah merasa kagum dengan amalan-amalan mereka. Mereka sentiasa beramal demi cinta kepadaNya.</span><br /><span class="fullpost">6 Siapa yang mengambil daripada tangan kami, dan menuruti jejak langkah kami, dan mencintai kami, apakah dia itu dekat ataupun jauh, berada di Timur atau di Barat, maka akan kami minumkan dia dari Sungai Kecintaan, dan akan kami berikan dia cahaya pada setiap hari.</span><br /><span class="fullpost">7 Jalan kita ialah melalui pergaulan yang baik. Mengutamakan diri bisa mengakibatkan seseorang itu menjadi masyhur dan ini ada bahaya. Kebaikan terletak di dalam bersahabat. Siapa yang mengikuti jalan ini akan memperolehi banyak manfaat dan barakah melalui pertemuan-pertemuan yang ikhlash dan yang benar.</span><br /><span class="fullpost">8 Siapa jua yang menziarahi kami tanpa memperolehi faedah yang mereka perlukan dibanding kami, sebenarnya, tiadalah mereka menziarahi kami. Mereka tidak akan merasa berpuas hati. Siapa yang mempunyai keinginan untuk berkata-kata dengan kami, kami tidak akan mendengar apa-apa. Dan siapa pula yang ingin mendengar daripada kami, kami tidak mempunyai apa-apa untuk diperdengarkan. Siapa yang menerima apa yang diberikan tanpa menganggapnya remeh, akan diberikan tambahan. Siapa pula yang tidak dapat menerima apa yang telah diberikan di sini, tidak akan berupaya menerima apa-apa pun, di mana-mana pun jua tempatnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Ingatkah engkau kepada kisah seorang manusia yang meminta dirham (duit perak), tetapi dia telah diberikan dinar (duit emas), karena tidak ada dirham untuk diberikan kepadanya? Dia telah berkata, “Apalah gunanya benda ini? Aku tidak boleh membelanjakannya. Ini bukan dirham!”.</span><br /><span class="fullpost">9 Dari satu segi, setiap Insan Kamil itu adalah sama. Ini berarti yang apabila si murid sudah benar-benar sealiran dengan usaha tarekat ini, dia boleh berkomuniksai dengan para masayaikh terdahulu, sebagaimana mereka sendiri sering berkomuniksai sesama sendiri, menempuh jarak masa dan tempat.</span><br /><span class="fullpost">10 Tugas-tugas dan amalan-amalan sebuah tarekat membentuk satu unit. Kebenaran, cara mengajar dan para murid, membentuk rupa satu tangan, yang tidak dapat dilihat oleh si jahil. Karena dia hanya melihat ketidaksamaan jari-jari, dia tidak dapat melihat kepada pergerakan padu dari tangan itu (yakni pergerakan tangan sebagai satu entitas, sebenarnya terjadi dari pergerakan bersaingan tetapi berpadu dari jari-jari tangan itu)..</span></span><br /><span style=""><a style="font-weight: bold;" href="http://sabarsby.blogspot.com/2008/09/ahli-sufi-syeikh-muhammad-bahauddin.html">Syeikh Abu Yazid Al Bustomi </a><br /><br /></span><span style="">Assalamu'alaikum,<br /><st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> seorang pemuda Arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan dia mampu mendalaminya. Selain belajar, dia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, dia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah s.w.t. memberinya hidayah masuk Islam.<br /></span><span style=""><br /></span><span style="">Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar dia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula dia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka.<br /><br />Ketika paderi masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu, si paderi agak terbeliak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang Muslim. Aku harap dia keluar dari sini."<br />Pemuda Arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Paderi tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun dia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga akhirnya paderi itu berkata, "Aku minta dia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya." Barulah pemuda ini beranjak keluar.<br /><br />Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang paderi, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang Muslim?"<br />Paderi itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu."<br />Kemudian dia beranjak hendak keluar. Namun, paderi ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda Muslim itupun menerima tentangan debat tersebut.<br />Paderi berkata, "Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat."<br /><br />Si pemuda tersenyum dan berkata, "Silakan!"<br />Sang paderi pun mulai bertanya, "Sebutkan satu yang tiada duanya, dua yang tiada tiganya, tiga yang tiada empatnya, empat yang tiada limanya, lima yang tiada enamnya, enam yang tiada tujuhnya, tujuh yang tiada delapannya, delapan yang tiada sembilannya, sembilan yang tiada sepuluhnya, sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh, sebelas yang tiada dua belasnya, dua belas yang tiada tiga belasnya, tiga belas yang tiada empat belasnya."<br /><br />"Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh! Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya? Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga? Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya? Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!"<br />"Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diazab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api? Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yang diazab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?"<br /><br />"Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar! Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"<br />Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan kepada Allah.<br />Setelah membaca Basmalah dia berkata,<br />-Satu yang tiada duanya ialah Allah s.w.t..<br />-Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah s.w.t. berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)."(Al-Isra': 12).<br />-Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.<br />-Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur'an.<br />-<st1:city st="on">Lima</st1:city> yang tiada enamnya ialah Solat <st1:place st="on"><st1:city st="on">lima</st1:city></st1:place> waktu.<br />-Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah s.w.t. menciptakan makhluk.<br />-Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah s.w.t. berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk: 3).<br />-Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah s.w.t. berfirman, "Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung 'Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).<br />-Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang.*<br />-Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah s.w.t. berfirman, "Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat." (Al-An'am: 160).<br />-Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf .<br />-Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).<br />-Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.<br />-Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Subuh. Allah s.w.t. ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing." (At-Takwir: 18).<br />-Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi <st1:place st="on"><st1:city st="on">Yunus</st1:city> <st1:state st="on">AS.</st1:state></st1:place><br />-Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, " tak ada cercaan terhadap kamu semua." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Yusuf:98)<br />-Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah s.w.t. berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).<br />-Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.<br />-Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diazab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah s.w.t. berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya': 69).<br />-Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diazab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ashabul Kahfi (penghuni gua).<br />-Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya wanita, sebagaimana firman Allah s.w.t.? "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).<br />-Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan Dua di siang hari.<br />Paderi dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda Muslim tersebut. Kemudian dia pun mula hendak pergi. Namun dia mengurungkan niatnya dan meminta kepada paderi agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh paderi.<br />Pemuda ini berkata, "Apakah kunci surga itu?" mendengar pertanyaan itu lidah paderi menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya pun berubah. Dia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak berhasil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun dia <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">cuba</st1:country-region></st1:place> mengelak.<br />Mereka berkata, "Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya dia jawab, sementara dia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!"<br />Paderi tersebut berkata, "Sesungguh aku tahu jawapannya, namun aku takut kalian marah."<br />Mereka menjawab, "Kami akan jamin keselamatan anda. "<br />Paderi pun berkata, "Jawapannya ialah: Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah."<br />Lantas paderi dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda Muslim yang bertakwa ( Abu Yazid Al-Bustomi).**<br /><br /></span> <h3><a href="http://sabarsby.blogspot.com/2008/09/ahli-sufi-imam-junaid-al-baghdadi.html"><span style=""> </span>Imam Junaid Al Baghdadi</a> </h3> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Junaid Al-Baghdadi adalah seorang ulama sufi dan wali Allah yang paling menonjol namanya di kalangan ahli-ahli sufi. Tahun kelahiran Imam Junaid tidak dapat dipastikan. Tidak banyak dapat ditemui tahun kelahiran beliau pada biografi lainnya. Beliau adalah orang yang terawal menyusun dan memperbahaskan tentang ilmu tasauf dengan ijtihadnya. Banyak kitab-kitab yang menerangkan tentang ilmu tasauf berdasarkan kepada ijtihad Imam Junaid Al-Baghdadi.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Imam Junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau memiliki sebuah gedung perniagaan di <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:city st="on"><st1:place st="on">Baghdad</st1:place></st1:city> yang ramai pelanggannya. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidaklah disibukkan dengan menguruskan perniagaannya sebagaimana sesetengah peniaga lain yang kaya raya di <st1:city st="on"><st1:place st="on">Baghdad</st1:place></st1:city>.<o:p><br /></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Waktu perniagaannya sering disingkatkan seketika kerana lebih mengutamakan pengajian anak-anak muridnya yang dahagakan ilmu pengetahuan. Apa yang mengkagumkan ialah Imam Junaid akan menutup kedainya setelah selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau balik ke rumah untuk beribadat seperti solat, membaca al-Quran dan berzikir.<o:p><br /></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Setiap malam beliau berada di masjid besar <st1:city st="on"><st1:place st="on">Baghdad</st1:place></st1:city> untuk menyampaikan kuliahnya. Ramai penduduk <st1:city st="on"><st1:place st="on">Baghdad</st1:place></st1:city> datang masjid untuk mendengar kuliahnya sehingga penuh sesak.<o:p><br /></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Imam Junaid hidup dalam keadaan zuhud. Beliau redha dan bersyukur kepada Allah SWT dengan segala nikmat yang dikurniakan kepadanya. Beliau tidak pernah berangan-angan untuk mencari kekayaan duniawi dari sumber pekerjaannya sebagai peniaga.<o:p><br /></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Beliau akan membahagi-bahagikan sebahagian dari keuntungan perniagaannya kepada golongan fakir miskin, peminta dan orang-orang tua yang lemah.<br />Bertasauf Ikut Sunnah Rasulullah saw<o:p></o:p><br />Imam Junaid seorang yang berpegang kuat kepada al-Quran dan as-Sunnah. Beliau sentiasa merujuk kepada al-Quran dan sunnah Rasulullah saw dalam setiap pengajiannya.<o:p></o:p><br />Beliau pernah berkata:<o:p></o:p><br />“Setiap jalan tertutup, kecuali bagi mereka yang sentiasa mengikuti perjalanan Rasulullah saw. Sesiapa yang tidak menghafal al-Quran, tidak menulis hadis-hadis, tidak boleh dijadikan ikutan dalam bidang tasauf ini.”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Memiliki Beberapa Kelebihan dan Karamah<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Imam Junaid mempunyai beberapa kelebihan dan karamah. Antaranya ialah berpengaruh kuat setiap kali menyampaikan kuliahnya. Kehadiran murid-muridnya di masjid, bukan saja terdiri daripada orang-orang biasa malah semua golongan meminatinya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Masjid-masjid sering dipenuhi oleh ahli-ahli falsafah, ahli kalam, ahli fekah, ahli politik dan sebagainya. Namun begitu, beliau tidak pernah angkuh dan bangga diri dengan kelebihan tersebut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Diuji Dengan Seorang Wanita Cantik<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Setiap insan yang ingin mencapai keredhaan Allah selalunya menerima ujian dan cabaran. Imam Junaid menerima ujian daripada beberapa orang musuhnya setelah pengaruhnya meluas. Mereka telah membuat fitnah untuk menjatuhkan imej Imam Junaid.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Musuh-musuhnya telah bekerja keras menghasut khalifah di masa itu agar membenci Imam Junaid. Namun usaha mereka untuk menjatuhkan kemasyhuran Imam Junaid tidak berhasil.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Musuh-musuhnya berusaha berbuat sesuatu yang boleh memalukan Imam Junaid. Pada suatu hari, mereka menyuruh seorang wanita cantik untuk memikat Imam Junaid. Wanita itu pun mendekati Imam Junaid yang sedang tekun beribadat. Ia mengajak Imam Junaid agar melakukan perbuatan terkutuk.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Namun wanita cantik itu hanya dikecewakan oleh Imam Junaid yang sedikitpun tidak mengangkat kepalanya. Imam Junaid meminta pertolongan dari Allah agar terhindar daripada godaan wanita itu. Beliau tidak suka ibadahnya diganggu oleh sesiapa. Beliau melepaskan satu hembusan nafasnya ke wajah wanita itu sambil membaca kalimah Lailahailallah. Dengan takdir Tuhan, wanita cantik itu rebah ke bumi dan mati.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Khalifah yang mendapat tahu kematian wanita itu telah memarahi Imam Junaid kerana menganggapnya sebagai suatu perbuatan jenayah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lalu khalifah memanggil Imam Junaid untuk memberikan penjelasan di atas perbuatannya. “Mengapa engkau telah membunuh wanita ini?” tanya khalifah.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Saya bukan pembunuhnya. Bagaimana pula dengan keadaan tuan yang diamanahkan sebagai pemimpin untuk melindungi kami, tetapi tuan berusaha untuk meruntuhkan amalan yang telah kami lakukan selama 40 tahun,” jawab Imam Junaid.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Wafatnya<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Akhirnya kekasih Allah itu telah menyahut panggilan Ilahi pada 297 Hijrah. Imam Junaid telah wafat di sisi As-Syibli, seorang daripada muridnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketika sahabat-sahabatnya hendak mengajar kalimat tauhid, tiba-tiba Imam Junaid membuka matanya dan berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melupakan kalimat itu sejak lidahku pandai berkata-kata.”</p>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-22354798464578521692008-11-26T10:34:00.003+07:002009-01-07T11:00:50.193+07:00Pecinta Gila<p><span style="font-size:10;"><br /><o:p></o:p></span></p>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-39162191320216125292008-11-10T11:14:00.013+07:002009-01-19T09:18:31.974+07:00Al Hikam<div class="entry"><div style="text-align: left;"><div class="entry"><div style="text-align: justify;"> </div><div class="snap_preview"><p style="text-align: left; font-weight: bold;"> </p><h2><a href="http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2008/12/02/syarah-hikam-bab-7-terbukanya-matahati-menuju-marifatullah/" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)"> </a></h2><h2 style="text-align: center;" align="center"><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)"><span style="text-decoration: none;">SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)</span></a><o:p></o:p></h2> <h2><o:p></o:p></h2> <p style="text-align: center;" align="center">TERBUKANYA MATAHATI MENUJU MA’RIFATULLAH<o:p></o:p></p> <h3 style="text-align: center;" align="center"><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اِذَا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >فَتَحَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >لَكَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >وِجْهَةً</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مِنَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >التَّعَرُّفِ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >فَلَا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >تُبَلِ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مَعَهَا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اِنْ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >قَلَّ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >عَمَلُكَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >فَاِنَّهُ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مَا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >فَتَحَهَا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >لَكَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اِلَّا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >وَهُوَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >يُرِيْدُ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اَنْ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >يَتَعَرَّفَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اِلَيْكَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اَلَمْ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >تَعْلَمْ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اَنَّ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >التَّعَرُّفَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >هُوَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مُوْرِدُهُ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >عَلَيْكَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >وَالأَعْمَالُ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اَنْتَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مُهْدِيْهَا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اِلَيْهِ</span><span style="font-weight: normal;"> , </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >وَاَيْنَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مَا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >تُهْدِيْهِ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >اِلَيْهِ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مِمَّا</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >هُوَ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >مُوْرِدُهُ</span><span style="font-weight: normal;"> </span><span style="font-weight: normal;font-family:Tahoma;" >عَلَيْكَ</span><span style="font-weight: normal;"> .<o:p></o:p></span></h3> <p><o:p> </o:p></p> <p style="text-align: center;" align="center">Apabila Allah berkehendak membukakan wijhah hatimu untuk menerima ma’rifat, maka tidak peduli lagi walau amalmu sedikit. Karena bila Allah membuka hatimu semata-mata karena berkehendak memperkenalkan diri-Nya kepadamu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya ma’rifat itu didatangkan untukmu dan amalmu adalah persembahan untuk-Nya, mana yang lebih tinggi nilainya bagimu, apa yang datang darimu atau apa yang didatangkan kepadamu?.<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg89jNUE6LAmsbKhJooZQB7g_YiHYjLEq1UCRAjvUJI8LPrBJKa2HhEK4PPh521B9FlVQOZbrhvtS-4G-Ph-E8jZaxyqS2n5OBizqeOCXp2PdXXYZR7cqgomeEo5hF04NsIe5QOd6YbaYrj/s1600-h/hikam-7.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg89jNUE6LAmsbKhJooZQB7g_YiHYjLEq1UCRAjvUJI8LPrBJKa2HhEK4PPh521B9FlVQOZbrhvtS-4G-Ph-E8jZaxyqS2n5OBizqeOCXp2PdXXYZR7cqgomeEo5hF04NsIe5QOd6YbaYrj/s320/hikam-7.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5275091958820118866" border="0" /></a><o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;"><a href="http://ponpesalfithrahgp.files.wordpress.com/2008/12/hikam-7.jpg"><span style="text-decoration: none;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" alt="Hikam " href="http://ponpesalfithrahgp.files.wordpress.com/2008/12/hikam-7.jpg" style="'width:194.25pt;height:145.5pt'" button="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ENGINER\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.jpg" href="http://ponpesalfithrahgp.files.wordpress.com/2008/12/hikam-7.jpg?w=259&h=194"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--></span></a><br />Wijhah merupakan anugerah Allah s.w.t kepada seorang hamba yang letaknya di dalam hati sanubari. Meski didatangkan sebagai buah ibadah, namun datangnya wijjah tersebut semata-mata kehendak azaliah bukan karena ibadah yang dilakukan itu. Dengan wijhah, seorang hamba dapat melaksanakan tawajjuh (menghadap dan wushul) kepada Allah s.w.t. dengan benar. Yang dimaksud tawajjuh sebagaimana yang dinyatakan Allah s.w.t dalam firman-Nya berikut ini:<o:p></o:p></p> <p style="text-align: right;" align="right"><span style="font-family:Tahoma;">إِنِّي</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَجَّهْتُ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَجْهِيَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">لِلَّذِي</span> <span style="font-family:Tahoma;">فَطَرَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">السَّمَوَاتِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَالْأَرْضَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">حَنِيفًا</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَمَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">أَنَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">مِنَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">الْمُشْرِكِينَ</span><o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;"><em>“Sesungguhnya aku menghadapkan hadapanku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan tidak menoleh kepada yang selain-Nya (hanifa) dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan Tuhan”. (QS. al-An’am; 6/79)</em><o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Dengan wijhah itu pula seorang hamba mendapatkan kemuliaan dan kedekatan di sisi Tuhannya: “Seorang terkemuka (mempunyai wijhah) di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran; 45) Namun hal tersebut bisa terjadi manakala pintu wijhah itu sudah dibuka (di dalam hati), atau seorang hamba telah mendapatkan futuh dari Tuhannya, dengan itu maka dia akan berma’rifat dengan-Nya.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Ma’rifat artinya mengenal dan yang dimaksud adalah mengenal Allah s.w.t (ma’rifatullah). Orang yang ma’rifatullah adalah orang yang kenal kepada Allah s.w.t. Kenal kepada nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, kekuasaan dan pengaturan-Nya, akhlak dan perbuatan-Nya. Kenal, baik secara rasional (teori ilmiah) maupun secara spiritual (perasaan dalam hati). Namun yang dimaksud ma’rifatullah adalah kenal secara spiritual.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Seorang hamba yang ma’rifat adalah seorang hamba yang bertakwa kepada Tuhannya. Seorang hamba yang ma’rifat adalah seorang hamba sanggup berbuat benar (shiddiq) dan tidak salah di hadapan Tuhannya. Yang demikian itu, karena ia tahu apa yang dikehendaki Allah s.w.t untuk dirinya.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Semakin seorang hamba berma’rifat kepada Allah s.w.t, maka ia akan menjadi semakin mencintai-Nya karena ia semakin mengetahui dan semakin merasakan, bahwa Allah s.w.t sudah berbuat kebaikan yang sangat banyak kepada dirinya: “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. (QS. Al- Qoshosh; 77)<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Semakin seorang hamba mencintai Tuhannya, semakin itu pula ia mampu melaksanakan pengabdian yang hakiki. Sebab, hanya kepada yang dicintai, seseorang akan mampu melaksanakan pengabdian yang benar. Demikian juga, semakin seorang hamba mampu melaksanakan pengabdian yang hakiki kapada Tuhannya berarti derajatnya di sisi Allah s.w.t akan menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu, orang yang paling berma’rifat dan paling bertakwa dan paling mulia di sisi Allah s.w.t adalah Rasulullah s.a.w. Hal itu karena Beliau paling mencintai dan paling dicintai oleh Allah s.w.t.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Untuk mencapai ma’rifatullah. Secara teori, seorang hamba akan diperjalankan oleh tarbiyah Allah s.w.t dengan dua cara:<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">1. Kehendak yang datangnya dari atas ke bawah. Artinya, semata-mata wijhah yang ada di dalam hati—yang asalnya tertutup—dibuka oleh Allah s.w.t. Hijab-hijab matahati dihapuskan. Penutup pintu rahasia dibukakan. Seperti orang menyalakan lampu, maka yang asalnya gelap menjadi terang, yang asalnya tidak kenal kemudian menjadi kenal. Bagaikan mendung ketika sirna, matahari kemudian berada di atas kepala. Hal itu karena Allah s.w.t memang berkehendak mengenalkan diri kepada hamba-Nya, tidak dengan sebab yang lain, tidak dengan sebab amal ibadah yang sudah dikerjakan. Yakni, seorang hamba menjadi mengenal kepada-Nya semata-mata karena Allah s.w.t adalah Dzat Yang Maujud:<o:p></o:p></p> <p style="text-align: right;" align="right"><span style="font-family:Tahoma;">قُلِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">اللَّهُ</span> <span style="font-family:Tahoma;">ثُمَّ</span> <span style="font-family:Tahoma;">ذَرْهُمْ</span> <span style="font-family:Tahoma;">فِي</span> <span style="font-family:Tahoma;">خَوْضِهِمْ</span> <span style="font-family:Tahoma;">يَلْعَبُونَ</span><o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;"><em>“Katakanlah : “Allah-lah” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS. al-An’am; 6/91).</em><o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">2. Kehendak dari bawah kemudian ke atas. Artinya terlebih dahulu seorang hamba dikenalkan kepada makhluk-makhluk-Nya baru kemudian dikenalkan kepada Al-Khalik (penciptanya), Sebagaimana firman Allah s.w.t:<o:p></o:p></p> <p style="text-align: right;" align="right"><span style="font-family:Tahoma;">إِنَّ</span> <span style="font-family:Tahoma;">فِي</span> <span style="font-family:Tahoma;">خَلْقِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">السَّمَوَاتِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَالْأَرْضِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَاخْتِلَافِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">اللَّيْلِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَالنَّهَارِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَالْفُلْكِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">الَّتِي</span> <span style="font-family:Tahoma;">تَجْرِي</span> <span style="font-family:Tahoma;">فِي</span> <span style="font-family:Tahoma;">الْبَحْرِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">بِمَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">يَنْفَعُ</span> <span style="font-family:Tahoma;">النَّاسَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَمَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">أَنْزَلَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">اللَّهُ</span> <span style="font-family:Tahoma;">مِنَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">السَّمَاءِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">مِنْ</span> <span style="font-family:Tahoma;">مَاءٍ</span> <span style="font-family:Tahoma;">فَأَحْيَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">بِهِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">الْأَرْضَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">بَعْدَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">مَوْتِهَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَبَثَّ</span> <span style="font-family:Tahoma;">فِيهَا</span> <span style="font-family:Tahoma;">مِنْ</span> <span style="font-family:Tahoma;">كُلِّ</span> <span style="font-family:Tahoma;">دَابَّةٍ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَتَصْرِيفِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">الرِّيَاحِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَالسَّحَابِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">الْمُسَخَّرِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">بَيْنَ</span> <span style="font-family:Tahoma;">السَّمَاءِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">وَالْأَرْضِ</span> <span style="font-family:Tahoma;">لَآيَاتٍ</span> <span style="font-family:Tahoma;">لِقَوْمٍ</span> <span style="font-family:Tahoma;">يَعْقِلُونَ</span><o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;"><em>“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS. 2; 164)</em><o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Pengenalan seorang hamba kepada Sang Pencipta langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar serta kemanfaatan-kemanfaatan yang dapat dimanfaatkan bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Allah s.w.t hidupkan bumi sesudah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Perhatian dan penelitian seorang hamba terhadap semua itu menghasilkan suatu kesimpulan bahwa betapa Allah s.w.t telah banyak berbuat baik kepada umat manusia dan betapa sangat banyak manusia yang tidak mengetahui dan tidak menyadarinya dan bahkan kafir kepada-Nya. Pemahaman tersebut kemudian menjadikan tumbuhnya rasa kecintaan yang mendalam kepada-Nya. Hasilnya, mendorong dirinya untuk bertaubat dengan taubatan nasuha dan meningkatkan diri dalam melaksanakan pengabdian kepada Allah s.w.t.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Ma’rifat yang pertama adalah ma’rifat yang langsung memancar dari hati dan ruh (spiritual) yang kemudian dipancarkan lagi di dalam akal dan fikir (rasional ilmiah) yang selanjutnya dapat teraktualisasikan melalui akhlak dan perbuatan. Itu bisa terjadi karena seorang hamba memang telah terlebih dahulu dicintai Allah kemudian ia mencintainya. Ma’rifat yang pertama ini lebih kuat daripada ma’rifat yang kedua karena ia lebih hakiki adanya dan karena sesungguhnya letak ma’rifat itu adalah di dalam hati.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Ma’rifat yang kedua adalah ma’rifat hati (spiritual) juga, akan tetapi masuknya terlebih dahulu melalui akal dan fikir (rasional). Yakni pengenalan seorang hamba kepada kejadian-kejadian yang ada di bumi dan di langit menjadikannya mengenal kepada Sang Pencipta. Seperti orang yang mengenal buah karya tulis, ketika semakin dalam pengenalannya akhirnya ia ingin mengenal penulisnya.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Walau jalan masuknya ma’rifat yang kedua ini melalui rasional, akan tetapi ketika masuk ke dalam spiritual (hati), masuknya ma’rifat itu semata kehendak Allah. Hanya saja kehendak itu telah didahului oleh kehendak-kehendak yang sebelumnya—sebagai sebab-sebab yang tersusun tertib untuk mendapatkan akibat yang baik,—yaitu pahala dari amal ibadah yang sudah dilakukan.<o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify;">Bukan karena semata-mata amal ibadah yang dapat menjadikan seorang hamba berma’rifat kepada Allah s.w.t, akan tetapi sesungguhnya amal ibadah tersebut terlebih dahulu dijadikan sebab-sebab untuk bisa terpenuhi suatu proses pematangan ilmu pengetahuan secara rasional. Yakni supaya sampai kepada suatu akibat yang baik, yaitu pendewasaan ilmu dan akhlak secara spiritual.<o:p></o:p></p> <span style="">Amal ibadah adalah persembahan seorang hamba kepada Tuhannya sedangkan ma’rifat adalah pemberian Allah kepada hamba-Nya, manakah yang lebih tinggi nilainya? Oleh karena itu, apabila Allah s.w.t berkehendak membukakan pintu wijhah hati seorang hamba untuk menerima Nur Ma’rifat, tidak peduli walau hamba-Nya itu sedang lemah dan sedikit amal ibadahnya.</span><h2><a href="http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2008/12/02/syarah-hikam-bab-7-terbukanya-matahati-menuju-marifatullah/" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">SYARAH HIKAM BAB 6<br /></a></h2><h2><a href="http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2008/12/02/syarah-hikam-bab-7-terbukanya-matahati-menuju-marifatullah/" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)"></a><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html">Jangan Putus Asa Kepada Allah</a><br /></h2> <h3 style="text-align: center;">لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ اَمَدِ العَطَاءِ مَعَ الاِلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لك الاِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَفِى الوَقْتِ الَّذِى يُرِدُ لَا فِى الوَقْتِ الَّذِى تُرِيْدُ</h3> <p style="text-align: center;">“Tertundanya pemberian setelah do’a itu dipanjatkan dengan berulang-ulang, hal itu jangan menimbulkan putus asamu kepada Allah. Sebab, Allah telah menjamin diterimanya do’a, akan tetapi mengikuti pilihan Allah untukmu bukan mengikuti pilihanmu untuk dirimu dan di dalam waktu yang dikehendaki Allah bukan di dalam waktu yang engkau kehendaki”.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p><a href="http://ponpesalfithrahgp.files.wordpress.com/2008/11/jng-putus-asa.jpg"><img class="size-medium wp-image-1028 alignnone" title="jng-putus-asa" src="http://ponpesalfithrahgp.files.wordpress.com/2008/11/jng-putus-asa.jpg?w=259&h=259" alt="Jangan Putus Asa" height="259" width="259" /></a></p> <p style="text-align: justify;">Berdo’a adalah salah satu kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya. Allah s.w.t berjanji akan mengabulkan do’a-do’a tersebut sebagaimana firmanNya:</p> <h3 style="text-align: center;">وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ</h3> <p style="text-align: center;">“Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombong-kan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. al Mu’min(40)60)</p> <p style="text-align: justify;">Ketika seorang hamba berdo’a kepada Allah s.w.t dengan sungguh-sungguh, terlebih lagi do’a itu dilaksanakan dengan istiqamah (terus-menerus), maka do’a tersebut akan dikabulkan. Demikian itu karena Allah s.w.t sudah berjanji, maka sedikitpun Allah s.w.t tidak akan mengingkari janji-janji-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">Namun demikian, do’a-do’a yang dipanjatkan itu harus memenuhi syarat sebagai do’a yang dikabulkan. Rasulullah s.a.w telah menegaskan dengan sabdanya: <strong><em>“Setiap do’a yang dipanjatkan oleh seorang hamba kepada Allah s.w.t asal tidak tercampur dengan dosa dan memutuskan tali silaturrahmi, do’a itu akan dikabulkan dalam tiga pilihan:(1) Diturunkan seketika di dunia dalam bentuk pemberian sesuai dengan permintaan; (2) Dijadikan simpanan di akhirat sebagai kafarat dari dosa-dosanya; (3) Digantikan sebagai ganti musibah yang tidak jadi diturunkan demi keselamatannya.” (atau yang searti dengannya).</em></strong>( Disampaikan oleh Hadrotusy Syekh Romo KH. Ahmad Asrory Al Ishaqy r.a dalam pengajian rutin minggu 2 di Ponpes Assalafi Al Fithrah Kedinding Surabaya)</p> <p style="text-align: justify;">Oleh karena itu, setelah do’a-do’a tersebut dipanjatkan, hendaknya seorang hamba yakin bahwa do’a-do’anya akan dikabulkan, walau ijabah itu dalam tiga pilihan yang masih dirahasiakan tersebut. Hanya Allah s.w.t yang Memilih, Menghendaki dan Mengetahuinya. Allah s.w.t berfirman: <strong><em>“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. al-Baqoroh; 2/186)</em></strong></p> <p>Asy-Syekh Ibnu Athaillah r.a meneruskan:</p> <h3 style="text-align: center;">لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِى الوَعْدِ عَدَمَ وُقُوْعِ المَوْعُوْدِ وَاِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ لِئَلّاَ يَكُوْنَ ذَلِكَ قَدْحًا فِى بَصِيْرَتِكَ وَاِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ</h3> <p style="text-align: center;">“Jangan sekali-kali meragukan janji Allah karena belum terpenuhinya janji itu walau batas pelaksanaannya sudah sangat dekat, supaya yang demikian itu tidak menjadikan redupnya sinar mata hatimu dan memadamkan cahaya rahasia batinmu”.</p> <p style="text-align: justify;">Allah s.w.t Lebih Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya, baik urusan dunia, agama maupun akhirat. Terlebih urusan rizki, karena dengan urusan rizki-rizki itu manusia bisa menjadi selamat atau tidak. Allah s.w.t tidak mengingkari janji-Nya bahwa setiap hamba-Nya yang berdo’a dengan benar pasti akan dikabulkan-Nya. Janji Allah tersebut ditegaskan dengan firman-Nya:</p> <h3 style="text-align: center;">وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ</h3> <p style="text-align: center;">“(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”. (QS.ar Rum(30)6)</p> <p style="text-align: justify;">Namun demikian, bagi hamba-hamba yang beriman—berkat kasih sayang-Nya yang dalam kepada mereka—apa saja yang diberikan kepadanya haruslah yang menjadikan mereka lebih baik. Dalam hal ini Allah s.w.t adalah yang lebih mengetahuinya. Allah s.w.t menegaskan dengan firman-Nya : <strong><em>“Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”. (QS. 42; 27)</em></strong></p> <p style="text-align: justify;">Oleh karena itu, jika ada janji Allah s.w.t yang seakan-akan belum terpenuhi, padahal menurut pengetahuan dan perasaan seorang hamba yang sedang terdesak, seharusnya saat terpenuhinya janji itu sudah sangat mendesak, bahkan sudah tidak ada waktu lagi untuk tertunda. Dalam hal yang demikian itu, janganlah menjadikan hati seorang hamba ragu-ragu kepada Allah s.w.t.</p> <h4><strong>Siap Menerima Kenyataan</strong></h4> <p style="text-align: justify;">Bagaimanapun keadaan yang akan dan sedang terjadi, hati seorang hamba yang beriman hendaknya tetap yakin serta siap menghadapi, bahwa apa saja yang dikehendaki Allah s.w.t pastilah yang terbaik untuk dirinya. Yang demikian itu, supaya matahati dan cahaya rahasia batin tidak menjadi redup dan padam. Sebab, ketika ujian-ujian hidup itu sudah cukup menurut pandangan Allah, dan ketika seorang hamba telah melewatinya dengan nilai yang baik, maka problematika kehidupan dan bahkan konflik-konflik horizontal yang telah berlalu, sesungguhnya itu merupakan proses masuknya ilmu pengetahuan dalam hati yang tinggi nilainya. Itulah ilmu rasa, ilmu pengetahuan yang dapat mematangkan jiwa manusia. Ilmu pengetahuan yang mampu menebalkan keyakinan, membakar lapisan kabut hati sehingga menjadikan matahati seorang hamba semakin cemerlang dengan Nur Ma’rifat kepada Allah.</p> <p style="text-align: justify;">Hanya dengan cara seperti itulah Allah s.w.t memperjalankan kehidupan para hamba pilihan-Nya dan bahkan para nabi dan rasul-Nya. Mereka itu semua diperjalankan dalam realita kehidupan yang sesungguhnya. Mereka harus menghadapi kesulitan dan tantangan serta goncangan-goncangan hidup yang tidak ringan:</p> <h3 style="text-align: center;">أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ</h3> <p style="text-align: center;"> </p><p style="text-align: center;">“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. al Baqoroh; 214)</p> <p style="text-align: justify;">Ketika keadaan mereka itu benar-benar telah terdesak baru pertolongan-Nya diturunkan, karena sungguh sedikitpun Allah s.w.t tidak akan mengingkari janji-Nya. Untuk menyikapi hal tersebut, menyangka baik adalah kuncinya. Orang yang mampu berhusnudz dzan kepada Tuhannya berarti telah mencapai 90% keberhasilan hidupnya. (malfiali)</p> </div></div> </div><div class="snap_preview"><p style="text-align: left; font-weight: bold;"><span><br /></span></p><p style="text-align: left; font-weight: bold;"> </p><h2><a href="http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2008/12/02/syarah-hikam-bab-7-terbukanya-matahati-menuju-marifatullah/" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">SYARAH HIKAM BAB 5<br /></a><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">Antara Jaminan Dan Kewajiban</a><o:p></o:p></h2> <h3 style="text-align: center;">اِجْتِهَادُكَ فِيْمَا ضُمِنَ لَكَ وَتَقْصِيْرِكَ فِيْمَا طُلِبَ مِنْكَ دَلِيْلٌ عَلَى اِنْطِمَاسِ البَصِيْرَةِ مِنْكَ</h3> <p style="text-align: center;">“Kesungguhan dalam mengusahakan sesuatu yang sudah terjamin bagimu dan keteledoran dalam menjaga apa yang diwajibkan bagimu, menunjukkan tanda-tanda bahwa matahatimu dalam keadaan tertutup”.</p> <p style="text-align: justify;"> </p><p><a href="http://ponpesalfithrahgp.files.wordpress.com/2008/10/srh-hikam-fns1.jpg"><img class="size-medium wp-image-979 alignleft" title="srh-hikam-fns1" src="http://ponpesalfithrahgp.files.wordpress.com/2008/10/srh-hikam-fns1.jpg?w=210&h=210" alt="hikam" height="210" width="210" /></a></p> <p style="text-align: justify;">Seluruh makhluk baik di langit maupun di bumi diciptakan Allah Ta’ala untuk kepentingan manusia. Maksudnya, hikmah penciptaan mereka itu hanya untuk hidup manusia, bukan sebaliknya: <strong><em>“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.” (QS. al-Jatsiyah; 13)</em></strong></p> <p style="text-align: justify;">Merupakan rahmat Allah Ta’ala yang terbesar bagi manusia, malaikat dan jin diciptakan untuk manusia, bukan sebaliknya. Bukan Nabi Muhammad s.a.w diciptakan untuk melayani malaikat Jibril, tapi malaikat Jibril tercipta untuk melayani Nabi Muhammad s.a.w. Terlebih lagi makhluk yang ada di bumi, mereka semua tercipta hanya untuk kebutuhan hidup manusia. Di udara dengan aneka macam burung-burung dan di bumi dengan tumbuhan dan hewan, demikian juga di laut dengan ikan-ikannya. Semua itu ditebarkan dengan melimpah ruah hanya untuk kebutuhan hidup manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Adapun manusia hanya diciptakan untuk Allah s.w.t, hanya untuk mengabdi kepada-Nya, tidak boleh mengabdi kepada selain-Nya: <strong><em>“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat; 56) </em></strong>Artinya, dengan seluruh potensi alam tersebut, manusia harus dapat mempergunakannya untuk mengabdi kepada-Nya. Apabila ada pengabdian kepada selain-Nya, seperti kepada guru-guru, orang tua, istri dan anak serta kepada sesama manusia, pengabdian itu dijadikan wasilah guna melaksanakan pengabdian hakiki kepada Allah s.w.t</p> <p style="text-align: justify;">Secara umum rizki yang disediakan Allah bagi manusia tersebut ada tiga sifat:</p> <p style="text-align: justify;">1. Rizki yang dijamin. Rizki yang dijamin ini bukan hanya untuk manusia saja, bahkan untuk seluruh makhluk yang ada. Yaitu rizki-rizki yang sudah tersedia dan ditebarkan Allah Ta’ala di muka bumi, meski cara mendapatkannya harus dengan jalan usaha (ikhtiar). Allah menegaskan dengan firman-Nya:</p> <h3 style="text-align: center;">وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُوم</h3> <p style="text-align: center;">“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu”. (QS. Al Hijr/15; 21)</p> <p style="text-align: justify;">Betapapun kerasnya seseorang berusaha, seandainya rizki-rizki itu tidak tersedia sebelumnya, bisakah mereka mendapatkannya? Seperti orang menanam benih, seandainya tanah yang ditanam tidak tercipta dapat menumbuhkan tanaman, dapatkah mereka manuai hasilnya? Demikianlah sunnah yang sudah ditetapkan (sunnatullah). Dengan sunnah-Nya pula setiap makhluk mendapatkan rizki yang sudah ditetapkan baginya.</p> <p style="text-align: justify;">2. Rizki yang ditambahkan. Rizki ini bisa didapatkan ketika seorang hamba mampu bersyukur kepada Allah. Hal itu dinyatakan dalam firman-Nya; <strong><em>“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14; 7) </em></strong>Kalau manusia belum bisa bersyukur, padahal dia mendapatkan rizki yang melimpah, berarti didatangkan dari jenis “rizki yang dijamin”, bukan yang ditambahkan. Hanya saja ia mendapatkan bagian yang lebih besar daripada orang lain.</p> <p style="text-align: justify;">3. Rizki yang dijanjikan. Yaitu rizki yang didatangkan dari rahasia (buah) ibadah yang dijalani. Sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:</p> <h3 style="text-align: center;">مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون</h3> <p style="text-align: center;">“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS.an Nahl/ 16; 97)</p> <p style="text-align: justify;">Adapun kebutuhan hidup manusia juga terdapat tiga macam. Pertama untuk kecukupan hidup (primer). Kedua untuk kesempurnaan hidup (sekunder) dan ketiga untuk kesenangan hidup (tersier). Kebutuhan untuk kecukupan hidup, boleh jadi semua orang hidup sudah mendapatkan. Buktinya, bagaimanapun susahnya hidup seseorang, rata-rata mereka masih bisa makan minimal dua kali sehari. Sedangkan kebutuhan untuk hidup sempurna, oleh karena tingkat kesempurnaan hidup ada batasnya, maka yang demikian itu bisa direncanakan dan dibatasi. Berbeda bila yang dibutuhkan hidup adalah memperturutkan kesenangan, terlebih hanya berdasarkan kemauan hawa nafsu, kebutuhan inilah yang tidak terbatas, karena batasan senang hanyalah kematian.</p> <p style="text-align: justify;">Jika ketiga rizki tersebut dikaitkan dengan ketiga jenis kebutuhan hidup, maka cara mengusahakannya menjadi variatif. Jalan ikhtiar itu mengikuti jenis kebutuhan hidup tersebut. Saat itulah “iman dan tawakkal” seorang hamba diuji. Apabila dalam mengusahakan “rizki yang sudah dijamin” menjadikan sebab keteledorannya terhadap sesuatu yang diwajibkan, yakni beribadah dan mengabdi kepada Dzat yang memberikan rizki tersebut, berarti menunjukkan tanda-tanda matahatinya sedang tertutup.</p> <h3>Sarana Ibadah</h3> <p style="text-align: justify;">Seringkali orang mengatakan, bahwa rizki-rizki yang dimiliki sekedar untuk mencukupi kebutuhan ibadah. Kalau dalam mencari rizki itu memang benar-benar mencari sarana ibadah, maka usaha itu juga termasuk ibadah. Namun, seperti orang mengerjakan shalat, setiap ibadah pasti ada syarat dan rukunnya serta syah dan batalnya ibadah, maka dalam mengusahakan rizki itu manusia harus memilih jalan yang dibenarkan dan dihalalkan oleh Agama.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam kaitan tersebut, keadaan hati manusia dapat terbaca dari bagaimana cara mereka mensikapi harta benda yang sudah dimiliki. Kalau harta-harta itu ternyata memudahkan untuk melaksanakan ibadah dan ringan dibelanjakan di jalan Allah, berarti—usahanya dalam mendapatkan rizki tersebut— benar-benar ibadah. Apabila tidak, bahkan usahanya dalam mencari rizki-rizki tersebut ternyata justru mengalahkan kewajibannya dalam melaksanakan ibadah, maka boleh jadi yang terjadi adalah sebaliknya, justru ibadah yang dilakukan itulah, sesungguhnya hanya dipergunakan sebagai sarana untuk mendapatkan rizki dunia. Jika demikian, berarti matahati manusia itu dalam keadaan buta.</p> <p style="text-align: justify;">Oleh karena sebagian manusia hanya melihat dengan mata lahir saja sedangkan mata batinnya buta, maka yang tampak hanya kebutuhan hidup yang lahir bukan yang batin, kebutuhan nafsu syahwat bukan kebutuhan hati dan ruhani. Akibatnya, meski mereka telah melaksanakan amaliyah yang berkaitan dengan urusan yang batin, seperti berdzikir misalnya, namun tujuan akhirnya hanya untuk memenuhi kebutuhan yang lahir. Bahkan majlis dzikir itu hanya dijadikan sarana untuk kepentingan politik. Fenomena berbicara, belakangan ini banyak majlis dzikir didirikan tetapi tujuannya untuk kepentingan duniawi. Mereka mengumpulkan orang banyak dalam wadah ‘majlis dzikir’, tetapi tujuannya bukan untuk berdzikir kepada Allah melainkan supaya orang-orang yang dikumpulkan itu memilih dirinya menjadi pejabat atau wakil pejabat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian manusia terbukti banyak yang matahatinya buta. (malfiali)</p> </div></div><br /><h2><a href="http://ponpesalfithrahgp.wordpress.com/2008/12/02/syarah-hikam-bab-7-terbukanya-matahati-menuju-marifatullah/" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">SYARAH HIKAM BAB 4<br /></a><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">Ta'dir dan Cara Menyikapinya</a><o:p></o:p></h2> <span style="font-weight: bold;"></span>اَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيْرِ, فَمَا قَامَ بِهِ غَيْرُكَ عَنْكَ لَا تَقُمْ بِهِ لِنَفْسِكَ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Lenturkan hatimu untuk menerima apa yang sudah dalam pengaturan, apa saja yang sudah diatur oleh selainmu maka kamu jangan mengaturnya untuk dirimu</span>”.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5lXz1BTLTriGmqAisqNVZa3ryhyphenhyphenr3sbwgHGHdzS3F7-8RhaNagJXZNSbbQVMKPo490ANBLaRiFeFd61bBqp-hg8SQZd1-xMCdC227DtkRRoU2jRV5Njohu_KQiFwK02OjdoQ-9C4iTrxN/s1600-h/hikam-4.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 240px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5lXz1BTLTriGmqAisqNVZa3ryhyphenhyphenr3sbwgHGHdzS3F7-8RhaNagJXZNSbbQVMKPo490ANBLaRiFeFd61bBqp-hg8SQZd1-xMCdC227DtkRRoU2jRV5Njohu_KQiFwK02OjdoQ-9C4iTrxN/s320/hikam-4.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266886879832470578" border="0" /></a><br />Mengatur diri untuk menerima dan mengikuti segala yang diatur Allah bagi diri sendiri merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang hamba. Menentukan pilihan terhadap apa yang sudah dipilihkan Allah untuk diri pribadi merupakan keharusan untuk dapat melaksanakan pengabdian hakiki. Hal itu disebabkan, karena hanya Allah yang Maha Pencipta, maka hanya Allah yang terlebih dahulu mengatur segala kehidupan alam semesta. Allah s.w.t menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:<br />وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)</span>”. (QS. al-Qashash(28)68)<br /><br />Apabila ada pengaturan selain-Nya yang berjalan tidak sesuai dengan aturan Allah pasti akan sia-sia. Dan ketika masa tangguhnya telah terlewati, aturan itu pasti akan hancur berantakan tanpa ada bekasnya lagi.<br /><br />Seorang hamba wajib melaksanakan ibadah, namun juga merupakan kewajiban yang tidak kalah pentingnya adalah mengatur dan memilih jenis ibadah tersebut minimal mendekati ketetapan yang sudah ditentukan Allah s.w.t sejak zaman azali. Caranya, menghadapi realita baik senang maupun susah dengan hati yang pasrah. Melenturkan hasrat dan semangat, mengikuti apa yang sedang dihadapi, karena yang sudah terjadi pasti sesuai dengan kehendak Allah untuk dirinya, dengan asumsi bahwa Allah tidak pernah salah di dalam berbuat.<br /><span style="font-style: italic;"><br />Allah mencintai orang-orang yang beriman </span>(QS.al Baqoroh/257). Adakah orang yang mencintai akan memberi sesuatu yang tidak layak bagi orang yang dicintai? Oleh karenanya, seluruh ketetapan Allah pasti merupakan hal yang terbaik bagi orang beriman. Namun demikian, tinggal bagaimana kekuatan iman orang tersebut dalam menyikapi ketetapan Allah itu dengan hati selamat. Ketika seorang hamba menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya, menghadapi musibah dan fitnah misalnya. Sanggupkah hatinya tetap yakin bahwa hal tersebut merupakan ujian untuk meningkatkan keimanan dan kecintaannya kepada Allah. Jika tidak, berarti bukan Allah tidak mencintainya tetapi pertanda cintanya kepada Allah kurang sempurna.<br /><br />Allah s.w.t adalah Sang Pencipta dan Sang Pengatur Alam Semesta, sebagaimana firman-Nya:<br />إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلَّا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa`at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran</span>?.” (QS.Yunus( 10) 3)<br /><br />Hanya Allah yang mengatur segala kejadian baik di langit maupun di bumi. Merupakan bagian dari aturan-Nya itu, Allah juga mentarbiyah hati hamba-hamba-Nya yang beriman. Dengan tarbiyah itu supaya iman di hati mereka tumbuh berkembang menjadi yakin dan ma’rifatullah. Oleh sebab itu, terhadap hamba-hamba yang dicintai itu, apa saja yang ada dalam kehidupan mereka senantiasa dijadikan sebagai sarana dan media supaya Allah s.w.t dapat berkomunikasi dan menyampaikan segala kehendak-Nya:<br />كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan</span>”. (QS.al-Anbiya’(21)35)<br /><br />Keburukan dan kebaikan yang terjadi, semua itu bertujuan supaya seorang hamba senantiasa sadar bahwa ia harus kembali kepada Allah dalam keadaan baik sebagaimana asalnya. Kembali dalam keadaan sebagaimana fithrahnya. Untuk tujuan tersebut keburukan dan kebaikan dijadikan sebagai media fitnah atau ujian bagi hamba-hamba yang dicintai-Nya. Dalam menghadapi realita hidup tersebut, kekuatan iman adalah hal yang sangat menentukan supaya seorang hamba mampu menyikapinya dengan tepat.<br /><br />Kalau iman dalam hati sudah kuat maka jiwa akan menjadi mantab. Kalau hati sudah percaya bahwa keduanya hanyalah sekedar batu ujian untuk menjaga kekuatan iman, maka apapun yang sedang dihadapi sesungguhnya secara hakiki hanya menghadapi Allah s.w.t sebagai kehendak dan pilihan-Nya.<br /><br />Oleh karena itu, Allah s.w.t haruslah yang paling dicintai. Jika yang dicintai oleh seorang hamba hanya Allah, sedangkan yang selain-Nya sekedar sarana guna mengaktualisasikan kecintaan tersebut, maka baginya tidak ada pilihan dalam menghadapi realita, baik susah maupun senang pasti akan dirasakan sama-sama nikmat. Ketika menghadapi susah, hatinya malah menjadi senang, karena ia yakin bahwa di balik susah itu pasti ada senang. Namun sebaliknya, ketika sedang menghadapi senang, hatinya malah menjadi susah dan prihatin, karena ia tahu bahwa di balik senang itu pasti adalah susah menunggu giliran datang. Oleh karena itu, senang tersebut tidak dihabiskan sendiri, tetapi dibagi bersama orang-orang lain.<br /><br />Orang beriman tidak boleh mengikuti kemauannya sendiri ketika ia tahu bahwa Allah sudah memilihkan ketetapan untuk dirinya, apabila hal tersebut dilakukan berarti ia berbuat durhaka kepada Tuhannya. Allah s.w.t telah menegaskan dengan firman-Nya:<br />وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata</span>”. (QS.al-Ahzab(33)36)<br /><br />Sebagai seorang kholifah bumi, manusia harus mengatur diri sendiri supaya hidupnya menjadi baik, namun sebagai seorang hamba ia harus menerima segala aturan yang sudah ditetapkan Allah Ta’ala bagi dirinya. Padahal tidak banyak orang tahu, mana yang harus diatur dan mana yang sudah diatur oleh Allah untuk dirinya. Oleh karena itu, orang-orang beriman harus mampu mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya. Mengenal hak dan kewajibannya di hadapan Tuhannya, itulah yang dimaksud ma’rifatullah. Dengan pengenalan tersebut mereka menjadi tahu, mana yang harus di atur mana yang harus diterima.<br /><br />Apabila tidak demikian, apabila manusia hanya mengatur saja dan tidak mau menerima aturan Allah untuk dirinya, maka ketika aturannya tersebut ternyata tidak menghasilkan kenyataan sebagaimana yang diharapkan, seringkali mereka menjadi putus asa. Ketika aturan tersebut berkaitan dengan urusan secara horizontal, maka dari sinilah awal mula terbitnya penyakit hasud, iri dan dendam kepada sesama manusia. Terlebih ketika kemampuan hidupnya sudah menipis karena digerogoti usia yang semakin habis sedangkan kenyataan hidup belum menunjukkan tanda-tanda menuju harapan dan keinginan, maka dalam kondisi demikian manusia bahkan menjadi stress dan kehilangan diri. Penyakit-penyakit datang bertumpukan karena hidup berjalan tidak seimbang.<br /><br />Untuk menjadi kholifah bumi manusia harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan untuk menjadi seorang hamba yang berma’rifat manusia harus memperbanyak berdzikir kepada Allah. Jadi perpaduan antara dzikir dan pikir yang dibangun secara seimbang dalam kehidupan akan mampu menjadikan jiwa menjadi kuat dan tahan uji. Menjadi manusia sempurna baik lahir mapun batin, lahirnya penuh dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan batinnya penuh dengan hidayatullah. Itulah yang dimaksud dengan insan kamil. Allah Ta’ala memberikan sinyalemen dengan firman-Nya yang artinya:<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal - (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka</span>”.(QS.Ali Imran(3)190-191)<br /><span style="font-style: italic;">(malfiali)</span><br /><br /><h2><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">SYARAH HIKAM BAB 3<br /></a><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">Menyikapi Batas Kepastian Dan Takdir</a><o:p></o:p></h2><br />سَوَابِقُ الْهِمَمِ لَا تَخْرُقُ اَسْوَارَ اْلأقْدَارِ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Kemauan yang menggelora tidak akan mampu menembus tirai takdir</span>”.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFaj87WCTYg1QwkCVtNyzFKYn4pVW50FvIbk1duvVPqC6A4lPn0qmrREkG1k7V66W_fokX0Ep68nDe8zH88JqpVM0FJ82mVT8j2P7pyCE1z7heLMijkcHwHB3pxm8xVyAThkDkSwJHgw9O/s1600-h/al-fithrah-hikam-3.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 210px; height: 210px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFaj87WCTYg1QwkCVtNyzFKYn4pVW50FvIbk1duvVPqC6A4lPn0qmrREkG1k7V66W_fokX0Ep68nDe8zH88JqpVM0FJ82mVT8j2P7pyCE1z7heLMijkcHwHB3pxm8xVyAThkDkSwJHgw9O/s320/al-fithrah-hikam-3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266882305412191650" border="0" /></a><br /><br /><br />Seorang salik (pengembara di jalan Allah) dalam menggapai cinta dan cita. Mereka mengadakan pengembaraan ruhaniah dengan melaksanakan mujahadah dan riyadlah. Hal tersebut dilakukan bertujuan semata-mata untuk mengabdi serta melatih diri meningkatkan iman dan yakin, karena mereka melaksanakan perintah Kitab Suci yang dinyatakan dalam firman-Nya:<br /><br />وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik</span>”. (QS.al Ankabut(29)69)<br /><br />Sejak dahulu sampai sekarang, pengembaraan tersebut mereka lakukan dengan bersungguh-sungguh, dengan melupakan urusan lain dan bahkan mengorbankan kepentingan duniawi. Untuk sementara mereka meninggalkan hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Baik dengan sendiri-sendiri maupun dalam kelompok kecil, mereka melakukan perjalanan suci tersebut. Beri’tikaf dengan bersafari dari satu masjid kepada masjid yang lain, dan kadang juga dengan menyepi dan mengasingkan diri dari dunia ramai, tinggal di dalam gua-gua di tengah hutan bahkan bermukim dalam waktu-waktu tertentu di komplek-komplek makam para waliyullah.<br /><br />Namun demikian, betapapun kerasnya usaha tersebut, sesungguhnya mereka tidak akan mampu melewati batas yang sudah digariskan oleh takdir Allah s.w.t Demikian itu yang dimaksud oleh asy-Syekh Ibnu Atho’illah r.a, dalam konsepnya di atas: “Kemauan yang menggelora tidak akan mampu menembus tirai takdir”.<br /><br />Meskipun demikian, seorang hamba harus memulai dengan bekerja dan berusaha. Mereka harus menyingsingkan lengan baju, mencangkul dan membajak sawah. Memilih benih unggul, membaca pergantian musim dan mengalirkan air dari sumbernya. Ketika benih di tangan akan ditanam, hendaknya ditanam di tanah yang tepat dan cocok. Kalau tidak, betapapun telah dilakukan dengan memeras keringat darah sekalipun, jika benih tersebut ditanam di tanah yang tidak cocok, benih itu tidak akan dapat tumbuh dengan sempurna. Kalaupun bisa tumbuh, namun tidak akan berbuah dengan baik. Apabila hal tersebut terjadi, berarti pekerjaan itu sia-sia. Amaliyah menjadi seperti debu bertebaran dan kemudian akan hilang sama sekali.<br /><br />Dari setiap jenis tanah pasti mempunyai kekhususan. Di situ ada indikator yang dapat dibaca oleh matahati yang ‘arifin guna mengetahui rahasia garis takdir Allah terhadap seorang hamba. Namun tanah yang dimaksud bukan yang ada dipermukaan bumi, akan tetapi yang berada di dalam dada seorang hamba yang beriman. Allah s.w.t telah menetapkan sunnah-Nya, menciptakan garis-garis batas dan tanda-tanda—terhadap setiap jenis makhluk yang diciptakan-Nya: “<span style="font-style: italic;">Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal</span>”. (QS. Ali Imran; 190) Ketetapan tersebut tidak akan ada perubahan lagi untuk selamanya.<br /><br />Seorang petani yang baik seharusnya tidak hanya mampu mengenali jenis benih unggul saja, namun juga sifat tanah dan gejala pergantian musim serta jenis-jenis penyakit dan obat-obatan. Hal itu agar apa yang diusahakan minimal dapat mendekati kebenaran. Pekerjaan itu tidak melenceng dari suratan takdir yang tidak dapat ditembus oleh usaha manusia. Dalam kaitan pelaksanaan pengembaraan ruhaniyah ini, untuk menyikapi hal tersebut, mereka harus mampu menyatukan ‘dua kehendak yang berbada’ yang terbit dalam jiwa mereka sendiri.<br /><br />Menanam benih itu tidak hanya di hati orang lain saja, namun juga yang penting di hatinya sendiri. Dengan dzikir misalnya, ketika dzikir itu diniatkan untuk melaksanakan mujahadah kepada Allah, hal itu dilakukan untuk membangun sebab-sebab supaya mendapatkan akibat yang baik. Jika dengan amaliyah tersebut seorang hamba berharap dibukakan hatinya untuk menerima Nur Ma’rifatullah serta Rahasia-rahasia kebesaran-Nya, maka hendaklah orang tersebut ingat bahwa Allah s.w.t telah berfirman:<br /><br />وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu</span>”. (QS.ash Shaafat(37)96)<br /><br />Artinya; apapun yang sedang dikerjakan manusia, sesungguhnya—seperti juga dirinya—pekerjaan itu adalah ciptaan Allah. Oleh karena itu, sejak dzikir itu dilakukan, hendaknya diberangkatkan dengan pemahaman yang kuat, bahwa dzikir tersebut hanyalah sebuah pelaksanaan (taqdir) dari sebuah ketetapan (qadla) sejak zaman azali. Orang yang sedang berdzikir itu harus mampu meredam kemauan basyariyahnya dan mengembalikan kepada ketetapan takdir azaliah serta menjiwai lafat-lafat dzikir yang sedang dibaca dengan dasar keyakinan, bahwa seorang hamba hanya sebagai pelaksana yang sekarang sedangkan Allah yang Maha Kuasa adalah perencana pekerjaan itu sejak zaman azali.<br /><br />Dengan yang demikian itu, ketika irodah hadits dan irodah azali menyatu dalam satu semangat. Seorang hamba berdzikir dengan usahanya dan Sang Junjungan berdzikir dengan kekuasaan dan izin-Nya, maka dzikir yang asalnya lemah—karena dilaksanakan pada dimensi hadits—akan menjadi kuat karena dilaksanakan dalam kebersamaan dengan dimensi qadim. Selanjutnya terjadilah apa yang disebut dengan istilah “Tauhidul Fi’li” atau satu dalam perbuatan. Yang satu perbuatan seorang hamba secara majazi dan yang satunya perbuatan Sang Junjungan secara hakiki. Inilah yang disebut meditasi Islami. Melaksanakan konsep sebagaimana yang disampaikan dalam ungkapan Jawa: ‘mati sakjeroning orep supoyo biso orep sakjeroning pati’. Setelah orang mampu mencapai tahapan tersebut, segera dia harus meningkatkan dzikirnya pada tahapan berikutnya. Yakni dia hendaknya mengingat lagi, bahwa Allah pernah berfirman:<br /><br />وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali bila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam</span>”. (QS. at Takwir(81)29).<br /><br />Artinya: sesungguhnya apa yang dilakukan tersebut hanyalah terbit dari satu kehendak, yaitu kehendak Allah Yang Menciptakan Alam Semesta. Kehendak-Nya merupakan sebab pertama, kemudian dari kehendak itu timbul kehendak-kehendak lain yang tersusun tertip sesuai skenario azaliyah, sehingga seorang hamba berkehendak melaksanakan dzikir kepada Tuhannya sebagai akibat. Apabila dengan usaha tersebut kehendak yang hadits menyatu dengan kehendak yang qadim, maka sesungguhnya tidak ada lagi yang berkehendak kecuali hanya Allah Rabbul ‘Alamin.<br /><br />Apabila seorang salik mampu mencapai tahapan tersebut, dzikir haditsnya mencapai dzikir qodim, maka ia akan mencapai interaksi dua dzikir yang berbeda. Yang satu dzikir seorang hamba sebagai munajat dan satunya dzikir dari Tuhannya sebagai ijabah. Dengan demikian itu maka do’a dan munajat seorang hamba akan mendapat ijabah dari-Nya. Allah Ta’ala menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya :<br /><br />Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.(QS.al Baqoroh(2)152)<br /><span style="font-style: italic;">(malfiali)</span><br /><br /><h2><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">SYARAH HIKAM BAB 2<br /></a><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">Maqom Seorang Hamba Dalam Kehidupan Dunia</a><o:p></o:p></h2> ارَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ اِقَامَةِ اللهِ اِيَّكَ فِى الأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الخَفِيَّةِ , وَاِرَادَتُكَ الاَسْبَابَ مَعَ اِقَامَةِ اللهِ اِيَّكَ فِى التَّجْرِيْدِ اِنْحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ العَلِيَّةِ.<br /><br />“<span style="font-style: italic;">Kehendakmu menggapai maqom tajrid padahal Allah s.w.t mendudukkanmu di maqom asbab, hal itu merupakan kehendak syahwat yang halus. Dan kehendakmu menduduki maqom asbab padahal Allah s.w.t mendudukkanmu di maqom tajrid berarti engkau telah turun dari tingkat derajat yang tinggi</span>”.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqa4mM_EgpE9pJFR9KL1jvb9cF-NdNjijfcU0RqsxFXjYOY3KM_sDQHggTP5BUJwDbv5XzaCTUbWej3DplRwdw3IuenY56MM0pD1-UUHtl5nkCT8qR1Fw1fAo8-mck6RiyNEhl9-i9bzjO/s1600-h/al-fithrah-hikam-21.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 240px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqa4mM_EgpE9pJFR9KL1jvb9cF-NdNjijfcU0RqsxFXjYOY3KM_sDQHggTP5BUJwDbv5XzaCTUbWej3DplRwdw3IuenY56MM0pD1-UUHtl5nkCT8qR1Fw1fAo8-mck6RiyNEhl9-i9bzjO/s320/al-fithrah-hikam-21.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266880600686473154" border="0" /></a><br />Barangsiapa mengenal dirinya berarti mengenal Tuhannya. Begitulah bunyi sebuah ungkapan dari Hadits Nabi s.a.w. Oleh karena itu, manusia harus mengenal dirinya sendiri. Dalam kaitan mengenal diri sendiri ini, mengenal maqom hidup adalah bagian terpenting yang harus dilakukan manusia. Dengan mengenal maqom hidup, seorang hamba akan mampu mengisi segala aktifitas pengabdian hidupnya dengan benar, baik bagi diri sendiri, lingkungan maupun kepada Tuhannya. Apabila maqom hidup itu tidak dikenali, manusia akan mengalami kebingungan sehinga menjadi terjerumus dalam kerugian hidup yang fatal.<br /><br />Maqom hidup itu ada dua, pertama: maqom tajrid dan kedua maqom asbab. Yang dimaksud maqom tajrid adalah ‘kedudukan hidup’, di mana dengan kedudukan itu sumber rizki (kebutuhan hidup) manusia dimudahkan oleh Allah s.w.t. Sumber kebutuhan hidup itu didatangkan dengan tanpa dicari dan diikhtiari. Meskipun datangnya rizki itu melalui sebab-sebab, namun sebab-sebab itupun merupakan sesuatu yang didatangkan dengan mudah.<br /><br />Sebagai contoh kehidupan para ‘ulama suci lagi mulia. Setiap hari kegiatan mereka hanya mengurus santri dan murid-murid serta jama’ahnya, sehingga tidak kebagian waktu untuk memikirkan sumber rizki secara lahir. Namun ternyata kebutuhan hidup mereka mendapat kecukupan. Bahkan terkadang melebihi kecukupan hidup orang-orang yang setiap hari sibuk mencari nafkah. Dengan maqom tajrid itu, seorang hamba yang ‘arifin hanya membaca sebab-sebab yang didatangkan, kemudian ditindaklanjuti dengan amal (ikhtiar).<br /><br />Adapun maqom asbab, adalah suatu maqom dimana rizki seseorang tidak didatangkan kecuali melalui sebab-sebab yang diusahakan dan diikhtiari sendiri. Mereka tidak mendapatkan sumber kehidupan kecuali dari jalan ikhtiar yang dilakukan. Untuk itu mereka harus berikhtiar dan berusaha. Mencari dan menciptakan peluang supaya terbuka sebab-sebab baginya untuk mendapatkan rizki hidup. Setelah sebab-sebab itu terwujud, baru ditindaklanjuti dangan amal. Hal itu seperti merupakan keadaan yang dialami kebanyakan manusia.<br /><br />Apabila kedua maqom tersebut dikaitkan dengan “usaha dan tawakkal”, sebagaimana yang diperintahkan Allah s.w.t dalam firman-Nya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad (ber’azam), maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali Imran; 159). Maka orang yang duduk di maqom tajrid adalah orang yang bertawakkal terlebih dahulu baru berusaha.<br /><br />Maksudnya, dengan segala pengabdian hidup yang mereka jalani sebagai seorang tajrid, mereka juga harus mampu membaca keadaan. Ketika realita menunjukkan sebab-sebab untuk terbukanya sumber penghidupan, baru mereka ber-azam untuk menindaklanjutinya dengan ikhtiar.<br /><br />Berbeda dengan orang yang duduk di maqom asbab. Orang tersebut harus ber-azam dahulu untuk membangun suatu sumber kehidupan, baik dari memulai menciptakan sebab-sebab sampai menindaklanjuti sebab itu dengan usaha dan perjuangan. Setelah usaha hidup itu berjalan dengan baik, untuk hasilnya, baru kemudian mereka bertawakkal.<br /><br />Ibarat seorang permainan bola di lapangan, usaha hidup seorang tajrid adalah seperti orang yang menunggu bola datang. Setelah bola itu datang dan dikuasai, mereka kemudian harus memasukkannya ke gawang musuh. Sedangkan orang yang menerapkan maqom asbab, dari awal mereka harus mempunyai inisiatif penyerangan untuk menguasai bola, menggiring dan kemudian memasukkannya ke dalam gawang musuhnya. Jadi maqom tajrid ini bertawakkal dahulu baru berusaha sedangkan maqom asbab, berusaha dahulu baru bertawakkal.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Jangan Ingin Pindah Dari Satu Maqom Ke Maqom Lain</span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1GkUQ15t1YPzmYAkwwoueXI1UosnkhRHFCZTVv4V2ocToIRkONA3-rQCFnU2FIJiIlIyYoNGlVj-XyC7GVaXHGxHKJ8VRBVTsAW333YUie9AjBOqZLUDiU3sdPi_7SVsf1YjBqUcpAis0/s1600-h/al-fithrah-pendopo-copy.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 240px; height: 180px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1GkUQ15t1YPzmYAkwwoueXI1UosnkhRHFCZTVv4V2ocToIRkONA3-rQCFnU2FIJiIlIyYoNGlVj-XyC7GVaXHGxHKJ8VRBVTsAW333YUie9AjBOqZLUDiU3sdPi_7SVsf1YjBqUcpAis0/s320/al-fithrah-pendopo-copy.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266881082019197810" border="0" /></a><br /><br />Asy-Syekh Ibnu Ath-Tho’illah r.a berkata: “<span style="font-style: italic;">Kehendakmu untuk menggapai maqom tajrid padahal Allah mendudukkanmu di maqom asbab merupakan kehendak syahwat yang halus. Dan kehendakmu untuk menduduki maqom asbab padahal Allah mendudukkanmu di maqom tajrid berarti telah turun dari tingkat yang sangat tinggi</span>”.<br /><br />Maqom tajrid adalah maqom yang mulia, merupakan karunia besar yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Namun demikian, ketika pemiliknya masih hidup di dunia, keadaan tersebut, baik urusan ukhrawi maupun urusan duniawi, akan mengalami gejala sebagaimana sifat kehidupan dunia pada umumnya. Yakni terjadi pasang surut seperti pasang surutnya air laut.<br /><br />Ketika tajridnya sedang naik, maka rizki orang tajrid itupun ikut naik. Rizki mereka didatangkan bagaikan air laut yang sedang pasang. Sumbernya memancar terus-menerus seakan tidak bisa putus lagi. Namun ketika tajridnya sedang turun, mereka terkadang bahkan mengalami kekeringan yang amat sangat. Seperti musim kemarau panjang yang seakan tidak turun hujan lagi. Keadaan seperti ini bagi seorang tajrid merupakan bentuk ujian yang sangat berat. Betapa tidak, ketika dia harus menghadapi desakan kebutuhan realita yang tidak dapat dielakkan. Menghadapi tuntutan kebutuhan hidup sebagai seorang kepala rumah tangga. Mereka melihat kesulitan hidup yang dihadapi anak-anak dan istrinya, bahkan kadang-kadang dihadapkan pada masalah yang berat, anaknya sedang sakit keras misalnya. Padahal sedikitpun dia tidak dapat berusaha untuk membawanya ke rumah sakit karena tidak tersedianya sarana dan dana. Dalam keadaan seperti itu, seorang tajrid tetap harus menunggu sebab yang datang. Mereka tidak boleh mengusahakan datangnya sebab itu meski dihadapkan dengan kematian.<br /><br />Seandainya mereka masih menduduki maqom asbab, barangkali masih dapat berusaha, walau hanya untuk mendapatkan pinjaman dari makhluk misalnya. Akan tetapi di maqom tajrid hal tersebut tidak boleh dilakukan. Ketika sebab-sebab yang pertama tidak sedang berada di depan mata, datangnya sebab tersebut tidak boleh diharapkan dan diusahakan dari makhluk. Apabila hal itu dilakukan berarti akan menurunkan mereka pada derajat maqom asbab.<br /><br />Seorang maqom tajrid hanya dapat menunggu kepastian yang akan terjadi. Apapun keadaannya, yang demikian itu lebih baik baginya daripada harus menyandarkan harapan kepada makhluk. Hal itu sebagai konsekuensi maqom yang diduduki tersebut. Untuk itu, dalam keadaan yang bagaimanapun mereka harus mampu menentukan pilihan hidup, mana yang boleh diusahakan dan mana yang tidak.<br /><br />Seorang tajrid harus mampu meredam gejolak hatinya sendiri. Sedikitpun mereka tidak boleh menyandarkan harapan untuk mendapatkan pertolongan kepada sebab-sebab, akan tetapi hanya kepada yang menyebabkan sebab-sebab. Meskipun ketika Allah menurunkan pertolongan-Nya, tentunya pertolongan itu datang melalui sebab-sebab. Namun demikian, datangnya sebab-sebab itu bukan dari arah yang dikehendaki dan bukan pula dari usahanya sendiri. Menghadapi keadaan seperti itu, kadang-kadang hati mereka sempat menjadi goyang, bahkan hampir-hampir putus asa. (malfiali)<br /><br /><h2><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">SYARAH HIKAM BAB 1<br /></a><a href="http://alkhidmahpdpy.blogspot.com/2008/11/al-hikam.html" title="Permanent Link: SYARAH HIKAM BAB 7 (Terbukanya Matahati Menuju Ma’rifatullah)">Tanda-Tanda Lemahnya Yakin</a><o:p></o:p></h2> مِنْ عَلَامَاتِ الإعْتِمَادِ عَلى العَمَالِ نُقْصَانُ الرّجَاءِ عِنْدَ وُجُوْدِ الزََّللِ<br /><br />“TANDA-TANDA BERGANTUNG KEPADA AMAL, KURANG HARAPAN KETIKA AMAL SEDANG LEMAH”.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjINPzVI2uezmPyj5s0-f_4COx-c938HVmAVZes3NdwPcGKAwZl_u_3WzYY8xu1y97Poh7fyuiiYPYdQPBI_9CWuc_w3Xvh0Dxl-1SIUvhe0VzPLk2-iVZLUc_NZPQCJTcseDMv8wWMEol-/s1600-h/syarah-hikam+1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 240px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjINPzVI2uezmPyj5s0-f_4COx-c938HVmAVZes3NdwPcGKAwZl_u_3WzYY8xu1y97Poh7fyuiiYPYdQPBI_9CWuc_w3Xvh0Dxl-1SIUvhe0VzPLk2-iVZLUc_NZPQCJTcseDMv8wWMEol-/s320/syarah-hikam+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266879103920394834" border="0" /></a><br />Sebagai seorang hamba Allah s.w.t. manusia wajib mengabdi kepada-Nya, karena untuk itulah ia diciptakan. Pengabdian itu harus dijadikan sebagai landasan segala aktifitas dan perjuangan hidupnya di jalan-Nya. Supaya pengabdian itu bisa berjalan dengan baik, maka manusia harus melandasinya dengan dua sifat; Pertama sifat raja’ atau berharap dan kedua sifat khauf atau takut. Allah s.w.t. mengajarkan hal itu dalam firmanNya:<br />“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, - dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih”. (QS. Al-Hijr; 15/49-50)<br />Sifat raja’ diperlukan agar manusia tidak terjerumus dalam putus asa. Karena sebesar apapun dosa seorang hamba, sifat pengampunan Allah kepada yang dikehendaki-Nya lebih besar dan lebih luas tak terhingga.<br />Adapun dengan sifat khauf dimaksudkan agar seorang hamba tidak sembrono dan tidak mudah lepas kontrol. Sebab, sekecil apapun dosa yang sudah diperbuat, oleh karena tidak ada seorangpun yang pernah mengadakan perjanjian dengan Allah sehingga mendapatkan jaminan dimasukkan ke surga, maka tidak ada jaminan bagi seseorang untuk selamat dari dosa yang sudah diperbuatnya.<br /><br />Amal Batin Adalah Buah Amal Lahir<br />Amal ibadah lahir, baik shalat, puasa, zakat shadaqah, dzikir, fikir, mujahadah maupun riyadlah, apabila dilaksanakan dengan benar, semata-mata mengharapkan ridla Allah, amal tersebut akan membuahkan amal batin yakni ketakwaan di dalam hati dan keyakinan kepada Allah. Jika amaliah tersebut dapat dilaksanakan secara istiqamah, sehingga iman dan yakin semakin meningkat, hasilnya seorang hamba akan mendapatkan ma’rifatullah, yakni mengenal kepada Allah s.w.t.<br />Namun, apabila tumbuhnya kekuatan yakin atau ma’rifat itu selalu berbarengan dengan terbitnya amalan lahir, dan ketika amal lahirnya sedang lemah menjadikan keyakinan atau ma’rifatnya lemah, sehingga pengharapan kepada Allah menjadi lemah pula. Maka melemahnya pengharapan kepada Allah disaat lemahnya alam lahir, itu merupakan tanda bagi sesungguhnya seorang hamba belum bertawakkal kepada Allah. Mereka belum yakin dan percaya kepada Allah tapi yakin dan percaya kepada amal ibadahnya. Belum yakin kepada Sang Pemberi akan tetapi yakin kepada alat untuk mendapatkan anugrah pemberian. Akibatnya, ketika ia sedang jauh dari amaliah yang di jalani itu, ia kembali akan kehilangan kepercayaan diri lagi.<br />Amal ibadah lahir, meski berbentuk wirid-wirid khusus seperti amaliah thoriqoh, seyogyanya hanya dilakukan oleh seorang hamba sebagai bentuk aktualisasi kerinduannya kepada Allah s.w.t. Amaliyah itu dijadikan semata-mata sarana dzikir dan fikir untuk menyampaikan hasrat dan munajat yang tersimpan dalam hati. Hanya sebagai pemenuhan kebutuhan “komunikasi ruhani” antara seorang hamba yang rindu kepada Junjungannya. Sedangkan segala kepastian dan takdir serta kehendak-Nya—yang sedang dihadapi—apapun bentuknya, baik senang maupun susah, sesungguhnya itu merupakan bentuk jawaban dari ibadah lahir itu. Realita itu sejatinya adalah dzikir balik dari-Nya, atau arus balik dari dzikir yang sudah disampaikan kepada-Nya.<br />Hati seorang hamba harus selalu siap menghadapi kepastian takdir itu, dalam keadaan sedang jalan wiridnya maupun tidak. Mereka siap di dalam hati, bahwa selain yang keluar dari kehendaknya (irodah) sendiri, pasti itu adalah kehendak Tuhannya. Untuk itu, apapun bentuknya—yang terjadi di dalam realita dan dari siapapun datangnya—kalau kehendak Tuhan sudah datang di hadapannya, seorang hamba yang ber-ma’rifat akan sanggup menyongsong realita itu dengan hati yang selamat. Mereka berprasangka dangan prasangka yang baik (husnudh-dhon), walau sedang dihadapkan dengan kematian sekalipun. Tidak ada pilihan lagi selain hanya berusaha memilih “apa-apa” yang sudah dipilihkan Allah untuknya.<br />Memang benar, kalimat terakhir yang dapat menyelamatkan manusia dari neraka dan menghantarkannya masuk surga adalah kalimat “Lailaha illa Allah”. Sungguhpun demikian, ketika kalimat itu sudah tidak lagi mampu diucapkan dengan lisan—karena terhalang oleh penderitaan sakaratul maut yang menyakitkan—maka boleh diucapkan di dalam hati. Sebab, kalimat itu akan benar-benar dapat menyelamatkan manusia dari fitnah sakaratul maut, apabila kalimat itu mampu dipancarkan oleh hati yang sadar. Sedangkan yang dimaksud dengan hati yang sadar adalah hati yang selalu berdzikir kepada Allah I atau hati yang berma’rifat kepada Tuhannya. <span style="font-style: italic;">(malfiali)<br /><span style="color: rgb(51, 51, 255);"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"><span style="color: rgb(51, 51, 255);"><br /></span></span></span></span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-66049181861536185612008-11-04T10:53:00.007+07:002009-01-17T12:30:17.106+07:00Maulidulrosul Muhammad SAWVIDEO MAULID SIMTUDDUROR<br /><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dw2HYPNFUPmsLGzVhhY0vnLiPzYP1o295qmotz7yKyiNPQhkcQVKmj-n1XYWX35OMFpg_ZWEsmKUIjFBd0ogQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76475065/b0836b/assalamualai.html">Download Mp3 klik disini</a><br /><br /><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dx_YwtRUMGmt6hOupojgi0F8bvdd8M6T10Qs_pwXTgbCWFKDqigoPX5tydRax0Bg4XqF-rpWzRJU37tM68GRg' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76351465/ef1edf38/qosidah_yarobbilmustofa.html">Download Mp3 klik disini</a><br /><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76478762/69f1d890/mahallul_qiyam.html">Mahallul Qiyam</a><br /><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76482914/28a0b1dd/maulayasoliwasalimda_iman_abada.html">Maulayasoliwasalimda iman abada</a><br /><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76350501/757b1f5/TajulYaRobbi.html">TajulYaRobbi</a><br /><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76351465/ef1edf38/qosidah_yarobbilmustofa.html">Qosidah yarobbilmustofa</a><br /><br /><div style="width: 300px;"><object height="340" width="300"><param name="movie" value="http://media.imeem.com/pl/4N96SMUW-b/aus=false/"><param name="wmode" value="transparent"><embed src="http://media.imeem.com/pl/4N96SMUW-b/aus=false/" type="application/x-shockwave-flash" wmode="transparent" height="340" width="300"></embed></object><div style="padding: 1px; background-color: rgb(230, 230, 230);"><div style="padding: 4px 4px 0pt 0pt; float: left;"><a href="http://www.imeem.com/"><img src="http://www.imeem.com/embedsearch/E6E6E6/" border="0" /></a></div><form method="post" action="http://www.imeem.com/embedsearch/" style="margin: 0pt; padding: 0pt;"><input name="EmbedSearchBox" type="text"><input value="Search" style="font-size: 12px;" type="submit"><div style="padding-top: 3px;"><a href="http://ads.imeem.com/ads/banneradclick.ashx?ep=0&ek=4N96SMUW-b"><img src="http://ads.imeem.com/ads/bannerad/152/10/" border="0" /></a><a href="http://ads.imeem.com/ads/banneradclick.ashx?ep=1&ek=4N96SMUW-b"><img src="http://ads.imeem.com/ads/bannerad/153/10/" border="0" /></a><a href="http://ads.imeem.com/ads/banneradclick.ashx?ep=2&ek=4N96SMUW-b"><img src="http://ads.imeem.com/ads/bannerad/154/10/" border="0" /></a><a href="http://ads.imeem.com/ads/banneradclick.ashx?ep=3&ek=4N96SMUW-b"><img src="http://ads.imeem.com/ads/bannerad/155/10/4N96SMUW-b/" border="0" /></a></div></form></div></div><br /><a href="http://www.imeem.com/people/cOp34Sm/playlist/7fMFat5_/ouxs_music_playlist/">OUXS</a>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-62675660961269881012008-11-03T09:46:00.003+07:002009-01-29T13:43:04.600+07:00Manaqib Sultonul Auliya Syech Abdul Qodir Al JilaniVideo Manaqib Sultonul Auliya Syech Abdul Qodir Al Jilani<br /><br /><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwy9fwvEBCdFfHqDBGSi3l0-J8I45F1X5Ge_6ofGwe-XVwkdAdZPjeLLNFNrz7thGk_AC6er8AcMG-8mxgI2g' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76637231/6b6fa819/1_manaqib.html">Download Mp3 klik disini</a><br /><br /><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwIYO3qo4jOQ928WyXTqTLpWFy64-oz1IywE6PhHIYTtKUrsUHoTJ_2-MNnlQYVrLSkxb6s4zJaHc2hlQAd9g' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><p class="MsoNormal"><b style=""><a href="http://www.4shared.com/file/76637840/5ebe8b9e/2_manaqib.html">Download Mp3 klik disini</a></b></p> <iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dyyIco-aU5e0bD7dj1SNrMlmiUMd-k9R-S7_3gQDZUP-Gi4P5ipdKSBOCKVURlSa9K0VRv7VQ2rJMfI-lg9vw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><p class="MsoNormal"><b style=""><a href="http://www.4shared.com/file/76638358/1d48cd5a/3_manaqib.html">Download Mp3 klik disini</a><o:p></o:p></b></p> <iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dx0eKI1gIK_ncBtg93e3OxFi5Crslc31dZv6-weGJTdw1Rm7pTBD5KpfxxvdtAQfosFtXtiJbeQgr2wM4K5Mw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><p class="MsoNormal"><b style=""><a href="http://www.4shared.com/file/76639063/1b4d9e2d/4_manaqib.htm">Download Mp3 klik disini</a><o:p></o:p></b></p> <iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxw1rnBTpVyRUFU3M32rPDwfQNxyHBpg7kPJrV4tkpWGuXeX0bt0ujhEj5FEPwOnOTeH2dj4ppAZxf3TtClrQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><p class="MsoNormal"><b style=""><a href="http://www.4shared.com/file/76639756/45452fe4/5_manaqib.html">Download Mp3 klik disini</a><o:p></o:p></b></p> <iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzNNzjE6pjujSzP4VBFUhz_c1QlIXGG3Nw7PFAQNR9AXcCMSTVWbgtygcG5iUDThFKjtx0d-sVYgE9cSPPRxw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76640637/aaf24159/6a_manaqib.html"><b style=""><span style=";font-family:";font-size:12;" >Download Mp3 klik disini</span></b></a><br /><br /><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dxyB47cDs_Vw2Xuq4HPly1X_OKCLNvEqxU6amsAHHzEHbuFnBrB54oL2KLvJF8E5UfcGFYv7B-z2pkmqVGFSQ' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><p class="MsoNormal"><b style=""><a href="http://www.4shared.com/file/76642402/5838faf0/6b_manaqib.html">Download Mp3 klik disini</a><o:p></o:p></b></p> <iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dyGg33dUSaiNUByw8l11iLU8ehFdAcpqd3MahT3patto_lcHKjDg6YXn6DUyY8GJ8saKKpmW0Ijsob-pOGB3A' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><p class="MsoNormal"><b style=""><a href="http://www.4shared.com/file/76643819/67578c38/7_manaqib.html">Download Mp3 klik disini</a></b></p> <iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwZutz-cHrZKZdtjSrrROc6gGhNcdV2ZzNxtWfrykh-fIUcIsO60B9mJiUBMWnMbyu8k0R0OSWPbx5QNMzl' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><a href="http://www.4shared.com/file/76645816/d283ce75/doa_manaqib.html"><b style=""><span style=";font-family:";font-size:12;" >Download Mp3 klik disini</span></b></a><br /><br /><iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dwPr3p4KfyRq2xo55JLjjHsC068wCToO76KCi4tv7mUsIwRkGWScdmVzkEeDT33f7ZZWwed5R1IIGkglytfUw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe><br /><br /> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;"><span style=""> </span>“Majlis Manaqiban/ Majlis Sebelasan” yang telah diamalkan bersama-sama, setiap malam tanggal sebelas, bulan Hijriyyah An Nabawiyyah, selama lebih dari setengah abad oleh Hadharotus Syeikh Muhammad Ustman bin Nadi Al Ishaqi RA.</span></p> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;">Puncak dari wadzifah, amaliyyah “Majlis Manaqiban” ini ialah,” Haflah Dzikir, Maulidurrasul SAW dan Haul Akbar, Sulthonil Awliya Sayyidina Syeikh Abdul Qodir Al Jiilani RA dan Sayyidina Syeikh Muhammad Ustman Al Ishaqi RA” setiap malam tanggal sebelas bulan Robiust Tsani (ba’dal bulan Maulud) di Pondok Pesantren Darul ‘Ubudiyyah wa Raudhotul Muta’allimin, Jatipurwo, Kecamatan Semampir, Surabaya, Indonesia dan Haflah Dzikir, Maulidurrasul SAW dan Haul Akbar, Sulthonil Awliya Sayyidina Syeikh Abdul Qodir Al Jiilani RA, Sayyidina Wa Maulana Ahmad Rahmatullah (Sunan Ampel) RA, dan Sayyidina Syeikh Muhammad Ustman Al-Ishaqi RA pada malam dan pagi hari Ahad pertama bulan Sya’ban di Pondok Pesantren Al Fithrah Kedinding Lor, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Indonesia.</span></p> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;">Al Hamdulillah, Wa Syukrulillah,” Majlis Manaqiban” ini bisa diterima dan terbentuk dan terbina serta terbimbing secara tertib dan baik di tanah Jawa, sebahgian luar pulau Jawa, di Makkah Al Mukarramah, Malaysia dan Singapura. Para ikhwan ahli Thoriqoh Al-Qodiryyah Wan Naqsyabandiyyah Al-Ustmaniyyah dan para jama’ah Al-Khidmah serta para jama’ah yang mempunyai iktiqad dan pecinta terhadap kekasih-kekasih ALLAH serta hamba-hamba ALLAH yang sholeh RA secara bersama-sama memeriahkan dan mengsyiarkan “Majlis Manaqiban” ini, di Pondok Pesantren Al Fithrah Surabaya, setiap malam Isnin pertama bulan Hijriyyah dan secara peribadi di rumahnya, para jama’ah mendapatkan tanggal tertentu secara rutin (tetap) setiap bulan. Dan di sebahgian daerah dan wilayah “Majlis Manaqiban” ini dilaksanakan pada dua tempat atau lebih dalam persamaan waktu dan tanggal setiap bulan. Puncaknya dalam setiap tahun, para jama’ah secara serentak bersama-sama memeriahkan dan mengsyiarkan,” Haflah Dzikir, Maulidurrasul SAW dan Haul Akbar” di daerah, wilayah dan negaranya masing-masing.</span></p> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;">Al Hamdulillah, Wa Syukrulillah, “Majlis Manaqiban” ini secara khusus dilaksanakan untuk acara kiriman do’a kepada para arwah (tahlil dan haul), pembukaan masjid, pondok pesantren, madrasah, dan acara: kenduri pengantin, kenduri kehamilan, pindah rumah, selamatan (do’a selamat), syukuran, dan segala macam kepentingan yang berkaitan dengan urusan-urusan dunia dan juga akhirat yang diterima dan yang diredhoi oleh Allah SWT. Di dalam “Al Faidhur Rahmanii” ini, Al Faqir Ilaihi Ta’ala (Orang yang berhajat kepada ALLAH SWT) menghimpun, menata, menertibkan dan menambah beberapa hal dalam bertawajjuh, bertadhorru’, bermunajat, bertawassul, kehadhrat ALLAH SWT, agar niat yang benar, yang murni, yang hanya untuk ALLAH SWT dalam “Majlis Manaqiban” ini, lebih mendekati atau meraih kesempurnaan yang sempurna disisi ALLAH SWT.</span></p> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;">Semoga ALLAH SWT melindungi “Majlis Manaqiban” ini, dan mengasihi, mengampuni, memberkati, menaungi kami, kedua Orang Tua kami, Guru-Guru kami, Anak Cucu kami, Saudara-Saudara kami, Keluarga kami, Tetangga kami, Orang-Orang yang Baik atau Buruk dan Jahat kepada kami, Orang-Orang yang mempunyai Haq terhadap kami, para Pelajar dan Jama’ah kami, Orang-Orang di Sekitar dan Sekeliling kami, dan Segenap Muslimin Wal Muslimat Wal Mukminin samada yang hidup, atau yang sudah wafat dari segala penjuru dan mengakhiri hidup dan kehidupan kami dengan Husnul Khotimah, penuh Iman dan Keimanan, dan meraih Syafa’at yang Agung dari Baginda Rasulullah SAW dan mempertemukan kami dengan para Anbiya, para Mursaliin, para Shidiqqiin, para Syuhada Wa ‘Ibadillahis Sholihiin dan Memuliakan kami di dalam Syurga, berdampingan dengan Rasulullah SAW.</span></p> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;">Semoga ALLAH SWT menganugerahi kami kemulian yang sangat utama, keberuntungan yang sangat besar, kebahagiaan yang abadi, keagungan yang sangat agung dengan menatap, melihat kesucian, keindahan, dan kesempurnaan serta keagungan ALLAH SWT disisinya, Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Semuanya ini dengan haq dan perantaraan, Nabi yang memberikan syafaat dan yang diterima syafaatnya iaitu penghulu kita Nabi Muhammad SAW dan juga keluarga serta para sahabat semuanya dan dengan berkah Sulthonil Awliya Sayyidina Syeikh Abdul Qodir Al Jiilani RA dan Sayyidina Syeikh Muhammad Ustman Al Ishaqi RA.</span></p> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;">Wa Shollallahu ‘<st1:state st="on">Ala</st1:State> Sayyidina Muhammadiw Wa ‘<st1:state st="on">Ala</st1:State> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Alihi</st1:City> <st1:state st="on">Wa</st1:State></st1:place> Shohbihii</span></p> <p><span style="font-family: Arial; color: navy;">Wassalam, Wal Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin.</span></p>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-19413269264315105942008-10-31T13:35:00.003+07:002009-01-10T12:27:04.484+07:00Menuju Hati Yang Khusu'<a href="http://www.imeem.com/ukhti27/music/rEAfy8-E/habib_umar_abdullah_assaqqaf_hafizahullah_pemudi_alkhidm/"> </a> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a style="font-weight: bold;" href="http://sufiroad.blogspot.com/2008/11/syekh-abdul-qodir-al-jaelani.html">Pembuka Tujuh Pintu Hati</a><b style=""><u><span style="font-size:14;"><o:p></o:p></span></u></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />Untuk Membangun sebab-sebab agar hati seorang hamba menjadi <b style=""><span style="color: rgb(51, 102, 255);">khusu</span></b>’, satu-satunya cara ialah, hendaklah seorang hamba melaksanakan mujahadah di jalan Allah Ta’ala. Karena dengan mujahadah itu supaya Allah Ta’ala memberikan <span style="color: rgb(51, 102, 255);">futuh</span> (terbukanya pintu hati) sebagaimana telah di janjikan-Nya :</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“<i style="">dan orang-orang yang berjihat untuk Mencari ridhaan kami,benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami</i>” QS.al Ankabut.29/69.<i style=""><o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam kaitannya pintu hati tersebut, dengan dikaikan dengan firman Allah Ta’ala berikut ini:</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Sesungguhnya waliku adalah allah, yang telah menurunkan alkitab (AlQuran).dan dia memberikan walayah kepada orang yang soleh” QS.alA’raaf.7/196.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Guru besar kita <b style="">Asy-Syekh Ahmad Asori Al-Ishaqi ra.</b> telah berfatwa dalam suatu majlis pengajian yang diselenggarakan di pondok pesantren yang di pimpinnya di <st1:city st="on"><st1:place st="on">surabaya</st1:place></st1:city>. Yaitu bahwa salah satu hasil yang dapat diperoleh dari pelaksanaan mujahadah dan riyadhoh yang istiqomah(thoriqoh) yang benar, hati seorang salik akan mendapatkan futuh dari Alah Ta’ala. Yaitu terbukanya matahati untuk menerima hidayah yang didatangkan secara bertahap sampai tujuh tahap. Dengan ”tujuh tahapa Futuh tersebut seorang hamba berpotensi mendapatkan ma’rifatullah.mencintai dan dicintai-Nya. Tahapan futuh tersebut ialah:</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;">Terhadap orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh (mujahadah) di jalan Allah itu, sebagai buah dzikir yang dilakukan, tahapa pertama,Allah akan membuka empat pintu dzikir itu ialah:</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Pintu pertama,lesannya dimudahkan untuk berdzikir kepada Allah namun dengan hati masih dalam keadaan lupa kepada-Nya</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Pintu kedua, lesannya berdzikir dengan hati sudah mulai ingat</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Pintu ketiga, lesannya berdzikir dengan hati yang hadir dihadapan Allah</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Pintu keempat, lesannya bedzikir dengan hati yang lupa kepada selain yang didzikiri.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">*) Adalah empat tahap terbukanya pintu matahati (futuh) untuk supaya seorang salik berjalan di jalan Allah atau berthoriqoh dapat merasakan kenikmatan berdzikir yang harus mampu diselesaikan di dalam riyadhoh (latihan) yang dilakukan, sampai mereka benar-benar dapat merasakan kenikmatan “<span style="color: rgb(51, 102, 255);">bermujalasah</span>” (besimpuh kepada Allah Ta’ala).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Seperti menu makanan yang harus dimakan setiap hari, setelah hati mampu menikmati kenikmatan dzikir itu, maka dzikir-dzikir yang harus dilaksanakan setiap hati itu sebagai kewajiban pribadi yang sudah di Bai’ati di hadapan guru mursidnya_ tidak lagi menjadi beban hidup yang harus di tanggungnya, tapi malah menjadi kebutuhan hidup yang sudah tidak dapat ditingalkan lagi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Yang demikian itu karena hati seorang hamba telah <span style="color: rgb(51, 102, 255);">wushul</span> kepada tuhannya sehingga matahatinya mampu <span style="color: rgb(51, 102, 255);">bermusyahadah</span> kepadanya.melihat dan menyaksikan keelokan Qodho’ dan Qodar nya.seperti orang yang sedang kasmaran yang duduk disisi kekasihnya. Maka kenikmatan didalam kebersamaan itu mampu mengalahkan kenikmatan lain yang ada di alam sekitarnya.</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="2" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;">Ketika seorang salik sudah dapat merasakan kenikmatan berdzikir, maka dibuka baginya pintu kedekatan dengan Allah Ta’ala.</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">*) Dengan dibukanya pintu kedekatan itu, maka dimanapun mereka berada, seorang salik itu merasa berada di sisi Allah Ta’ala. Berada dalam perlindungan, pemeliharaan dan pertolongan-Nya, sehingga kenikmatan-kenikmatan hidup yang selama ini terhijab oleh ketamakan dan kerakusan hati serta pengakuan hawa nafsu, kini matahati itu telah menjadi cemerlang <span style=""> </span>anugrah ilahi itu menjadi tampak terang di pelupuk mata. Yang demikian itu menjadikan hatinya merasa malu kepada Allah Ta’ala betapa selama ini dia belum pernah mensyukurinya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Hasilnya sejak itu hidupnya menjadi penuh dengan kenikmatan dan kedamaian, tidak merasa ada yang kurang suatu apapun lagi sehingga mampu menerbitkan rasa syukur yang hakiki.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Setelah syukur itu mampu menjiwai prilaku dan karakter kehidupannya, maka Allah akan menurunkan tambahan kenikmatan lagi, sehingga didalam menempuh kehidupan selanjutnya, mereka tidak merasa takut dan khawatir lagi untuk selama lamanya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Itulah ilmu yakin yang didapatkan dari buah ibadah yang tidak mungkin didapat melalui proses belajar mengajar. <b style="">Ilmu yakin itu adalah ilmu yang maha luas seperti samaudra yang tak bertepi dan dari situlah kehidupan hati seorang hamba menjadi hati yang khusu’.<o:p></o:p></b></p> <ol style="margin-top: 0in;" start="3" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;">Kemudian diangkat menjadi maqam keriduan dengan Allah</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">*) Setelah hijab-hijab yang menyelimuti mataha itu menjadi sirna sehingga hati itu merasakan setiap kenikmatan yang ada terlebih disaat salik itu mengadakan pendekatan taqarup dengan ibadah dan mujahadah selanjutnya timbullah rasa rindu kepada Allah Ta’ala rindu untuk selalu mendekat ke hariba’an Nya</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Hasilnya dalam keadaan bagaimana dan dimanapun berada kecemerlangan hati itu selalu dijaganya. mereka takut kalau kalau kejernihan itu menjadi keruh kembali sehingga apapun yang dilakukan baik ibadah vertikal maupun horizontal dilaksanakan semata mata untuk menjaga hati itu supaya tidak terjadi keruh lagi. Allah menggambarkan keadaan itu dengan firmannya:</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">“<i style="">Laki-laki yang tidak dilalaikan dengan perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan(dari) membayarkan zakat. mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang</i>”QS.an-Nur.24/37.</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="4" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;">Selanjutnya seorang salik itu didudukkan di atas kursi-kursi ketauhidan. Artinya dalam keadaan bagaimanapun hatinya akan selalu mampu bertauhid kepada Allah Ta’ala.</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Pertama : Bertauhid didalam tujuan (tauhiidul qoshdi)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Kedua : bertauhid didalam perbuatan (tauhiiddul fi’il)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Ketiga : Bertauhid didalam pemilikan (tauhiidul milki)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family:Symbol;"><span style="">·<span style=""> </span></span></span><!--[endif]-->Keempat : Bertauhid didalam kejadian (tauhiidul wujud)</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">*) Dengan terbukanya empat tahap pintu tauhid itu, menjadikan seorang hamba dapat terhindar dari perbuatan syirik, baik syirik didalam tujuan amal, didalam amal perbuatan, didalam hak pemilikan dan syirik didalam wujud. Selanjutnya menjadikan seorang salik mampu tidak takut dan tidak berharap lagi kecuali hanya kepada Allah Ta’ala. Itulah kekuatan akhidah yang tidak cukup hanya dibangun dengan penguasaan ilmu pengetahuan saja, namun juga harus dengan pelaksanaan amal ibadah yang istiqomah.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Kalau orang hanya mengerti tentang tauhid secara teori saja, bukan tauhid yang dibangun dengan dzikir dan wirid yang istiqomah didalam hati, maka tauhid itu dominan dilahirkan dengan ucapan dibibir saja, bahkan seringkali diatualisasikan dengan mensyirikkan dan membid’ahkan amal ibadah orang lain. akibatnya seperti maling teriak maling, karena sejatinya tanpa sengaja mereka sendirilah yang suka berbuat syirik dan bid’ah itu, Statemen itu dapat meresahkan umat dan perpecahan masyarakat dimana mana.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Demikianlah yang banyak dilakukan oleh para pendatang baru didalam komunitas masyarakat. Di komplek komplek yang heterogen. Sebelum mereka datang, aktifitas keagamaan di<span style=""> </span>tengah masyarakat yang heterogen itu berjalan dengan damai. Namun setelah mereka datang dengan mengatas namakan <span style="color: rgb(51, 102, 255);">amal ma’ruf nahi mungkar</span>, mereka malah memporak porandakan kedamaian tersebut dengan statemen “syirik dan bid’ah yang mereka budayakan. sebagai ciri khas yang paten akan keberadaan mereka dimana-mana.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Seperti tentara-tentara setan yang bertugas mengadu domba manusia, biasanya mereka hanya menyalahkan kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat yang jelas-jelas menunjukkan hasil yang positif. Yaitu kerukunan dalam pergaulan bermasyarakat. Karena masyarakan telah terbiasa menerima perbedaan yang ada. namun setelah mereka datang masyarakat malah menjadi bingung dan terpecah belah .mereka mengatakan yang demikian itu amar ma’ruf nahi mungkar tapi mengapa hasilnya justru kemungkaran yang akhirya menjadikan kekacauan dan perpecahan yang berkepanjangan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Yang demikian itu sejatinya tauhid mereka hanya dibibir saja sedangkan hatinya penuh dengan syirik dan kemungkaran telah mampu dibuktikan sendiri oleh hasil kinerja mereka ditengah tengah masyarakat. ironisnya sarang mereka justru dimasjid-masjid yang dibangun oleh jerih payah masyarakat yang kemudian mampu dikuasai oleh keserakahan hati mereka yang dibungkus dengan managemen secara propesional dan sistematis. melengserkan kepengurusan terdahulu yang notabene masyarakat tradisional dan awam.</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="5" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;">Setelah tauhid yang ada dalam hati salik itu semakin mapan, kemudian hijab-hijab dalam hatinya diangkat dan hati mereka di masukkan kedalam pintu wahdaniyah.</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">*) Kekuatan suluk (mistikisme) yang mampu diaktualisasikan di dalam dzikir dan wirid istiqomah yang di dasari tauhid yang hakiki, menjadikan hati seseorang hamba fana dihadapan Tuhannya. Nuraninya menyatu didalam rahasia keesaan-Nya.seperti segelas racun ketika dituangkan di tengah samudra maka air yang campur dengan racun itu seketika menjadi air murni lagi.Demikianlah, hati manusia yang telah tercemari kotoran basyariah itu, dengan pelaksanaan suluk yang terkendali, akhirnya hati itu kembali kepada fitrahnya lagi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Yang demikian itu karena sejatinya asal mula air racun dan air samudra itu memang terlahir dari benda yang sama. Seandainya yang satu dari minyak dan satunya dari air, meski dicampur dengan cara yang bagaimanapun kuatnya , keduanya pasti tidak dapat bersatu untuk selamamanya. Itulah gambaran hati yang beriman dan hati yang kafir. mesti kadang-kadang mereka telah mampu menunjukkan penampilan dhohir yang sama, sama-sama melaksanakan ibadah dibawah satu atap masjid yang sama, bahkan sama sama memakai baju dan pecis putih didalam suatu komunitas majlis dzikir yang dibimbing oleh seorang guru mursid yang suci lagi mulia, namun kehidupan mereka tidak mampu menunjukkan sikap persaudaraan yang saling bermusuhan dan sikut sikutan dengan dasar kemunafikan hati yang tidak berkesudahan.</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="6" type="1"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;">Setelah yang asalnya berbeda itu telah mampu kembali ke asalnya, kembali ke haribaan-Nya di dunia fana, maka selanjutnya dibuka penutup-penutup keagungan dan kebesaran Allah yang selama ini menutupi sorot matahatinya, dan ketika matahati yang tembus pandang itu selalu melihat keagungan dan kebesaran tuhannya maka jadilah hati itu menjadi fana dengan dirinya sendiri.</li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;">Selanjutnya, disampaikanya kepadannya, penjagaan dan pemeliharaan Allah. Adapun penjagaan dan pemeliharaan pertamakali yang diberikan ialah, seorang hamba itu dijaga dan dipelihara dari pengakuan nafsunya sendiri. Maka jadilah ia seorang <i style=""><span style="color: rgb(51, 102, 255);">waliyulla</span>h.(dikutip dari pengajian rutin,Asy-Syekh Ahmad Asrori al Ishaqi ra.) <o:p></o:p></i></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;">*) Tujuh tahapan futuh tersebut adalah tahapan terbukanya matahati seorang hamba untuk dapat bermusyahadah dan berma’rifat kepada Allah Ta’ala yang harus dicapai melalui jalan ibadah (thoriqoh) yang terbimbing oleh Ahlinya (<span style="color: rgb(51, 102, 255);">guru mursid</span> yang suci dan mulia)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Manakala jalan ibadah itu tidak ada yang membimbing maka pembimbingnya adalah setan Jin, sehingga amal ibadah itu bukan menghasilkan ma’rifattullah yang menjadikan hati menjadi khusu’, tapi boleh jadi kelebihan-kelebihan pribadi yang sifatnya duniawi hingga malah mendorong manusia terperangkap kepada tipu daya setan yang terkutuk.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Akibatnya, hasil akhir dari mujahadah dan riyadhoh yang dilakukan itu hanya akan menjadikan para salik terlahir menjadi dukun dan para normal yang cenderung berbuat syirik, sombon dan takabur. Terlebih lagi, ketika dukun dan para normal itu terlahir dari orang yang notabene lulusan pesantren. Orang yang pandai membaca kitap kuning dan berpidato. Orang awam menilai, dikira yang demikian itulah gambaran kyai yang ideal. Kyai yang mempuyai karomah dan sakti mandraguna. Sehingga para awam itu tidak ragu lagi mengikuti praktek yang yang mereka lakukan dalam pencarian jalan keluar dari problem dari kehidupan yang sedang melilit kehidupan yang sedang sakit itu. Kecuali para awam itu telah habis habisan terpelosok<span style=""> </span>didalam jebakan tipudaya mereka.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Inilah awal kehancuran bagi orang yang senang beribadah dengan tanpa bimbingan seorang guru ahlinya-yang tidak mudah dapat disadari kecuali setelah mereka benar benar hancur sama sekali. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari tipu daya hawa nafsu dan setan yang terkutuk.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">Oleh karena itu tidak cukup dengan ilmu saja yang didapat dari membaca buku dan kitab kemudian orang itu berangkat untuk berjalan di jalan Allah dalam rangka mengamalkan ilmu tersebut. Namun ilmu itu terlebih dahulu digurukan terlebih dahulu kepada guru ahlinya. Selanjutnya dengan bimbingan guru itu, ilmu yang sudah dikuasai itu, baru dipraktekkan didalam pelaksanaan mujahadah dan riyadhoh. Sebab yang harus diilmui dengan ilmu itu, terlebih dahulu adalah hatinya sendiri.supaya hati itu terbebas dari kotoran karakter basyariah yang dapat menyesatkan jalannya ibadah.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify;"><b style="">Asy-Syekh Abdul Qodir al-Jailani ra</b>. Berkata :</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">“<i style="">Seorang tidak akan dibuka hatinya kecuali bagi mereka yang telah bersih dari pengakuan nafsu dan kemauan syahwatnya. Maka ketika seorang teledor untuk mensucikan jiwanya, ia diuji oleh Allah dengan sakit. Sebagai kafarat dan pensucian terhadap jiwanya,sadar maupun tidak. Supaya di pantas untuk bermujalasah dihadapan tuhanya</i>.(<b style="">Lujjainid Dani</b>)</p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;">(malfiali)<br /></p>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-8725875723936525512008-10-29T11:55:00.007+07:002009-01-28T09:36:08.525+07:00HARUSKAH KITA BERTHORIQOH ?<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""></span> </p><h2><a href="http://sendy-master.blog.friendster.com/2008/12/tasawuf-adalah-intisari-islam-ahli-sunah-wal-jamaah/" title="Permanent Link to TASAWUF ADALAH INTISARI ISLAM AHLI SUNAH WAL JAMAAH">APA ITU THORIQOH</a><o:p></o:p></h2> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><strong></strong><b><o:p></o:p></b>Thoriqot adalah suatu sistem untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan<br />merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan keadaan<br />seseorang dapat bermusyahadah <span style=""> </span>dengan matahatinya .</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p><p>Jika kita ingin ke Al Fitroh kedinding, kita benar-benar tidak tahu dimana Al Fitroh kedinding itu berada, naik bus atau sepeda kesana.</p> <p>Jika kita memaksa juga tanpa pemandu ingin ke Al Fitroh kedinding pasti nyasar, juga tanpa kedaraan yang memadai dan tepat apakah kita dapat sampai kesana ?</p><p>kadang2 kita tertipu dan ditipu(udah nyasar kesasar lagi)<br /></p> <p>Yang bagus adalah kita dipandu, diantarkan oleh pemandu yang sudah tahu Al Fitroh kedinding dan tahu jalan menuju Al Fitroh kedinding apalagi ditambah dengan kendaraan yang bagus dan tepat yang terpenting adalah <b style=""><i style=""><span style="font-size: 14pt; color: rgb(51, 153, 102);">mbonceng</span></i></b>.</p> <p>Dan seterusnya akhirnya kita bisa bolak balik ke Al Fitroh kedinding dengan lancar, karena sudah tahu Al Fitroh kedinding, kita bisa menjelajah Al Fitroh kedinding dan tahu banget Al Fitroh kedinding. Sehingga kelak jika ingin ke dan tinggal di Al Fitroh kedinding kita sudah bisa dan biasa.kadang bias mampir ke sunan ampel,maulana malik ibrahim,sunan giri dan lainnya.Begitulah perumpamaan yang diberikan yai</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportLineBreakNewLine]-->Di dalam kitab Tanwirul Qulub halaman 407 thoriqot itu adalah mengamalkan<br />syari’at dan mengambil sesuatu yang paling penting, menjauhi sesuatu yang mudah atau<br />ringan dari sesuatu tidak pantas disepelekan. Juga menjauhi hal-hal yang diharamkan dan<br />dimakruhkan dan melaksanakan yang fardlu serta sunat-sunatnya sesuai kemampuannya<br />yang dibimbing oleh seorang yang telah ma’rifat kepada Allah (guru mursyid).<br />Menurut para Alim Ulama ahli ma’rifat Thoriqot terbagi dua : 1) Thoriqot Suluk<br />yaitu membersihkan nafsu dari segala kotoran dengan cara (thoriqot) riyadloh, puasa,<br />tidak tidur (melek), uzlah, zuhud dengan bimbingan mursyid agar bisa mencapai setingkat demi setingkat kepada maqom (kedudukan) yang sempurna.<br /><o:p></o:p>Bahkan menurut Imam Al Ghazali :<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]-->“Barang siapa yang telah bertafaqur dalam masalah agama (memahami, mempelajari,<br />mengamalkan agar mendapat ridlo Allah itu juga disebut thoriqot suluk). 2) Thoriqot<br />Tabaruk yaitu murid mengambil dzikir dari guru mursyid agar hatinya tidak lupa kepada<br />Allah, supaya diampuni dosa, jauh dari macam-macam lalai, selamat dari hal-hal yang<br />dibenci syara, selamat dari perbuatan hina dan siksaan Allah sehingga sampai kepada<br />tujuan yaitu hati bersih dan kembali menghadap Allah. Contoh Thoriqot Tabaruk ini seperti yang diamalkan di Pondok Pesantren Alfithrah yang dipimpin oleh Guru<br />Mursyid yang mulia Asy-Syekh Ahmad Asrori al Iqhaqi ra<br />Thoriqot, bukanlah aliran kepercayaan atau aliran kebatinan, tetapi thoriqot adalah<br />bagian dari ajaran Agama Islam yang terpenting.</p> <p class="MsoNormal"><span style=""> </span>Sebagaimana sabda Rasullulah SAW :<br /><!--[if !supportLineBreakNewLine]-->“Asysyari’atu aqwaalii athoriiqotu af’aalii alhaqiiqotu ahwaalii alma’rifatu ro’sul<br /></p><span style=""> maalii” (HR. Anas bin Malik). Artinya : “<i style="">Syari’at itu ucapanku, thoriqot itu perbuatanku,<br />hakikat itu keadaanku dan ma’rifat itu puncak kekayaan (batin</i>)”. (HR. Anas bin Malik).<br />Dari semua Thoriqot itu ada yang benar dan salah. Thoriqot yang benar disebut<br />Thoriqot Mu’tabaroh yaitu Thoriqot yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits dan<br />sanadnya atau silsilahnya sampai kepada Rasullulah, sedangkan Thoriqot yang salah<br />disebut Thoriqot Ghoyr Mu’tabaroh yaitu Thoriqot yang tidak saesuai dengan Al-Qur’an<br />dan Al-Hadits dan sanadnya atau silsilahnya tidak sampai kepada Rasullulah.<br /><br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“<i style="">Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami berikan (istidroj) (Kemanjaan yang berangsur-angsur akan menarik ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui - Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh</i>”.QS.al-A’raaf/182-183.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kalau demikian maka timbul pertanyaan: “<b style=""><u><span style="font-size:14;">Apakah melaksanakan thoriqoh—di dalam agama Islam—bagi umat Islam, merupakan suatu keharusan atau kebutuhan</span></u></b> ?”. Jawabannya :<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">1. Bagi orang yang sudah mengenal thoriqoh tetapi belum dapat merasakan hasilnya maka pelaksanaan thoriqoh itu merupakan suatu keharusan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">2. Bagi orang yang sudah menyadari akan keharusan untuk berthoriqoh, karena mereka sudah dapat merasakan hasilnya maka pelaksanaan thoriqoh itu adalah kebutuhan.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">3. Bagi yang belum kenal sama sekali tentang ilmu thoriqoh, maka mereka wajib mengenalinya sebagai bentuk kewajiban bagi setiap pribadi muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan. Adapun yang dimaksud Thoriqoh, itu bias berarti hanya sekedar pengamalan ilmu dan iman, seperti melaksanakan sholat dhuha supaya rizkinya menjadi lapang atau membaca <st1:city st="on"><st1:place st="on">surat</st1:place></st1:city> Waqi’ah yang diyakini dapat mendatangkan rizki umpamanya, dan bisa juga berarti melaksanakan thoriqoh secara<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">kelompok (jama’ah), seperti thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah atau kelompok thoriqoh yang<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">lainnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Orang mengerti dan percaya(iman) bahwa sholat dhuha dapat melapangkan rizki, kemudian mereka menjalankanya dengan dawam (istiqomah), dengan harapan (tujuan) supaya rizkinya mendapatkan<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">kelapangan dari Allah Ta’ala, maka pelaksanaan amal tersebut namanya thoriqoh (jalan). Yang demikian itu, supaya amal tersebut dapat menghasilkan kemanfaatan yang optimal sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, bagi orang yang sudah membutuhkan “hasil yang<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">diharapkan” dari pelaksanaan sholat dhuha tersebut, maka pelaksanaan sholat dhuha itu menjadi keharusan baginya. Sebab, tanpa pelaksanaan amal tersebut, tidak mungkin seseorang mendapatkan apa-apa yang diharapkan dari Allah Ta’ala.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Demikian pula orang yang melaksanakan thoriqoh secara berkelompok. Ketika mereka membutuhkan dari hasil thoriqoh yang dijalani tersebut, yakni cemerlangnya matahati supaya dapat<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">bermusyahadah kepada Allah Ta’ala, supaya dapat berma’rifat dan mencintaiNya, maka pelaksanaan thoriqoh baginya adalah keharusan. Mereka harus melaksanakan thoriqoh itu supaya apa-apa yang dicita-citakan dapat terwujud.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Adapun orang yang sadar akan keharusannya untuk melaksanakan thoriqoh. Karena mereka mengetahui bahwa satu-satunya jalan untuk meningkatkan syari’at yang dimiliki supaya dapat mencapai hakikat yang diharapkan—menghasilkan keyakinan dari apa-apa yang sudah diimani dalam hatinya—hanyalah dengan jalan berthoriqoh, maka berthoriqoh merupakan kebutuhan yang mutlak baginya. Oleh karena itu, hanya orang-orang yang tidak mengerti tentang thoriqoh saja, mereka tidak mengerti bahwa untuk mencapai segala harapan hidupnya harus dengan jalan amal—seperti sebuah pepatah mengatakan, tidak kenal maka tidak sayang—kadang-kadang malah mereka menolak berthoriqoh. Mereka menolak sesuatu yang seharusnya penting untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, ironisnya, mereka bahkan menganggap orang yang melaksanakan thoriqoh adalah kelompok yang berbuat bid’ah dan syirik. Akibatnya, orang yang demikian itu hidupnya selalu dalam keraguan. Sedikitpun mereka tidak mempunyai keyakinan, baik dalam bicaranya, amal perbuatannya dan juga prinsip-prinsip hidupnya.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sebagian dari mereka bisanya hanya menyalahkan perilaku orang lain tanpa tahu bahwa jalan hidupnya sendiri sesungguhnya salah. Apakah orang dapat mencapai kepada yang diharapkan tanpa harus berusaha?, padahal semua orang memaklumi bahwa setiap usaha pasti ada jalannya, maka yang dimaksud “jalan usaha” itulah yang dinamakan thoriqoh. Rasulullah bersabda dalam satu haditsnya: “Syari’at itu adalah ucapanku, thoriqoh itu adalah perbuatanku dan hakikat itu adalah keadaan hatiku”.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Oleh karena itu, syari’at, thoriqoh dan hakikat seharusnya menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">dipisahkan dalam hidup manusia. Ilmu syari’at adalah ibarat bibit tumbuhan, pelaksanaan thoriqoh<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">dan mujahadah ibarat menanam bibit-bibit dan menggarap tanah, sedangkan ilmu laduni atau ma’rifatullah adalah buah yang setiap saat dapat dipetik dari tanaman yang sudah tumbuh subur:<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit - pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”. QS.Ibrahim/24-25.<o:p></o:p></p> <span style="">Walhasil, bagi orang yang mengenal dirinya sendiri, mengenal hak dan kewajibannya sebagai seorang hamba yang harus mengabdi kepada Tuhannya, mengenal kebutuhan hidupnya, mengenal tujuan hidup yang harus ditempuh dan dijalani, mengenal harus bagaimana dan untuk apa hidup dan mati ini diciptakan, mengenal tahapan-tahapan kehidupan yang sudah dan akan dijalani, maka pelaksanaan thoriqoh—baik sebagai pelaksanaan ilmu dan iman maupun secara kelompok—adalah kewajiban dan sekaligus kebutuhan hidup yang harus dijalankan bagi setiap individu orang yang beriman, baik untuk keberhasilan hidupnya di dunia maupun di akhirat. Orang yang demikian itu dinamakan orang yang “ma’rifatullah”, ma’rifat (mengenal) dirinyasendiri dan mengenal urusan Tuhannya.</span><br /><h2><a href="http://sendy-master.blog.friendster.com/2008/12/tasawuf-adalah-intisari-islam-ahli-sunah-wal-jamaah/" title="Permanent Link to TASAWUF ADALAH INTISARI ISLAM AHLI SUNAH WAL JAMAAH">Tujuan Thoriqot </a><o:p></o:p></h2> <p style="text-align: justify;">Salah satu tujuan kita berthoriqoh, yaitu bagaimana kita mampu menyepuh karakter manusiawi kita yang kurang terpuji menjadi akhlakul karimah. Tanpa pencapaian tersebut berarti kita belum mampu menduduki maqom ‘kholifah Alloh di muka bumi’, berarti pula kita belum mendapatkan potensi untuk meneruskan pancaran do’a guru-guru mursyid kita kepada keluarga kita dan sesama ikhwan thoriqoh. Untuk tujuan inilah maka secara khusus seorang guru mursyid mengangkat imam-imam khususi. Jadi, kedudukan imam khususi itu ibarat talang untuk mengalirkan air (masyrob/minuman ruhaniah) yang dipancarkan guru mursyidnya untuk menyirami bibit yang sudah ditanamkan guru mursyid tersebut di dalam bumi ruhani murid-mirudnya. Secara khusus setiap khususi, air masyrob itu dialirkan oleh imam khususi kepada jamaah yang dipimpinnya. Demikian beratnya tugas seorang imam khususi, makanya imam khususi tersebut harus dipilih langsung oleh seorang guru mursyid. Karena hanya guru Mursyid yang tahu, apakah orang tersebut mempunyai kemampuan atau tidak.</p> <p style="text-align: justify;">Pencapaian karakter kholifah tersebut manakala sifat-sifat manusiawi yang bisa menyebabkan rasa pemusuhan dalam hati kita sudah tercabut sehingga hati kita mampu menebarkan rasa persaudaraan fillah. Artinya, mampu memandang musuh dan teman dalam porsi yang sama, sama-sama disayangai sebagaimana orang menyayangi saudara kandung sendiri. Itulah karakter surgawi yang digambarkan Alloh dalam firman-Nya: ”Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”(QS.al-Hijr/47)<br />Jika orang berthoriqoh belum mampu mencapai hal tersebut, berarti dalam hati kita masih ada yang harus kita waspadai, barangkali di dalamnya masih terselip sifat hasud yang mematikan. Dari sifat hasud inilah yang akhirnya bercabang pinak menjadi kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan matahati kita menjadi buta dan mati. Wal Iyadzu Billah.</p> <p style="text-align: justify;">Ketika amaliah thoriqoh kita sudah menunjukkan tanda-tanda ada hasilnya, yakni hati kita sudah mulai ditumbuhi rasa cinta, terutama kepada guru-guru dan kepada sesama ikhwan. Untuk menguatkan pencapaian tersebut, maka ujian diadakan oleh Alloh. Sebagai tarbiyah azaliyah, kita dihadapkan dengan romantik fenomena yang terkadang tidak selalu menyenangkan hati kita. Alloh menegaskan sistem ujian ini dengan firman-Nya:”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? - Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.(QS.al-Ankabut/2-3).<br />Untuk efektifnya sistem tarbiyah Ilahiyah tersebut, maka tradisi ghosip mahal di kalangan kita itu memang harus ada. Namun demikian, jika kita tidak mampu menyikapi hal tersebut dengan arif, maka kita sendiri yang merugi, ndak pernah naik kelas tingkatan. Adapun para pelaku ghosip tersebut, <st1:state st="on">kan</st1:state> itu saudara kita sendiri, seperti di dunia kalangan Maha Siswa itu lo, para senior <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> mendapatkan kesempatan ‘melonco’ para uniornya. Meminjam istilah Gus Dur, gitu saja kok repot…….<br />Kalau ada pertanyaan: “Apakah orang yang suka menggosip itu tidak berdosa”. Jika hasil akhir dari perbuatan dosa tersebut berupa kebaikan, maka apa saja bentuknya berarti hakekatnya kebaikan, jika perbuatan tersebut mampu menjadikan orang menjadi baik, maka dia ikut mendapatkan bagian dari kebaikan tersebut. Seperti dokter itu lo, meski setiap hari pekerjaannya selalu menyakiti pasiennya dengan obat maupun injeksi, oleh karena tujuannya baik maka para Dokter itu mendapatkan penghargaan tinggi di masyarakat.</p> <p style="text-align: justify;">Untuk supaya kita selalu dapat menyikapi fonomena tersebut dengan pandangan positif, hal itu tentunya ada kunci rahasianya, yakni kita harus mampu selalu berkhusnudz-dzon kepada Alloh SWT. Maksudnya, apa saja yang sedang terjadi di hadapan kita, kita harus yakini bahwa itu merupakan kebaikan yang didatangkan Alloh untuk kita. Jika kita mengetrapkan perasaan seperti itu secara spontan belum mampu, maka fungsi khususi kita pergunakan. Dalam khususi itu perasaan yang tidak enak tersebut kita lebur dalam samudera rahasia kepedulian dan do’a-do’a guru Mursyid kita yang sudah kita yakini mampu mengobati penyakit hati kita. Kehilafan para ikhwan itu kita maafkan di hadapan Alloh serta kita mintakan ampunan kepada-Nya. Kita yakin bahwa mereka itu di akhirat nanti akan menjadi saudara kita yang abadi.<br />Itulah hakekat mujahadah di jalan Alloh. Hasil dari mujahadah tersebut, awalnya terkadang terjadi gejolak dalam dada kita, ada perasaan panas dingin yang membakar hamparan isi dada kita. Itulah bentuk proses pembakaran hijab yang menyelimuti langit dada seorang hamba yang sedang menempa jiwa di Kawa Candradimuka.<br />Ketika proses pembakaran itu menunjukan hasilnya, maka seketika hamparan dada kita menjadi lapang, karena saat itu nur Alloh telah didatangkan sehingga yang asalnya samar menjadi cetto welo-welo, yang asalnya tidak faham menjadi faham. Jika gejala ini sudah bisa kita rasakan, maka kita wajib bersyukur, karena itu merupakan pertanda bahwa perjalanan panjang dan melelahkan itu sudah menampakkan buahnya. Jika anda tahu rahasia ini maka anda akan yakin bahwa tradisi ghosip itu memang kita butuhkan dalam komunitas kita. Silahkan mencoba, menjadi tukang ghosip atau yang dighosipi, he he he.</p> <span style="">Maaf ya teman-teman, barangkali saya ini Cuma ‘jarkoni’, bisa ujar tapi belum bisa ngelakoni. Tetapi ini adalah ilmu pengetahuan, jika kita jadikan tuntunan dan kita bersungguh-sungguh dalam mengetrapkan, insya Alloh pertolongan akan didatangkan. Sepanjang kesempatan masih terbuka, maka kita wajib menempa jiwa. Batasnya adalah pintu kematian, semoga kita menemukan kebahagian di <st1:place st="on"><st1:city st="on">sana</st1:city></st1:place>. Amin Ya Rabbal Alamiin, (Malfiali).</span>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-44747751590041201782008-10-29T11:53:00.006+07:002020-04-22T07:05:27.435+07:00Mengenal Ma'rifattullah<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in;">
<em><b><span style="font-size: 10;"><br /></span></b></em></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in;">
<em><b><span style="font-size: 10;">TATKALA RAHASIA TERUNGKAP</span></b></em></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in;">
<em><span style="font-size: 10;">“Semuanya akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”. (QS,Ar Rahmaan : 26-28)</span></em><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span id="more-106"></span><span style="font-size: 10;">Ketika hati mulai bercahaya, ketika jiwa mulai merasakan, ketika akal silau dengan pancaran Nur Nya ; saat itu lidah terasa kelu untuk bersuara, perasaan hati lenyap entah kemana, raga hampir-hampir tak berdaya bahkan jiwa gaib di dalam kegaiban Tuhannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Samudra Ahadiyah Allah Ta’ala telah menghanyutkan dirinya menghempaskan batinnya pada karang-karang kerinduan dan membawanya kepada sebuah pulau keikhlasan tertinggi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Mereka-mereka yang telah sampai pada keikhlasan tertinggi itu telah melepaskan segala sesuatunya, apa saja baik dirinya zahir batin maupun yang diluar dirinya. Pandangan Syuhudnya hanya lah Allah Swt, di dalam pandangan yang tiada jarak dan tiada antara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Telah dilewatinya Pos-pos jiwa mulai dari Pos Ruhani sanpai kepada Pos Ruh Idhofi. Disini baginya sesuatu yang berpasangan telah lenyap dari pengetahuan di dirinya. Tiada lagi kata serba dua apalagi banyak pada pandangan batinnya. Mursyid yang menyampaikan dirinya kepada Tuhannya pun sudah tidak terpandang lagi. Baginya mursyid dan murid itu satu! Yang dikatakan Mursyid, itulah Murid ; dan yang dikatakan Murid, itulah Mursyid. Batinnya satu dengan Mursyidnya, sehingga dia juga yang disebut Mursyid dan dia jugalah yang disebut Murid. Jika Mursyid dan Murid sudah satu dalam pandangan Batinnya, dimanakah Mursyid? Dan dimanakah Murid?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Tentu! Jika sudah Satu meliputi maka tidak ada lagi Mursyid dan tidak ada lagi Murid, yang ada hanyalah Penguasa yang menguasai Mursyid dan Murid, Dialah Allahu Robbul ‘Alamin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Itulah maqom keikhlasan tertinggi dimana pada maqom itu ia tidak terikat oleh sesuatu lagi, tidak membangga-banggakan akan sesuatu lagi dan tidak menonjolkan akan sesuatu lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Kemerdekaan dan kemandirian bersama Tuhannya telah mengisi kekosongan jiwanya, sehingga kemana saja ia pergi, dimana saja ia berada tidak ada yang ada hanya Allah Swt meliputi disetiap gerak dan diamnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Pada Maqom Keikhlasan tertinggi itu Allah telah mendudukan ia pada posisi <strong>“DARKATUL QUDRAT”, </strong>karena ia telah berhasil melewati tahapan ke “AKU” an didirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<strong><span style="font-size: 10;">DARKATUL QUDRAT </span></strong><span style="font-size: 10;">adalah ibarat Halaman Istana Kerajaan Allah Ta’ala.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Jika ke “AKU “an dirinya saja sudah lenyap/Fana dari pandangan, bukankah segala yang di luar dari dirinya juga akan lenyap/Fana?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;">Apabila mereka yang mengaku telah benar-benar sampai kepada Tuhannya, tentu sudah seharusnya ia tidak bersandar lagi kepada sesuatu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10; line-height: 150%;">Jika masih bersandar akan sesuatu sedangkan ia menyatakan telah sampai kepada Maqom Robbani, maka sesungguhnya ia belumlah sampai dengan sebenar-benarnya sampai. Pada saat itu ia masih sampai sebatas Ilmu dan rasa tetapi belum lagi sampai kepada yang punya Ilmu dan rasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<em><b><span style="font-size: 10;">Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a Karamallahu Wajhah berkata :</span></b></em><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<em><b><span style="font-size: 10;">“Tidak Syah Sholat seseorang melainkan dengan Mengenal akan Allah”.</span></b></em><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;"><span id="more-159"><br /></span><span class="gen">Di dalam perjalanan Ma’rifatullah/Mengenal akan Allah maka di mulai dengan Mengenal akan Diri sendiri (Diri yang sebenar-benarnya Diri). Sebab diri yang dikatakan sebenar-benarnya diri itu, yang memiliki hubungan langsung dengan Tuhannya. Tentu bagi mereka yang sudah paham tentang Ma’rifat telah mengetahui yang mana sih…., diri yang harus di kenal itu.</span> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Akan tetapi dari mereka-mereka yang telah kenal akan diri banyak yang tidak menyadari bahwasannya apa yang telah dilaluinya/diketahuinya itu masih sebatas Kulit dalam pandangan Arifbillah.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Kenapa demikian..? karena diri yang banyak diketahui oleh sebagian penuntut Ma’rifatullah itu masih terbatas kepada diri yang ada pada dirinya sendiri. Dan ada juga yang terbatas pada pandangannya kepada orang yang diistimewakan dan diagungkannya.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Sedangkan Ma’rifat yang sebenarnya dan sesempurna-sesempurnanya adalah Ma’rifat yang Universal, tidak ada batasanya dan tidak terbatasi oleh diri sendiri saja maupun orang tertentu saja. </span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Setiap orang yang berada di dalam lingkaran Ma’rifat merujuk kepada </span></span><strong><span style="font-size: 10;">Sumber Pengetahuan Allah/Sumber Hakikatullah</span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;"> yang di sebut dengan </span></span><strong><span style="font-size: 10;">“Nur Muhammad”</span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;">, sebagaimana dalil yang telah dipahami oleh mereka-mereka yang ber paham Ma’rifat bahwa “Nur Muhammad” itu awal-awal dari segala sesuatu. Dengan Nur itu maka terciptalah Seluruh sekalian Alam beserta isinya.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Rosulullah Saw bersabda :</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<em><b><span style="font-size: 10;">“Bahwasannya Allah Swt telah menjadikan akan Ruh-ku daripada Zat-Nya sedangkan sekalian Alam beserta isinya terbit dari pada Nur-ku (Nur Muhammad)”.</span></b></em><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Sabda Rosulullah Saw yang lain :</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<em><b><span style="font-size: 10;">“Sesungguhnya Aku adalah Bapak sekalian Ruh sedangkan Adam adalah Bapak dari sekalian batang tubuh (Jasad)”.</span></b></em><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Dari dalil tersebut telah menguraikan bahwa Hakikat Nur Muhammad itu tidak hanya ada pada satu diri saja melainkan ada pada setiap yang maujud. Sehingga tak terbatas bagi Nur Muhamad itu, melainkan meliputi sekalian Alam termasuk pada diri sendiri.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada pada dirinya sendiri maka belum lah dikatakan mengenal akan Allah yang meliputi sekalian Alam. Begitu juga jika seseorang mengenal akan Allah melalui Nur-Nya (Nur Muhammad) yang ada hanya pada orang-orang tertentu yang diistimewakannnya dan diagungkannya dari diri Ustadz-ustadznya, Guru-gurunya, Syaikhnya ataupun Mursyidnya maka sesungguhnya ia masih terhijab oleh yang sesuatu yang dipandangnya.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Rumus dari pada Ma’rifatulah yang sebenarnya dan Universal itu adalah :</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<em><b><span style="font-size: 10;">“Syuhudul Wahdah Fil Katsroh, Syuhudul Katsroh Fil Wahdah”.</span></b></em><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<em><b><span style="font-size: 10;">(Memandang yang Satu (Nur) ada pada yang banyak, memandang yang banyak ada pada yang Satu).</span></b></em><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Saya katakan bahwa seseorang yang mengenal Allah sebatas pandanganya kepada dirinya sendiri atau orang tertentu yang diistimewakan dan diagungkannya maka mereka itu mengenal akan Allah masih sebatas Kulit saja dari pemahaman Marifatullah yang sesungguhnya.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Jika demikian!, bagaimana mungkin ia akan sampai kepada keikhlasan tertinggi dan bagaimana mungkin ia mengatakan telah bertemu dengan Allah sedangan di halaman Istana Allah saja </span></span><strong><span style="font-size: 10;">(DARKATUL QUDRAT)</span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;"> ia belum memasukinya, karena masih terdinding/terhijab pandangannya dari sesuatu selain </span></span><strong><span style="font-size: 10;">Allah Swt (HAQQUL HAQIQI).</span></strong><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Jika anda benar-benar ingin menjumpai Allah dan bertemu dengan Allah </span></span><strong><span style="font-size: 10;">(LIQO’) </span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;">maka lepaskanlah pandangan hatimu dari sesuatu apapun. Jangan berhenti pada pandangan </span></span><strong><span style="font-size: 10;">JAMALULLAH/ KEINDAHAN ALLAH </span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;">maka niscaya engkau akan mabuk dan takjub di dalamnya.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Pandanganmu akan </span></span><strong><span style="font-size: 10;">Hakikat Nur</span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;"> yang ada hanya pada dirimu saja atau yang ada hanya pada orang yang engkau kagumi dan istemawakan saja membuktikan bahwa tanpa engkau sadari engkau telah tenggelam dan mabuk di dalam sifat </span></span><strong><span style="font-size: 10;">JAMALULLAH/KEINDAHAN ALLAH.</span></strong><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Ketahuilah! Bahwa untuk sampai kepada Allah Swt dengan melalui </span></span><strong><span style="font-size: 10;">EMPAT</span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;"> tahapan, yaitu :</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<strong><span style="font-size: 10;">JALALULLAH (Kebesaran dan Keagungan Allah)</span></strong><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<strong><span style="font-size: 10;">JAMALULLAH (Keindahan Allah)</span></strong><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<strong><span style="font-size: 10;">QOHARULLAH (Kekerasan/Kepastian Allah)</span></strong><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<strong><span style="font-size: 10;">KAMALULLAH (Kesempurna’an Allah)</span></strong><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Untuk bisa menaiki tahapan-tahapan tsb agar sampai kepada </span></span><strong><span style="font-size: 10;">KAMALULLAH (KESEMPURNAAN ALLAH), </span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;">maka wajib baginya Satu Pandangan yaitu Allah Swt tanpa melalui perantara selain Nur Muhammad. Sedangkan Nur Muhammad itu meliputi setiap yang Maujud termasuk pada diri sendiri.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Sehingga yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid Murobbi adalah Nur Muhammad Rosulullah Saw sebagai pemegang </span></span><strong><span style="font-size: 10;">Kunci Pintu Surga/MIFTAHUL JANNAH.</span></strong><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Siapapun mereka itu, jika Satu yang di pandang yaitu Allah Swt, melalui Hakikat Nur Muhammad yang meliputi sekalian Alam maka tidak ada sebutan yang pantas baginya selain </span></span><strong><span style="font-size: 10;">“ARIFBILLAH”</span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;">.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Jika masih ada pandangan yang terbatas atau dibatasi tentang Hakikat Nur Muhammad itu pada beberapa diri saja maka belumlah pantas baginya menyandang sebutan </span></span><strong><span style="font-size: 10;">“ARIFBILLAH”</span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;"> melainkan mereka itu masih di sebut dengan orang yang berada pada </span></span><strong><span style="font-size: 10;">“TARIKAT/Perjalanan” </span></strong><span class="gen"><span style="font-size: 10;">menuju kepada Allah.</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Mursyid Murobbi tidak hanya ada pada satu diri</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Melainkan Meliputi setiap “Kaun Maujudi”</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Siapa yang sanggup mematikan Diri</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Itulah Langkah Awal menuju Diri Sejati</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Jangan tertipu dengan apa yang dipandang</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Karena semuanya hanyalah bayang-bayang</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Tidak terpisah Al-Haq dengan selayang pandang</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Tujulah kepada satu yang ada di dalam pandang</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Belumlah dikatakan sebenar-benarnya mengenal</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Sebelum engkau mengerti JALAL, JAMAL, QOHAR DAN KAMAL</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Empat sifat yang maujud dan Nyata pada Nur-Nya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Alif itu menunjukkan akan Zat-Nya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Lam Awal adalah ketetapan Sifat-Nya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Lam Akhir kenyataan Asma’Nya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Sedangkan Ha adalah bukti dari Af’al-Nya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Kesempurnaan Allah dalam keserba meliputannya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Pada Muhammad Rosulullah segala rahasianya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Sebagai inti dasar dari sekalian alam</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Menjadi saksi kemaujudannya</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Alif adalah jati diri Muhammad</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Kaf itu adalah Ilmu Muhammad</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Ba’ adalah Kelakuan Muhammad</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Ro’ itu kehendak pada diri Muhammad</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Dari situlah Maha Agung Allah Ta’ala</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Dalam keserba meliputan sekalian Alam</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Allah dan Muhammad satu Rahasia</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;">
<span class="gen"><span style="font-size: 10;">Menjadi Kalimah ALLAH dan AKBAR</span></span><span style="font-size: 10;"><o:p></o:p></span></div>
<span class="gen"><br />(Pengembara Jiwa)</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 10;"><o:p> </o:p></span></div>
Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4199199494556463385.post-28008309286947423332008-10-28T11:22:00.000+07:002008-11-24T10:42:30.099+07:00Foto Habaib dan Ulama Salaf<p style="visibility: visible;"><object type="application/x-shockwave-flash" data="http://widget-d5.slide.com/widgets/slideticker.swf" style="width: 426px; height: 320px;" height="320" width="426"><param name="movie" value="http://widget-d5.slide.com/widgets/slideticker.swf"><param name="quality" value="high"><param name="scale" value="noscale"><param name="salign" value="l"><param name="wmode" value="transparent"> <param name="flashvars" value="cy=ms&il=1&channel=2738188573458441685&site=widget-d5.slide.com"></object></p><p style="white-space: nowrap;"><a href="http://www.slide.com/pivot?cy=ms&at=un&id=2738188573458441685&map=1" target="_blank"><img src="http://widget-d5.slide.com/p1/2738188573458441685/ms_t011_v000_s0un_f00/images/xslide1.gif" ismap="ismap" border="0" /></a> <a href="http://www.slide.com/pivot?cy=ms&at=un&id=2738188573458441685&map=2" target="_blank"><img src="http://widget-d5.slide.com/p2/2738188573458441685/ms_t011_v000_s0un_f00/images/xslide2.gif" ismap="ismap" border="0" /></a> <a href="http://www.slide.com/pivot?cy=ms&at=un&id=2738188573458441685&map=F" target="_blank"><img src="http://widget-d5.slide.com/p4/2738188573458441685/ms_t011_v000_s0un_f00/images/xslide42.gif" ismap="ismap" border="0" /></a></p><p></p>Zein Musafirhttp://www.blogger.com/profile/11226231534064950797noreply@blogger.com3